Rabu, Juni 01, 2011

Gus Miek Bertemu KH. Mas’ud, Pagerwojo


Posted: 15 November 2010 by alimasyhudi in Uncategorized


Dunia pesantren
Ketika Gus Miek masih berusia 9 tahun, Gus Miek sowan ke rumah Gus Ud (KH. Masud) Pagerwojo, Sidoarjo. Gus Ud adalah seorang tokoh kharismatik yang diyakini sebagai seorang wali. Dia sering dikunjungi olah sejumlah ulama untuk meminta doanya. Di rumah Gus Ud inilah untuk pertama kalinya Gus Miek bertemu KH. Ahmad Siddiq, yang di kemudian hari menjadi orang kepercayaannya dan sekaligus besannya.
Saat itu, Kiai Ahmad Siddiq masih berusia 23 tahun, dan tengah menjadi sekretaris pribadi KH. Wahid Hasyim yang saat itu menjabat sebagai menteri agama. Sebagaimana para ulama yang berkunjung ke ndalem Gus ud, kedatangan Kiai Ahmad Siddiq ke ndalem Gus Ud juga untuk mengharapkan doa dan dibacakan Al-fatehah untuk keselamatan dan kesuksesan hidupnya. Tetapi, Gus Ud menolak karena merasa ada yang lebih pantas membaca Al-Fatehan. Gus Ud kemudian menunjuk Gus Miek yang saat itu tengah berada di luar rumah. Gus Miek dengan terpaksa membacakan Al-Fatehah setelah diminta oleh Gus Ud.
KH. Ahmad Siddiq, sebelum dekat dengan Gus Miek, pernah menemui Gus Ud untuk bicara empat mata menanyakan tentang siapakah Gus Miek itu.
Mbah, saya sowan karena ingin tahu Gus Miek itu siapa, kok banyak orang besar seperti KH. Hamid menghormatinya? Tanya KH. Ahmad Siddiq.
Di sekitar tahun 1950-an, kamu datang ke rumahku meminta doa. Aku menyuruh seorang bocah untuk mendoakan kamu. Itulah Gus Miek. Jadi, siapa saja, termasuk kamu, bisa berkumpul dengan Gus Miek itu seperti mendpatkan Lailatul Qodar, jawab Gus Ud.
Begitu Gus Ud selesai mengucapkan kata Lailatul Qodar, Gus Miek tiba-tiba turun dari langit-langit kamar lalu duduk di antara keduanya. Sama sekali tidak terlihat bekas atap yang runtuh karena dilewati Gus Miek. Setelah mengucapkan salam, Gus Miek kembali menghilang.
Suatu hari, Gus Miek tiba di Jember bersama SyafiI dan KH. Hamid Kajoran, mengendarai mobil Fiat 2300 milik Sekda Jember. Sehabis Ashar, Gus Miek mengajak pergi ke Sidoarjo. Rombongan bertambah Mulyadi dan Sunyoto. Tiba di Sidoarjo, Gus Miek mengajak istirahat di salah satu masjid. Gus Miek hanya duduk di tengah masjid, sementara KH. Hamid Kajoran dan SyafiI tengah bersiap-siap menjalankan shalat jamak takhir (Magrib dan Isya).
Ketika SyafiI iqomat, Gus Miek menyela, Mbah, Mbah, shalanya nanti saja di Ampel. KH. Hamid dan Syafii pun tidak berani melanjudkan.
Tiba-tiba, dari sebuah gang terlihat seorang anak laki-laki keluar, sedang berjalan perlahan. Gus Miek memanggilnya.
Mas, beri tahu Mbah Ud, ada Gus Hamim dari kediri, kata Gus Miek kepada anak itu.
Anak itu lalu pergi ke rumah Mbah Ud. Tidak beberapa lama, Mbah Ud datang dengan dipapah dua orang santri.
Masya Allah, Gus Hamim, sini ini Kauman ya, Gus. Kaumnya orang-orang beriman ya, Gus. Ini masjid Kauman, Gus. Anda doakan saya selamat ya, Gus, teriak Mbah Ud sambil terus berjalan ke arah Gus Miek.
Ketika sudah dekat, Gus Miek dan Mbah Ud terlihat saling berebut untuk lebih dulu menyalami dan mencium tangan. Kemudian Gus Miek mengajak semuanya ke ruamah Mbah Ud. Tiba di ruamh, Mbah Ud dan Gus Miek duduk bersila di atas kursi, kemudian dengan lantang keduanya menyanyikan shalawat dengan tabuhan tangan. Seperti orang kesurupan, keduanya terus bernyanyi dan memukul-mukul tangan  dan kaki sebagai musik iringan. Setelah puas, keduanya terdiam. Silakan, Gus, berdoa, kata Mbah Ud kepada Gus miek. Gus miek pun berdoa dan Mbah Ud mengamini sambil menangis.
Di sepanjang perjalanan menuju rumah SyafiI di Ampel, Sunyoto berbisik-bisik dengan Mulyadi. Keduanya penasaran dengan kejadian yang baru saja mereka alami. Karena Mbah Ud Pagerwojo terkenal sebagai wali dan khariqul adah (di luar kebiasaan). Hampir semua orang di Jawa Timur segan terhadapnya. Mas, misalnya ada seorang camat yang kedatangan tamu, lalu camat tersebut mengatakan silakan-silakan dengan penuh hormat, itu kalau menurut kepangkatan, bukankah tinggi pangkat tamunya? Tanya Sunyoto kepada Mulyadi.
Mbah Ud adalah salah seorang tokoh di Jawa Timur yang sangat disegani dan dihormati Gus Miek selain KH. Hamid Pasuruan. Hampir pada setiap acara haulnya, Gus Miek selalu hadir sebagai wujud penghormatan kepada orang yang sangat dicintainya itu.
Komentarku ( Mahrus ali )
Dalam artikel itu di jelaskan :
Begitu Gus Ud selesai mengucapkan kata Lailatul Qodar, Gus Miek tiba-tiba turun dari langit-langit kamar lalu duduk di antara keduanya. Sama sekali tidak terlihat bekas atap yang runtuh karena dilewati Gus Miek. Setelah mengucapkan salam, Gus Miek kembali menghilang
Komentarku ( Mahrus ali )
Sedemikian ini masih belum di nyatakan kewalian Gusmiek atau Gus Ud . Itu semua bisa di lakukan oleh orang yang punya khadam Jin . Gus meik sendiri secara sariat amburadul . KH Mahrus Ali Kediri  sendiri sangat  tidak cocok dengan  Gus Miek dan banyak kalangan kiyai  Sariat  tidak cocok dengannya  Saya masih berpegangan dengan ayat :
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ(62)الَّذِينَ ءَامَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ(63)لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.[1]
Imam Syafii berkata :
إِذَا رَأَيْتُمُ الرَّجُلَ يَمْشِي عَلَى اْلمَاءِ وَيَطِيْرُ فِي الْهَوَاءِ فَلاَ تَغْتَرُّوا بِهِ حَتَّى تَعْرِضُوا أَمْرَهُ عَلىَ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ
Bilakamu sekalian melihat seorang lelaki berjalan di atas air atau terbang di udara , maka jangan terpedaya dengannya ,hingga kamu cocokkan perilakunya  dengan al quran dan hadis
وَقَالَ اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ : ( لَوْ رَأَيْتُ صَاحِبَ بِدْعَةٍ يَمْشِي عَلَى الْمَاءِ مَا قَبِلْتُهُ ) . فَلَمَّا بَلَغَ ذَلِكَ الشَّافِعِي -رَحِمَهُ الله- قَالَ: (إِنَّهُ مَا قَصَّرَ لَوْ رَأَيْتُهُ يَمْشِي عَلَى الْهَوَاءِ مَا قَبِلْتُهُ)
Allaits bin Sa`ad berkata : Bila aku melihat ahli bid`ah  berjalan di atas air, aku tidak akan menerimanya  ( ya`ni hadis riwayatnya  tidak akan ku terima karena  tidak bisa di percaya )
Pernyataan  itu sampai kepada Imam Syafi`i lalu beliau berkata : Benar apa yang di katakan oleh Allaits bin sa`ad, seandainya aku melihatnya terbang di udara, aku tidak akan menerimanya. [2]
Seorang penyair berkata :


إِذَا رَأَيْتَ شَخْصًا قَدْ يَطِيْرُ   وَ فَوْقَ مَاءِ الْبَحْرِ قَدْ يَسِيْرُ
وَلَمْ يَقِفْ عَلَى حُدُوْدِ الشَّرْعِ   فَإِنَّهُ مُسْتَدْرَجٌ وَ بِدْعِيٌّ
Bila kamu melihat seseorang terkadang   terbang di angkasa
Dan  terkadang berjalan di atas laut
Tapi tidak memperhatikan sariat ( banyak sariat yang di langgar )
Maka dia  termasuk orang yang di perdaya dan ahli bid`ah.




[1] Yunus 62-64
[2] Majalah buhuts al islamiyah  151/15
Artikel Terkait

4 komentar:

  1. Alhamdulillah
    Dapat pencerahan, bahwa:

    Hanya Mahrus Ali yang benar...
    Yang lain, Bid'ah-Syirik-Neraka !!

    Yakin 100%, komen ini nggak akan dimuat...

    BalasHapus
  2. Wahai cucu Rasulullah yang berada di Sepanjang Izzah l Haddad . tolong di tunjukkan kesalahan ajaran saya bila anda dapati salah . KIta di dunia ini saling beri wasiat tentang kesabaran dan kebenaran. Berkatalah yang baik , bukan yang jelek

    BalasHapus
  3. mungkin bisa paparkan mengenai karamah & maunah,,,sekaligus uraikan masalah bid'ah....

    BalasHapus
  4. Untuk generasi muda
    Sebelum saya jawab pertanyaanmu, tolong di tunjukkan mana bid`ah sayyi`ah dari amalan ahli bid`ah itu?

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan