Rabu, November 23, 2011

Segi persamaan SBY dan Fir`aun



AKARTA | SURYA Online - Gembar-gembor pernikahan putra kedua Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Edy Baskhoro, membuat politisi Bambang Sosatyo membayangkan kontradiksi yang terjadi pada pernikahan Rahmawati Soekarno Putri, anak dari Presiden pertama RI, Soekarno.
Pada tahun 1969 Sukarno -di tengah sakit ginjalnya yang parah- menghadiri pernikahan anaknya Rahmawati Sukarnoputeri dengan Martomo Pariatman Marzuki atau dikenal dengan panggilan Tommy.
Pernikahan itu, cerita Bambang, jauh dari kemewahan, dalam kondisi yang amat prihatin. Pernikahan cukup berlangsung di rumah Ibu Fatmawati di Jalan Sriwijaya, Kebayoran, Jakarta Selatan.
Kemudian, saat Bung Hatta datang ke pernikahan itu dan memberi selamat kepada Rahma, tiba-tiba terbuka pintu ada beberapa tentara. Di antara kerumunan tentara ada Bung Karno yang memakai jas hitam agak kedodoran dengan muka bengkak-bengkak datang ke pernikahan anaknya itu.
Ketika melihat kehadiran Bung Karno di sana, semua mata tertuju ke pintu. Beberapa orang meledak tangisnya termasuk Guntur. Hatta mengusap air mata dan tersedu-sedu melihat Sukarno. Fatmawati langsung berlari ke arah Sukarno dan menciumi suaminya itu. Sukarno berusaha tertawa tapi jelas ia sudah amat kepayahan.
“Sementara di luar rumah berita kedatangan Sukarno mulai diketahui banyak orang, dari tukang becak sampai tukang dagangan berlarian ke depan pagar rumah Sriwijaya mereka berteriak-teriak : “Hidup Bung Karno….Hidup Bung Karno” komandan tentara kaget dan memerintahkan agar Sukarno tidak terlalu lama di rumah Sriwijaya, ia harus segera pulang ke Wisma Yaso,” cerita Bambang.
Inilah, satu-satunya pernikahan Bung Karno untuk anaknya yang ia hadiri. Sebuah tragedi memilukan dari seorang yang mendirikan bangsa ini. Seorang yang sepanjang hidupnya bekerja untuk Indonesia raya. Seorang yang membebaskan bangsanya dari belenggu penjajahan.

Komentarku ( Mahrus ali ):        
    Acara mantu SBY terkesan israf bukan sederhana yang di perintahkan Islam. Israf itu karakter rezim Firaun bukan khilafah Abu bakar atau Umar. Lihat  dlm ayat:
فَمَا آمَنَ لِمُوسَى إِلاَّ ذُرِّيَّةٌ مِّن قَوْمِهِ عَلَى خَوْفٍ مِّن فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِمْ أَن يَفْتِنَهُمْ وَإِنَّ فِرْعَوْنَ لَعَالٍ فِي الأَرْضِ وَإِنَّهُ لَمِنَ الْمُسْرِفِينَ ﴿٨٣﴾
083. Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Fir`aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir`aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas. Yunus.
    
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan