Rabu, Januari 04, 2012

Cara Misionaris Syiah Menjerat Manusia


 

Rabu, 04/01/2012 14:36 WIB | Arsip | Cetak
Oleh AM. Waskito

Bismillahirrahmaanirrahiim.
Cara-cara misionaris Syiah (Rafidhah) dalam menjerat manusia, agar mengikuti ajaran mereka; tak ubahnya seperti cara-cara misionaris Kristen. Mereka ini wajib dihadapi, diwaspadai, ditangkal, dan dihentikan aksi-aksi misionarisasinya. Kaum Muslimin bisa kufur kalau secara sadar mengikuti akidah mereka.
Apakah ajaran Syiah (Rafidhah) sedemikian sesat sehingga bisa menimbulkan kekufuran bagi mereka yang mengikutinya?
Banyak segi dalam ajaran Syiah itu yang bisa membuat para penganutnya kufur dari jalan Islam, antara lain:
  • Melaknat para Shahabat Radhiyallahu ‘anhum, khususnya Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah, Hafshah, Abu Hurairah, dan lain-lain. Perbuatan melaknat ini kekufuran, sebab Allah Ta’ala sudah ridha kepada para Shahabat (At Taubah: 100).
  • Meyakini bahwa isteri-isteri Nabi, Radhiyallahu ‘anhunna, bukan termasuk Ahlul Bait Nabi. Dalam Surat Al Ahzab ayat 33 jelas-jelas disebutkan bahwa isteri-isteri Nabi adalah Ahlul Bait beliau. Allah mengakui mereka sebagai Ahlul Bait Nabi, tetapi kaum Syiah tak mengakui. Hebat betul.
  • Meyakini bahwa Kitab Suci Al Qur’an sudah diubah oleh para Shahabat, sehingga Al Qur’an di sisi kita selama ini dianggap palsu. Ini adalah tuduhan sangat jahat dan keji. Keyakinan ini bertentangan dengan Surat Al Hijr ayat 9, bahwa Allah akan selalu menjaga Al Qur’an.
  • Meyakini bahwa Imam-imam Syiah adalah manusia ma’shum, terjaga dari kesalahan, kata-kata mereka merupakan dasar hukum agama. Hal ini sama saja dengan meyakini, bahwa ada syariat baru yang diturunkan Allah setelah sempurnanya Syariat Islam. Jelas ini bertentangan dengan Al Maa’idah ayat 3. Bahkan ia seperti keyakinan Ahmadiyyah yang meyakini ada Nabi lain setelah Nabi Muhammad Shalallah ‘Alaihi Wasallam.
  • Meyakini bahwa Imam-imam Syiah memiliki sifat rububiyyah (ketuhanan) yang sebenarnya hanya layak menjadi sifat Allah Ta’ala. Ini adalah akidah kemusyrikan yang jelas-jelas bertentangan dengan TAUHID.
  • Meyakini akidah Bada’, yaitu selalu muncul ilmu-ilmu baru yang sebelumnya belum diketahui oleh Allah Ta’ala. Dengan akidah ini, kaum Syiah bisa menampung ajaran apapun, sekalipun kekufuran yang amat sangat kufur. Karena ia dilegitimasi dengan pemikiran, “Selalu muncul ilmu Allah yang baru. Hal-hal baru, kalau menarik, boleh diambil.” Keyakinan ini sama saja dengan membuang Syariat Islam dari dasar-dasarnya.
  • Melegalkan perzinahan melalui praktik Nikah Mut’ah. Pelaku nikah mut’ah kalau melakukan perbuatan itu karena dorongan nafsu, dengan tetap meyakini bahwa perbuatan itu haram (telah diharamkan oleh Nabi), maka masih mungkin dia akan diampuni Allah Al Ghafuur. Tetapi kaum Syiah mengklaim, nikah mut’ah itu amal shalih yang besar pahalanya. Hal ini sama saja dengan “al istihlal bi maa haramallahu bihi” (menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah). Sikap demikian termasuk jenis kekufuran.
  • Meyakini bahwa kaum Ahlus Sunnah halal darahnya, halal hartanya, halal kehormatannya; ini adalah keyakinan bathil yang mewajibkan para penganutnya terkena hukum kekufuran. Rasulullah Shallallah ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Kullu muslim ‘alal muslim haramun ‘irdhuhu wa maaluhu wa damuhu” (setiap Muslim atas Muslim lainnya, diharamkan kehormatan, harta, dan darahnya). [HR. At Tirmidzi].
Dengan keyakinan-keyakinan seperti di atas, maka gerakan misionaris Syiah SERUPA belaka dengan gerakan Kristenisasi. Kalau mereka berhasil memasukkan seorang Muslim ke dalam kelompoknya, itu sama seperti telah berhasil memurtadkan dia.
Disini kita perlu mengenali cara-cara kerja misionaris Syiah Rafidhah, agar kita bisa mewaspadai, menghindari, atau mematahkan cara-cara licik mereka. Hanya kepada Allah Ta’ala kita memohon ‘afiyat dan salamah. Amin.
Berikut ini cara-cara yang biasa dilakukan misionaris Syiah Rafidhah untuk menjerat manusia, antara lain:
1.    Mereka mula-mula akan melihat calon target yang akan mereka dakwahi. Target ini bisa dikelompokkan dalam jenis: ‘alim, pertengahan, awam. Orang alim dianggap “klas A”, orang pertengahan dianggap “klas B”, dan orang awam dianggap “klas C”. Untuk masing-masing target berbeda pola dakwahnya.
2.    Bagi orang ‘alim, misionaris Syiah akan mulai menanamkan keraguan terhadap hadits-hadits riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu. Mereka akan berlagak ilmiah. Tujuannya, akan menanamkan keraguan terhadap hadits-hadits Nabi. Bagi orang pertengahan, mereka akan kemukakan hadits seputar “pentingnya mempunyai imam”. Mereka akan mengeluarkan hadits, “Barangsiapa mati dalam keadaan tidak berbaiat kepada seorang imam, maka matinya mati jahiliyyah.” Nanti, tafsir imam itu akan mereka arahkan untuk mengimani imam-imam Syiah (termasuk Khomeini). Bagi orang awam, mereka akan masuk dari cerita-cerita seputar penderitaan Husein bin Ali di Karbala, cerita seputar Hasan bin Ali, juga cerita seputar “Ali yang dizhalimi”.
3.    Untuk memantapkan keyakinan kepada ajaran Syiah, mereka akan mengemukakan tentang hadits “Ghadir Khum”. Ini standar sekali. Misionaris Syiah akan mengklaim, bahwa dulu waktu Nabi menjelang wafat, beliau menyampaikan pesan, agar kaum Muslimin sepeninggal beliau selalu berpegang kepada Kitabullah dan Ahli Bait beliau (Ali, Fathimah, Hasan, Husein, dan lainnya). Menurut penelitian Prof. Dr. Ali Ahmad As Salus (penulis kitab monumental Ensiklopedi Sunnah-Syiah), tidak ada satu pun hadits seputar Ghadir Khum ini yang shahih. Rata-rata lemah atau palsu. Justru beliau menguatkan hadits Nabi, bahwa kaum Muslimin akan senantiasa selamat dan lurus, selama berpegang kepada Kitabullah dan Sunnah Nabi. Melalui hadits “Ghadir Khum” itu, kaum Syiah mulai membangun rasa kekaguman, penghambaan, kehinaan diri, di hadapan sosok-sosok Ahlul Bait. Nah, praktik penyembahan Ahlul Bait dimulai dari sini.
4.    Misionaris Syiah akan menangkal kemungkinan para pengikutnya untuk lari dari ajaran Syiah, dengan cara mengajak mereka terjerumus dalam praktik “kawin kontrak” alias nikah mut’ah. Baik laki-laki maupun perempuan akan didorong untuk melakukan nikah mut’ah. Kalau tak mau, akan dipaksa-paksa supaya mau. Kalau seseorang sudah sekali saja pernah merasakan nikah mut’ah, misionaris Syiah akan sujud syukur. Satu sisi, kalau ada pemuda/pemudi yang melakukan nikah mut’ah, dia akan terdorong untuk “lagi dong”. Kalau sudah sering, maka tidak akan ada “jalan pulang” bagi manusia-manusia malang itu. Nikah mut’ah bukan hanya sebuah keyakinan sesat, tetapi juga merupakan metode untuk menjerat pengikut agar tidak berani keluar dari kelompok mereka. Kalau ada yang berani keluar, akan ditakut-takuti, “Awas lho ya, kamu sudah melakukan ML dengan si anu dan si anu. Kalau kamu keluar dari Syiah, akan kami bongkar kedok kamu!” Dengan ancaman itu, para pengikut Syiah tersebut menjadi ketakutan.
5.    Untuk menyempurnakan keikut-sertaan seseorang pada paham Syiah, mereka akan diberi pendalaman, misalnya berupa ajaran TASAWUF, ritual menyiksa diri, ritual mengutuk Shahabat, doktrin permusuhan kepada Ahlus Sunnah, pentingnya dakwah menyebarkan ajaran Syiah Rafidhah, dan lain-lain. Ini sudah stadium kronis. Bahkan kalau ada pemeluk Syiah yang ketahuan terkena penyakit kelamin atau HIV, hal itu harus ditutupi serapat-rapatnya.
6.    Selain cara di atas, misionaris Syiah juga menggaet manusia melalui peluang kerja, mengisi posisi jabatan penting, memberi proyek, peluang bisnis, memberi beasiswa ke Iran, dan lain-lain. Selain itu, mereka juga melakukan gerakan penyusupan kemana-mana. Mereka masuk ke MUI, ormas Islam (seperti Said Aqil Siradj di NU), masuk ICMI, Republika, masuk UIN, lembaga pendidikan Islam, partai politik (seperti PAN), komunitas ini itu, dsb.
Begitulah cara-cara yang kerap dipakai oleh misionaris Syiah untuk meruntuhkan akidah Islam, lalu membawa Ummat murtad dengan meyakini keyakinan bathil mereka. Para misionaris Syiah sebenarnya bisa dikenali dari wajah mereka yang tampak berbeda, sebagai hasil dari kebiasaan berdusta, berzina (nikah mut’ah), dan mengutuk Shahabat. Tetapi di mata orang biasa, hal ini agak sulit dikenali.
Semoga apa yang ditulis ini bermanfaat. Semoga Allah Ta’ala selalu melindungi kita dari bahaya kaum Syiah Rafidhah, sebab bahaya mereka tak berbeda jauh dengan bahasa misionaris Kristen. Nas’alullah al ‘afiyah lana wa lakum, fid dini wad dunya wal akhirah. Allahumma amin.
[Abah Syakir].
eramuslim
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan