Senin, Januari 30, 2012

Pembubaran pengajian MTA untuk mendekat kepada setan

KUDUS--MICOM: Ribuan jemaah pengajian Majelis Tafsir Alquran (MTA) yang diselenggarakan pengurus MTA Kudus, Jateng dibubarkan aktivis muda Nahdlatul Ulama (NU), Sabtu (28/1).

Acara pengajian yang dilaksanakan MTA sejak pagi di Gedung Ngasirah Kudus, Jl Jendral Sudirman No 291 Kudus didatangi puluhan aktivis yang mengatasnamakan Gerakan Aksi Damai Anti-MTA dan meminta penyelenggara segera membubarkan diri.

Seorang pendemo Saiful Anas, mengatakan ajaran MTA radikal dan menafsirkan Alquran seenaknya sendiri. Puluhan aktivis NU terdiri dari anggota Anshor, Fatayat, IPNU-IPPNU, PMII Kudus, dan Banser Kudus.

Rozaq, ketua MTA Kudus menyanggah semua yang disebutkan massa pendemo. "MTA hanya pengajian biasa yang mengajarkan Alquran dan Hadis. Tidak ada yang menyimpang dari ajaran Islam," katanya seusai membubarkan jemaahnya.

Kapolres Kudus AKBP Andik Setyono, yang turun langsung ke lokasi dengan 300 personel mengharapkan aksi berjalan damai dan tidak anarkistis. (OL-11)
Penulis : Furqon Ulya Himawan
Judul  asli:: Pengajian di Kudus Dibubarkan Massa

KUDUS (KRjogja.com) - Majelis Tafsir Alquran (MTA) yang menyelenggarakan pengajian umum dalam rangka pengukuhan MTA perwakilan Kudus di Kudus, Sabtu (28/1), dibubarkan paksa atas desakan warga Nahdlatul Ulama (NU) yang menggelar aksi unjuk rasa.

Aksi unjuk rasa ratusan warga NU yang dimulai di Gedung Ngasirah, Kudus, Sabtu, pukul 10.30 WIB, merupakan gabungan dari beberapa organisasi NU, seperti Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), serta Barisan Ansor Serbaguna (Banser), Gerakan Pemuda (GP) Ansor, dan Fatayat.

Unjuk rasa warga NU untuk menuntut pembubaran pengajuan MTA tersebut, dilakukan di depan pintu gerbang kompleks Gedung Ngasirah yang ada di Jalan Jenderal Sudirman dengan mengusung sejumlah poster yang bertuliskan tentang pembubaran MTA dan kecaman terhadap sejumlah ajaran yang dianggap menyimpang.

Sebanyak 200 personel Polres Kudus yang diterjunkan untuk mengamankan aksi tersebut, terpaksa mengalihkan arus lalu lintas dari arah Pati menuju Kudus lewat Jalan UMK Kudus, sedangkan dari arah Kudus lewat jalur alternatif lainnya.

Koordinator aksi sekaligus Pengurus Pusat IPNU Saiful Anas mengaku, menerima laporan dari berbagai daerah tentang kehadiran MTA sering terjadi konflik dengan warga sekitar karena ajarannya cukup meresahkan.

"Pengajian yang dilakukan juga pernah menghujat para kiai. Hal paling fatal, dosa orang yang melakukan tahlil dianggap lebih besar dibanding orang yang berzina. Padahal tahlil sudah menjadi tradisi warga NU," ujarnya.

Hal tersebut, kata dia, membuat warga NU resah, jika MTA benar-benar ada di Kudus yang memiliki kebiasaan melakukan tahlil.

Selain itu, kata dia, mayoritas warga NU memiliki kultur yang banyak bernuansa klasik yang dibawa Sunan Kudus. "Tentunya, hal ini tidak bisa dibiarkan terjadi karena ajaran MTA memang cukup meresahkan," ujarnya.

Ia mengaku, memiliki cukup bukti terkait ajaran dari MTA yang dianggap radikal serta menafsirkan Alquran dengan akalnya sendiri. Untuk itu, kata dia, pengurus Cabang IPNU Kudus yang mendapat restu dari sejumlah kiai di Kudus sepakat menolak kehadiran MTA di Kudus.

Apalagi, lanjut dia, sebagian besar peserta pengajian bukan warga Kudus, melainkan dari luar Kudus, seperti Solo, Pati dan beberapa daerah di Jateng. Sedangkan peserta pengajian dari Kudus, katanya, hanya sekitar 40-an orang.

Beberapa peserta aksi unjuk rasa juga sempat mencabut bendera MTA yang berada di tepi jalan, karena pengajian yang diselenggarakan di Kudus tanpa izin, dan hanya pemberitahuan saja kepada sejumlah pihak terkait.

Sekitar pukul 11.00 WIB, pengajian umum yang diselenggarakan MTA akhirnya dihentikan, karena jadwal sebelumnya berakhir hingga pukul 15.00 WIB, sehingga sekitar 3.000 peserta pengajian harus meninggalkan Gedung Ngasirah dengan mendapat penjagaan polisi.

"Seharusnya, kegiatan pengajian umum dalam rangka pengukuhan Majelis Tafsir Alquran perwakilan Kudus akan berakhir sekitar pukul 15.00 WIB," kata Ketua Panitia Pengajian sekaligus Ketua Perwakilan MTA Kudus Rozaq Al Abat.

Ia mengungkapkan, organisasinya merupakan organisasi legal, seharusnya diberikan keleluasaan untuk saling menghormati. "Kami juga belum mengetahui, alasan mereka menolak kehadiran kami," ujarnya.

Terkait dengan tuduhan menghalalkan daging anjing, katanya, MTA tidak pernah mengajarkan hal demikian, termasuk tuduhan lain. Menurut dia, perbedaan pendapat harus dipahami bukan dianggap lawan.

Ia menegaskan, MTA tidak memiliki ajaran, melainkan hanya menyampaikan ajaran dari Alquran dan sunah Nabi.

MTA memiliki 48 perwakilan di Seluruh Indonesia yang terbentuk pada 1972, sedangkan tercatat di akta notaris pada 1974.

Meskipun peserta pengajian sudah pulang, beberapa pengurus MTA serta satuan petugas yang berseragam ala militer masih berada di lingkungan gedung pertemuan.

Kapolres Kudus AKBP Andik Setiyono juga ikut mendampingi sejumlah perwakilan warga NU yang menemui perwakilan MTA untuk meminta pengurus dan satuan pengamanan segera meninggalkan Gedung Ngasirah guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Akhirnya, sekitar pukul 13.00 WIB, mereka meninggalkan Gedung Ngasirah dengan diangkut beberapa bus dan mobil pribadi dengan kawalan polisi.

Pengunjuk rasa akhirnya membubarkan diri, dengan terlebih dahulu menggelar doa bersama aparat Kepolisian Polres Kudus.

Kapolres Kudus AKBP Andik Setiyono mengakui, kegiatan pengajian yang digelar oleh MTA sudah ada pemberitahuan. "Hal ini bisa dicegah, jika terjalin komunikasi dari pengurus MTA dengan kiai sepuh di Kudus sebagai budaya yang dijunjung tinggi masyarakat setempat," ujarnya. (Ant/Ogi)
Judul  asli :

Pengajian MTA di Kudus Dibubarkan Paksa


Komentarku ( Mahrus ali ):
   Pengajian MTA adalah untuk mengkaji ayat – ayat Allah bukan ayat – ayat setan harus di adakan bukan di bubarkan. Mestinya
kemaksiatan  layak di hilangkan bukan di lestarikan di biarkan bahkan dilindungi.  Jamaat Greja di jaga, pengajian MTA di bubarkan. INi unik sekali, jelas – tidak samar lagi bertentangan dengan Islam tapi cocok dengan kekufuran.. Cocok dengan ayat ini:
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma`ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik  Tobat 67
Atau kita termasuk ayat sbb :
كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. Maidah  79
  Haul Gus dur dengan Barongsai, malah di adakan, bukan di larang, malah di danai. Lalu pengajian MTA di bubarkan dengan paksa. Dalil apa yang anda gunakan? Ataukah anrchi tanpa dalil?.
 Baca lagi disini:


Artikel Terkait

6 komentar:

  1. Lha iyo to cak Makhrus! opo arek-2 iku gak moco mbarek ayat-2 sampeyan? opo gak wedi doso, gak wedi mlebu neroko?

    BalasHapus
  2. orang NU podo ra nyadar nek dewe'e kuwi bergelimangan bid'ah.
    neng ndi enek kyai ndobel dadi dukun nek ora nng NU !! ^_^

    BalasHapus
  3. memang aneh, tapi memang sunatullahnya begitu. nabi dalam menyampaikan kebenaran juga banyak yang menentang, bahkan tidk hanya didemo tetapi diusir, diultimatum, bahkan akan dibunuh, tetapi nabi tidak gentar, tidak mundur tetapi terus maju, dan jadilah islam berkembang seperti sekarang ini.

    BalasHapus
  4. NU bukan Islam, tapi hindu bersorban islam... luarnya islam tp isinya hindu, lebih berbahaya daripada orang kristen..

    BalasHapus
  5. Salah satu melemahnya kekuatan islam .saling bantah

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan