Rabu, Januari 04, 2012

Prisia Nasution contoh wanita buruk


JAKARTA l SURYA Online - Baru pertama menjajal layar lebar di film Sang Penari, artis peran Prisia Nasution langsung diganjar Piala Citra untuk nominasi Pemeran Utama Wanita Terbaik. Perempuan yang akrab disapa Pia ini, merasa akting beraninya di film karya sutradara muda Ifa Isfansyah itu pun terbayar tuntas setelah Piala Citra di genggaman tangan.
“Aku enggak lihat buka-bukaan sebagai konsekuensi. Aku lihat sebagai bagian adegan. Jadi apapun yang saya lakukan kemarin alhamdulillah terbayar,” kata Prisia dalam wawancara di malam anugerah Piala Citra 2011, yang dilangsungkan di Hall D1 JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (10/12/2011).
Pricia bahkan tak mengira akan mengalahkan nomine lainnya, seperti Dinda Hauw, Fanny Fabriana, Gita Novalista, dan Salma Paramitha. “Pasti senang bersyukur juga, masih enggak percaya sih, alhamdulillah ini film pertama saya tapi sudah dapat penghargaan. Ini memotivasi untuk ke depannya membuat film supaya lebih baik lagi,” kata Prisia.
“Saya lagi shooting di luar kota dan enggak ada TV, jadi di-sms-in dapat nominasi. Di suruh pulang pun ya sudah pulang cuma satu hari, jadi besok sudah harus balik lagi,” lanjutnya.
Kemenangan tersebut diakui Prisia tak lepas dari penggemblengannya sebagai artis peran selama membintangi FTV. “FTV gak bisa diremehin itu ngebantu ngelatih kecepatan baca skenario kalau film aku lebih hati-hati. Kalau aku ambil film itu hati-hati banget,” tekannya. “FTV ada keenakan sendiri, dan layar lebar kita bisa ngelatih diri,” sambungnya.
Mendapatkan penghargaan Pemeran Utama Wanita Terbaik, Prisia enggak menjadikannya sebagai beban. Enggak sih, kenapa itu harus dijadikan beban. Kalau mau dilihat jadi beban bisa, kalau mau dilihat jadi motivasi bisa. Tapi saya pilih yang kedua. selama ini aku sudah menunggu lama film yang mau dimainin dan alhamdulillah keluar juga. Penantian panjang itu terbayar juga,” ujar Prisia.

Judul asli:  Lewat “Sang Penari”, Prisia Nasution Raih Piala Citra 2011

Komentarku ( Mahrus ali ):
   Seolah Prisia berkata:     Al hamdullillah kedurhakaanku dipertontonkan, bukan di sembunyikan, dan bukan inna lillah.
Ini salah paham bukan paham yang benar dari seseorang dalam mengucapkan kalimat ahl hamdulillah. Segala puji bagi Allah itu untuk kebaikan yang kita dapatkan, bukan atas dosa- dosa yang kita terima lalu kita katakan al hamdulillah.
         Filem sang penari itu sangat jelek, penuh dengan kedurhakaan, bukan ketaatan kepada Allah, tapi kepada setan, penuh dengan buka- bukaan aurat wanita yang mestinya menurut ajaran Allah bukan ajaran setan harus di tutupi. Ingat firmanNya:
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلاَ يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلاَّ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang  nampak daripadanya ( pakaian ) . Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, (Begitu juga  mukanya ) [1]
     Tapi sangat di sayangkan bukan  sangat tepat filem yang merelakan setan  itu ternyata mendapat piala  citra  wanita terbaik. Ini penilaian yang mengenakan kaca mata setan bukan kaca mata al quran. Hadiyah ini akan membikin semangat untuk ngejar kedurhakaan yang lebih, bukan ketaatan yang lebih. Jadi motivator kepada  kemurkaan Allah bukan kerelaanNya. Layak sekali hal itu di lakukan oleh non muslim bukan muslim.


[1] 31 Annur
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan