Senin, Maret 05, 2012

Jawabanku untuk Idrus Ramli dan Sarkub

 Di website Sarkub ada artikel sbb:

Kekeliruan Mahrus Ali Seputar Mengkhususkan Ziarah di Waktu Tertentu


Dalam buku  “Mantan Kyai NU Menggugat Tahlilan Istighatsah dan Ziarah Para Wali” (hal. 556), Mahrus Ali berkata:
“Beberapa kekeliruan seputar ziarah kubur:
1. Mengkhususkan waktu-waktu tertentu dalam melakukan ziarah kubur, seperti pada hari Jum’at legi, bulan Sya’ban ataupun pada hari Idul Fitri, atau dengan kata lain menjadikan kuburan sebagai Ied dan tempat berkumpul-kumpul untuk menyelenggarakan acara Ibadah di sana, Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah jadikan kuburanku sebagai Ied (perayaan).(HR. Abu Daud).”
Tanggapan kami:
Berikut ini kami paparkan dalil-dalil diperbolehkannya melakukan ritual ibadah pada hari-hari tertentu:
Al-Imam Al-Bukhari meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Umar:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْتِي مَسْجِدَ قُبَاءٍ كُلَّ سَبْتٍ مَاشِيًا وَرَاكِبًا وَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَفْعَلُهُ
(
صحيح البخاري)

“Nabi SAW selalu mendatangi masjid Quba setiap hari sabtu baik dengan berjalan kaki maupun dengan mengendarai kendaraan, sedangkan Abdullah selalu melakukannya.” (HR. Imam al-Bukhari dalam Sahih al-Bukhari I/398 hadits 1174)
Dalam mengomentari hadits ini al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:

الحديث  على اختلاف طرقه دلالة على جواز تخصيص بعض الأيام ببعض الأعمال الصالحة والمداومة على ذلك ، وفيه أن النهي عن شد الرحال لغير المساجد الثلاثة ليس على التحريم

“Hadits ini dengan sekian jalur yang berbeda menunjukkan akan diperbolehkannya menjadikan hari-hari tertentu untuk sebuah ritual yang baik dan istiqamah. Hadits ini juga menerangkan bahwa larangan bepergian ke selain tiga masjid (Masjid al-Haram, Masjid al-Aqsa, dan Masjid Nabawi tidak haram). (al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari III/69, Dar al-Fikr Beirut)
Hadits yang diriwayatkan oleh Suhail bin Abi Shalih al-Taimi:

كان النبي صلی الله علیه و آله يأتي قبور الشهداء عند رأس الحول فيقول: السلام عليكم بما صبرتم فنعم عقبى الدار و
وكان ابو بكر و عمر وعثمان يفعلُون ذلك

“Nabi SAW mendatangi kuburan orang-orang yang mati syahid ketika awal tahun, beliau bersabda: “Keselamatan semoga terlimpah atas kamu sekalian, karena kesabaranmu dan sebaik-baiknya tempat kembali ke surga. “Shahabat Abu Bakar, Umar dan Utsman juga melakukan hal yang sama seperti Nabi SAW.” (diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dalam Mushannaf, III/537 dan al-Waqidi dalam al-Maghazi).
Hadits di atas menerangkan kebolehan melakukan amaliah pada waktu tertentu, sedangkan hadits yang dijadikan landasan oleh Mahrus untuk melarang ziarah kubur dalam waktu tertentu terlihat kurang tepat. Dalam konteks ini Ali bin Abi Thalib mengatakan:

منالسّنّة زيارة جبانة المسلمين يوم العيد وليلته

“Diantara sunnah Nabi SAW adalah berziarah ke kuburan kaum Muslimin di siang hari raya dan malamnya.” (Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam al-Sunan al-Kubra).
Catatan penting bagi Mahrus, bahwa polemik yang terjadi antara penganut aliran Wahabi dan Ahlussunnah wal Jama’ah sudah lama terjadi sejak abad ketujuh yang diprakarsai oleh Ibnu Taimiyah, akan tetapi dalil-dalil yang ia gunakan tidak mengena sama sekali. Apakah kira-kira hadits di atas absen dari ingatan Mahrus Ali dan Wahabi lainnya?
Komentarku ( Mahrus ali ):

Dalam artikel itu di katakan:
Dalam buku  “Mantan Kyai NU Menggugat Tahlilan Istighatsah dan Ziarah Para Wali” (hal. 556), Mahrus Ali berkata:
“Beberapa kekeliruan seputar ziarah kubur:
1. Mengkhususkan waktu-waktu tertentu dalam melakukan ziarah kubur, seperti pada hari Jum’at legi, bulan Sya’ban ataupun pada hari Idul Fitri, atau dengan kata lain menjadikan kuburan sebagai Ied dan tempat berkumpul-kumpul untuk menyelenggarakan acara Ibadah di sana, Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah jadikan kuburanku sebagai Ied (perayaan).(HR. Abu Daud).”
Komentarku ( Mahrus ali ):
Saya tidak menjumpai pernyataan tsb dalam buku saya: “Mantan Kyai NU Menggugat Tahlilan Istighatsah dan ziarah ke wali songo” di halaman tsb. Tolong telitilah terlebih dahulu, jangan serampangan kalau menulis atau berkata sesuatu. Di halaman tsb tidak ada pernyataan saya seperti itu. Saya sudah mengeceknya berkali - kali di buku saya itu.

Di katakan lagi dalam artikel tsb sbb:
Tanggapan kami:
Berikut ini kami paparkan dalil-dalil diperbolehkannya melakukan ritual ibadah pada hari-hari tertentu:
Al-Imam Al-Bukhari meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Umar:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْتِي مَسْجِدَ قُبَاءٍ كُلَّ سَبْتٍ مَاشِيًا وَرَاكِبًا وَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَفْعَلُهُ
(
صحيح البخاري)

“Nabi SAW selalu mendatangi masjid Quba setiap hari sabtu baik dengan berjalan kaki maupun dengan mengendarai kendaraan, sedangkan Abdullah selalu melakukannya.” (HR. Imam al-Bukhari dalam Sahih al-Bukhari I/398 hadits 1174)
Dalam mengomentari hadits ini al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:

الحديث  على اختلاف طرقه دلالة على جواز تخصيص بعض الأيام ببعض الأعمال الصالحة والمداومة على ذلك ، وفيه أن النهي عن شد الرحال لغير المساجد الثلاثة ليس على التحريم

“Hadits ini dengan sekian jalur yang berbeda menunjukkan akan diperbolehkannya menjadikan hari-hari tertentu untuk sebuah ritual yang baik dan istiqamah. Hadits ini juga menerangkan bahwa larangan bepergian ke selain tiga masjid (Masjid al-Haram, Masjid al-Aqsa, dan Masjid Nabawi tidak haram). (al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari III/69, Dar al-Fikr Beirut)
Komentarku ( Mahrus ali ):
Dalam kebanyakan riwayat tidak disebutkan kalimat " setiap hari Sabtu".
Dalam kitab allu`lu wal marjan terdapat keterangan sbb:
بَابُ فَضْلِ مَسْجِدِ قُبَاءَ وَفَضْلِ الصَّلاَةِ فِيْهِ وَزِيَارَتِهِ


97. Bab keutamaan masjid Quba, mendatanginya dan melakukan shalat di dalamnya.



883‏- حَدِيْثُ  ‏ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ   يَأْتِي قُبَاءً رَاكِبًا وَمَاشِيًا
أَخْرَجَهُ اْلبُخَارِيّ فِي: 20 كِتَابُ فَضْلِ الصَّلاَةِ فِي مَسْجِدِ مَكَّةَ وَاْلمَدِيْنَةِ: 4 بَابُ إِتْيَانِ مَسْجِدِ قُبَاءَ مَاشِيًا وَرَاكِبًا


883.Ibnu Umar ra menuturkan: “Nabi saw biasa mendatangi masjid Quba sambil berkendaraan dan sambil berjalan kaki.” (Bukhari, 20, Kitab Fadhlush Shalat fii Masjidi Mekah wal Madinah, 4, bab mendatangi masjid Quba sambil berjalan atau berkendaraan).
Komentarku ( Mahrus ali ):
Allu`lu` wal marjan 419/1 Al albani berkata:  sahih’
Lihat di kitab karyanya: Sahihut targhib wattarhib, nomer hadis 1182
Di kitab tsb, tidak ada kalimat hadis " setiap hari Sabtu ".
Albani juga menyatakan dalam kitab " Al tsamar al mustathob "sbb:
الثمر المستطاب - (ج 1 / ص 573)
 1 - عن نافع عنه
 أَخْرَجَهُ الْبُخَارِي ( 3 / 53 ) وَمُسْلِم ( 4 / 127 ) وَمَالِكٌ ( 1 / 181 ) وَأَبُو دَاوُدَ ( 1 / 319 ) وَالطَّيَالِسِي ( ص 252 رَقْم 1839 ) وَأَحْمَدُ( 2 / 4 و 57 و 58 و 65 و 101 و 155 ) مِنْ طُرُقٍ عَنْهُ . وَالزِّياَدَةُ الثَّانِيَةُ لِلشَّيْخَيْنِ
Hadis tsb dari Nafi` . HR Bukhari  3/53. Muslim  4/ 127 Malik  1/ 181. Abu dawud 1/319 . Thoyalisi, hal 252, nomer 1839. Ahmad 2/4,57,58, 65, 101, 155 dari beberapa jalur dari padanya . Tambahan kedua adalah riwayat Bukhari Muslim.
Komentarku ( Mahrus ali ):  Maksud tambahan kedua disini adalah " lalu melakukan salat dua rakaat di masjid Quba` ". 
Untuk riwayat Abu dawud dan Nasai di pastikan tanpa tambahan kalimat: "setiap hari Sabtu".  Jadi tambahan ini masih hilaf bukan kesepakatan diantara ulama ahli hadis.
Dalam  riwayat Bukhari yang menggunakan kalimat" setiap hari Sabtu" terdapat perawi yang tertuduh keliru, lihat sanadnya sbb:
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُسْلِمٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْتِي مَسْجِدَ قُبَاءٍ كُلَّ سَبْتٍ مَاشِيًا وَرَاكِبًا وَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَفْعَلُهُ
Bercerita kepada kami Musa bin Ismail lalu berkata: Bercerita kepada kami Abd Aziz bin Muslim dari Abdullah bin Dinar dari ibn Umar ra berkata: ……………………………( menyebut hadis tsb).

Komentarku ( Mahrus ali ):
Seorang perawi bernama Abd Aziz bin Muslim yang kadang keliru dalam menyampaikan hadis. Lihat komentar para ulama tentang sosok tersebut.
وَقَالَ ابْنُ حِبَّانَ أَيْضًا فِى كِتَابِ " الصَّحَابَةِ " فِى تَرْجَمَةِ فَرْوَةَ بْنِ نَوْفَلَ: عَبْدُ اْلعَزِيْزِابْنُ مُسْلِمٍ رُبَّمَا وَهِمَ فَأَفْحَشَ . اهـ .
Ibnu Hibban dalam kitab "As shohabah" dalam menjelaskan riwayat hidup Farwah bin Naufal: Abd Aziz bin Muslim terkadang keliru yang sangat ( dalam menyampaikan hadis ).  
Dalam kitab Mausuah ruwatil hadis 4122 ada keterangan sbb:
مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ ابْنِ حَجَرَ: ثِقَةٌ عَابِدٌ رُبَّمَا وَهِمَ
مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ الذَّهَبِـي: ثِقَةٌ عَابِدٌ
Martabatnya menurut Ibnu Hajar:  Dia ( Abd Aziz ) adalah perawi terpercaya kadang keliru.
Martabatnya menurut Dzahabi sbb:  Dia perawi terpercaya.

Komentarku ( Mahrus ali ):
Barang kali tambahan kalimat"setiap hari Sabtu" itu dari kekeliruan Abd Aziz tadi bukan perawi lainnya.


ثَبَتَ فِي الْحَدِيْثِ الْمُتَّفَقِ عَلَيْهِ أَنَّ النَّبِيَّ مُحَمَّدٌ كَانَ يَزُوْرُ مَسْجِدَ قُبَاءَ وَيُصَلِّي فِيْهِ ، وَفِي رِوَايَةٍ فَيُصَلِّي فِيْهِ رَكْعَتَيْنِ .
Dalam hadis yang muttafaq alaih terdapat keterangan bahwa Nabi Muhammad berziarah ke masjid Quba` dan melakukan salat di dalamnya. Dalam suatu riwayat:  Lalu beliau melakukan salat dua rakaat di dalamnya.
Lantas sang Admin melanjutkan perkataannya sbb:

وَهُوَ فِي يَوْمِ السَّبْتِ آكَدُ نَاوِيًا التَّقَرُّبَ بِزِيَارَتِهِ وَالصَّلاَةِ فِيْهِ
Hal itu di hari Sabtu lebih di sunnahkan dengan niat mendekat kepada Allah dengan berkunjung kepadanya dan melakukan salat di dalamnya.

Komentarku ( Mahrus ali ):
  Hadis yang beliau gunakan tanpa menyebut kalimat " Setiap hari Sabtu ".
Dalam kebanyakan riwayat hadis tanpa menggunakan kalimat " setiap hari Sabtu" yang di gunakan pokok pembahasan oleh Idrus Ramli dalam bukunya yang dikutip oleh Sarkub. Boleh dilihat disini: 1193 Bukhari. Muslim 1399.Musnad Ahmad 5177,5497,6396

Menurut riwayat Muslim, juga terdapat orang yang tertuduh keliru dalam menyampaikan hadis yaitu  Sofyan, lihat  hadisnya  sbb:
صحيح مسلم - (ج 7 / ص 170)
-    وحَدَّثَنَاه ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْتِي قُبَاءً يَعْنِي كُلَّ سَبْتٍ كَانَ يَأْتِيهِ رَاكِبًا وَمَاشِيًا
Ibnu Abi Umar telah menceritakan kepada kami tentang hadis dibawah ini, lalu berkata: Bercerita kepada kami Sofyan  dari Abdullah bin Dinar dari Abdullah bin Umar, Sesungguhnya Rasulullah SAW datang ke Quba` - ya`ni pada tiap Sabtu dengan naik kendaraan atau berjalan kaki.  HR Muslim 7/170.        
Imam Muslim berkata:
و حَدَّثَنِيهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ هَاشِمٍ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ ابْنِ دِينَارٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَلَمْ يَذْكُرْ كُلَّ سَبْتٍ
Saya diberi tahu tentang hadis tsb oleh Abdullah bin Hasyim, lalu berkata: Bercerita kepada kami Waki` dari Sofyan dari  Abdullah bin Dinar tanpa menyebut: " Setiap hari Sabtu".
Komentarku ( Mahrus ali ):
    Imam Muslim sendiri menyatakan bahwa kalimat " setiap  hari Sabtu " tidak di sebutkan dalam riwayat itu.
Perawi bernama Sofyan martabatnya sbb: Dia terpercaya dan juga mudallis ( suka menyelinapkan perawi lemah) dan hapalannya berobah ketika ahir hayat .[1]
Dalam kitab Umdatul qari 143/ 2 diterangkan sbb:
عُمْدَةُ اْلقَارِي 7 - (ج 2 / ص 143)
زَادَ ابْنُ عُيَيْنَةَ وَعَبْدُ اْلعَزِيْزِ بْنُ مُسْلِمٍ كُلَّ سَبْتٍ
Ibnu Uyainah dan Abd Aziz bin Muslim menambahi kalimat: " setiap sabtu".
Komentarku ( Mahrus ali ):
  Dengan demikian jelas, tidak samar lagi bahwa kalimat " setiap hari Sabtu " adalah tambahan kedua perawi tersebut bukan lainnya dan tidak asli hadisnya begitu.
Dalam kitab mausuat 4122 dejelaskan:
الطَّبْقَةُ: 7 : مِنْ كِبَارِ أَتْبَاعِ التَّابِعِيْنَ
اْلوَفَاةُ: 167 هـ
Tingkat tujuh, termasuk pengikut tabiin yang senior.
Wafat  167 H.
Komentarku ( Mahrus ali ):
    Jadi perawi bernama Abd Aziz bin Muslim tsb bukan sahabat juga bukan tabiin tapi pengikiut tabiin yang senior. Jadi mulai adanya tambahan  kalimat " setiap hari Sabtu " dalam hadis tsb di perkirakan masa pengikut tabiin bukan masa tabiin atau para sahabat. Di masa sahabat dan tabiin tambahan itu tidak ada. Tambahan itu tidak bisa dibuat pegangan tapi harus di buang agar tidak menyesatkan umat yang ingin benar.
Dalam kitab Mausuah 2451 terdapat keterangan tentang Sofyan bin Uyainah perawi hadis di atas sbb:

الْمَوْلِدُ : 107 هـ
الطَّبْقَة: 8 : مِنَ الْوُسْطَى مِنْ أَتْبَاعِ التَّابِعِيْنَ
اْلوَفَاةُ: 198 هـ بـ مَكَّةَ
Dia lahir 108 H. Tingkatan: Dia termasuk kalangan menengah dari pengikut Tabiin, wafat pada tahun  198.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Jadi kedua perawi yan g tertuduh menambahi redaksi hadis tadi adalah Abd Aziz dan Sofyan bin Uyainah. Keduanya bukan sahabat atau tabiin tapi pengikut tabiin. Mulai dari  100 hijriyah ke atas.
Dalam kitab Al Musnadul jami` 10/113 terdapat keterangan sbb:
أَخْرَجَهُ مَالِكٌ "الْمُوَطَّأ" رِوَايَةُ أَبِي مُصْعَبٍ (553), وَالْحُمَيْدِي (658) قَالَ:  حَدَّثَنَاسُفْياَنُ. وَ"أَحْمَدُ" 2/30(4846) قَالَ:  حَدَّثَنَايَزِيْدُ ،  أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيْدٍ. وَفِي 2/58(5218) قَالَ
Diriwayatkan oleh Imam Malik "Muwatta" diriwayatkan oleh Abu Musab  (553), dan al Humaidi  (658) berkata: Bercerita kepada kami Sofyan. Dan "Ahmad"  berkata 2/30 (4846): Bercerita kepada kami Yazid, beritahu kami Yahya bin Said. Di 2/58 (5218) Imam Ahmad mengatakan:
:  حَدَّثَنَاوَكِيْعٌ ،  حَدَّثَنَا سُفْياَنُ (ح) وَعَبْدُ الرَّحْمَن ، عَنْ سُفْيانَ. وَفِي 2/65(5329) قَالَ: قَرَأْتُ عَلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ مَهْدِي: مَالِكٌ. وَفِي 2/72(5403) قَالَ:
Bercerita kepada kami Waki`, Sofyan mengatakan kepada kami ( pindah sanad ) dan Abdul Rahman, dari  Sofyan. Di 2/65 (5329) Imam Ahmad mengatakan: Saya baca hadis pada Abdul-Rahman bin Mahdi .
Imam Malik. Dalam 2/72 (5403) Imam Ahmad  mengatakan
  حَدَّثَنَا أَبُوسَلْمَةَ ،  حَدَّثَنَا ابْنُ بِلاَلٍ ، يَعْنِي سُلَيْمَان. وَفِي 2/80(5522) قَالَ:  حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ ،  أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ. وَفِي 2/107(5860) قَالَ:  حَدَّثَنَاعَفَّانُ ،  حَدَّثَنَا عَبْدُ اْلعَزِيْزِ بْنُ مُسْلِمٍ.
Bercerita kepada kami: Abu salma, anak Bilal mengatakan kepada kami, maksudku Sulaiman. Dalam 2/80 (5522) Imam Ahmad berkata: Mengatakan kepada kami: Abdul Razzaq, Sufyan mengatakan kepada kami. Dalam 2/107 (5860) Imam Ahmad berkata: Bercerita kepada kami Affan, Bercerita kepada kami Abdul Aziz bin Muslim.
و"عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ" 790 قَالَ:  أَخْبَرَنَا يَزِيْدٌ بْنُ هَارُوْنَ ،  أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيْدٍ الأَنْصَارِي. وَ"البُخَارِي" 2/77(1193) قَالَ:  حَدَّثَنَامُوْسَى بْنُ إِسْمَاعِيْلَ ،  حَدَّثَنَا عَبْدُ اْلعَزِيْزِ بْنُ مُسْلِمٍ.
Dan "  Abed bin Humaid " 790 berkata:
Beritahu kami Yazid putra Harun, beritahu kami Yahya bin Sa`id Al-Anshari. Dan "al Bukhari " berkata 2/77 (1193): Bercerita kepada kami Musa bin Ismail, Bercerita kepada kami  Abdul Aziz bin Muslim,
وَفِي 9/128(7326) قَالَ:  حَدَّثَنَاأبونُعَيْمٍ ،  حَدَّثَنَا سُفْياَن. و"مُسْلِمٌ" 4/127 (3374) قَالَ:  حَدَّثَنَايحَيْىَ بْنُ يَحْيَى. قَالَ: قرأتُ عَلَى مَالِكٍ.
Dalam 9/128 (7326) Imam Bukhari mengatakan: Bercerita kepada kami Abu Nuaim, Sofyan mengatakan kepada kami. Dan "Muslim" 4/127 (3374) mengatakan: Bercerita kepada kami Yahya bin Yahya, lalu berkata: Aku baca hadis kepada Imam Malik
وَفِي (3375) قَالَ: وَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوْبَ ، وقُتَيْبَةُ ، وَابْنُ حُجْر. قَالَ ابْنُ أَيُّوْبَ:  حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيْلُ بْنُ جَعْفَرَ.
Pada (3375) Muslim mengatakan: Dikisahkan oleh Yahya bin  Ayyub, dan Qutaiba, dan Ibnu Hajar. Ibn Ayyub berkata: Beritahu kami Ismail bin Jafar.
 وَفِي (3376) قَالَ: وَحَدَّثَنِي زُهَيْرٌ بْنُ حَرْبٍ ،  حَدَّثَنَا سُفْيانُ بْنُ عُيَيْنَةَ. وَفِي (3377) قَالَ: وَ حَدَّثَنَاهُ ابن أَبِي عُمَرَ ،  حَدَّثَنَا سُفْيانُ.
Pada (3376) Imam Muslim mengatakan: Zuhair bin Harb meriwayatkan padaku,, mengatakan kepada kami  Sufyan bin Uyainah. Pada (3377) Muslim  mengatakan: Bercerita kepada kami  Ibnu Abi Omar, mengatakan kepada kami Sufyan.
وَفِي (3378) قَالَ: وَحَدَّثَنِيْهِ عَبْدُ اللهِ بْنُ هَاشِمٍ ،  حَدَّثَنَا وَكِيْعٌ ، عَنْ سُفْيان. و"النَّسَائِي" 2/37,. وَفِي "الكُبْرَى" 779 قَالَ:  أَخْبَرَنَا قُتَيْبَة, عَنْ مَالِكٍ.
Pada (3378) Muslim mengatakan: Bercerita kepadaku Abdullah bin Hasyim, mengatakan kepada kami Waki` dari Sofyan. Dan "Nasa`i" 2/37. Dalam 779 " Al Kubro" mengatakan: Beritahu kami Qutaiba  dari Imam Malik.


سَبْعَتُهُمْ (مَالِكٌ, وَسُفْيانُ بْنُ عُيَيْنَةَ ، وَيَحْيَى بْنُ سَعِيْدٍ اْلأَنْصَارِي ، وسُفْيانُ الثَّوْرِي ، وَسُلَيْمَانُ بْنُ بِلاَلٍ ، وَعَبْدُ اْلعَزِيْزِ بْنُ مُسْلِم ، وَإِسْمَاعِيْلُ بْنُ جَعْفَرَ) عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ دِيْنَار ، فَذَكَرَهُ.

Top of Form
Tujuh perawi tsb (Malik,  Sufyan bin Uyainah, Yahya bin Sa`id Al-Anshari, dan Sofyan Tsauri, dan Sulaiman bin Bilal, Abdul Aziz bin Muslim, dan Ismail bin Ja`far) dari Abdullah bin Dinar, dia menyebutkan ( hadis tsb ).

Komentarku ( Mahrus ali ):
Intinya hadis tsb hanya diriwayatkan oleh Abdullah bin Dinar. Bukan orang lain. Dia adalah tabiin bukan sahabat. Hadis tsb di kalangan sahabat tidak dikenal alias nyeleneh, populer di kalangan kita.  Dikalangan tabiin saja, hadis tsb tidak di kenal dianggap unik apalagi di kalangan sahabat.   Bila hadis tsb di kenal di kalangan sahabat, maka sudah tentu banyak yang meriwayatkannya bukan satu orang gitu yaitu hanya Abdullah bin Umar. Mestinya bila Nabi SAW benar menjalankan seperti itu, maka banyak sahabat yang tahu bukan Ibnu Umar saja dan mereka juga menjalankannya karena ikut pada Nabi SAW bukan menyelisihinya.  Berhubung tiada yang menjalankan dari kalangan sahabat kecuali Ibnu Umar, maka hadis tsb termasuk tafarrud yaitu menyendiri, ganjil dan unik sekali bukan hadis yang terkenal di kalangan sahabat Dan inilah yang di buat pegangan oleh Idrus Ramli yang dikutip oleh Sarkub dengan bangga seolah protesnya kepada saya itu benar, hakikatnya salah total. 
DR Abu Lubabah At thahir Shalih Husain kepala bagian dirosah Islamiyah  di Emirat menyatakan:
وَإِطْلاَقُ الْحُكْمِ عَلَى التَّفَرُّدِ بِالرَّدِّ وَالنَّكَارَةِ أَوِ الشُّذُوْذِ مَوْجُوْدٌ فِي كَلاَمِ كَثِيْرٍ مِنْ أَهْلِ الْحَدِيْثِ
 Mengghukumi perawi yang secara sendirian meriwayatkan agar riwayatnya  tertolak, dikatakan mungkar, syadz memang ada dlm perkataan kebanyakan ahli hadis . Ulumul hadis 12/1

Imam Syafi`I pernah menyatakan:
إِنَّهُ تَفَرُّدُ الثِّقَةِ بِمُخَالَفَةِ مَنْ هُوَ أَرْجَحُ مِنْهُ
Syadz adalah seorang perawi hadis meriwayatkan secara sendirian dengan bertentangan dengan perawi yang lebih rajih.  Nukat karya Ibnu Hajar 69/1



Dalam artikel tsb di katakan:
Dalam mengomentari hadits ini al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:

الحديث  على اختلاف طرقه دلالة على جواز تخصيص بعض الأيام ببعض الأعمال الصالحة والمداومة على ذلك ، وفيه أن النهي عن شد الرحال لغير المساجد الثلاثة ليس على التحريم

“Hadits ini dengan sekian jalur yang berbeda menunjukkan akan diperbolehkannya menjadikan hari-hari tertentu untuk sebuah ritual yang baik dan istiqamah. Hadits ini juga menerangkan bahwa larangan bepergian ke selain tiga masjid (Masjid al-Haram, Masjid al-Aqsa, dan Masjid Nabawi tidak haram). (al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari III/69, Dar al-Fikr Beirut)
Komentarku ( Mahrus ali ):
Ada redaksi yang berharokat/ sakal dan lebih enak di baca sbb:
فتح الباري لابن حجر - (ج 4 / ص 197)
 وَفِي هَذَا اَلْحَدِيثِ عَلَى اِخْتِلَافِ طُرُقِهِ دَلَالَةٌ عَلَى جَوَازِ تَخْصِيصِ بَعْضِ اَلْأَيَّامِ بِبَعْضِ اَلْأَعْمَالِ اَلصَّالِحَةِ وَالْمُدَاوَمَةِ عَلَى ذَلِكَ ، وَفِيهِ أَنَّ اَلنَّهْيَ عَنْ شَدِّ اَلرِّحَالِ لِغَيْرِ اَلْمَسَاجِدِ اَلثَّلَاثَةِ لَيْسَ عَلَى اَلتَّحْرِيمِ لِكَوْن اَلنَّبِيّ صَلَّى اَللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْتِي مَسْجِد قُبَاء رَاكِبًا
Komentarku ( Mahrus ali ):
    Ada kekeliruan arti atau kurang tepat sbb:
Versi Idrus Ramli:
“Hadits ini dengan sekian jalur yang berbeda menunjukkan akan diperbolehkannya menjadikan hari-hari tertentu untuk sebuah ritual yang baik dan istiqamah

Mestinya sbb: .
  Hadis ini dengan jalur periwayatan yang berbeda menunjukkan diperbolehkan menghususkan  hari – hari tertentu dengan sebagian perbuatan / amalan yang salih dan istiqomah kepadanya.

Lihat dalam dua terjemah itu berbeda, yaitu al a`mal as sholihah menurut Idrus Ramli di artikan dengan sebuah ritual yang baik…………… mestinya  dengan   sebagian perbuatan / amalan yang salih.  Ritual itu bukan bermakna  amalan dan amalan juga bukan bermakna ritual. Amalan salih dan ritual yang salih punya arti sendiri – sendiri.


  Pendapat Ibnu Hajar tsb berdasarkan hadis tadi yang unik, nyeleneh di kalangan sahabat, apalagi tambahan " setiap hari Sabtu " yang tidak dikenal di masa sahabat atau tabiin.  Sudah tentu pendapat beliau kali ini tidak layak untuk di buat pegangan tapi harus di buang karena dalilnya rapuh- tidak kuat. Sedang kita diperintahkan untuk berdalil dalam setiap langkah untuk beribadah  sebagaimana ayat:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
               Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui dalilnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. ( Al isra` 36 ).
Al albani berkata Dalam kitab ats tsamarul mustathob sbb:

الثمر المستطاب - (ج 1 / ص 576)
ثُمَّ وَقَفْتُ عَلَى مَنْ ذَكَرَ ذَلِكَ وَهُوَ اْلإِمَامُ أَبُو شَامَةَ الشَّافِعِي فِي كِتَابِهِ ( البَاعِثُ عَلَى إِنْكَارِ اْلبِدَعِ وَالْحَوَادِثِ ) وَقَدْ ذَكَرَ فِيْه مَا يُوَافِقُ مَا ذَهَبْنَا إِليهِ مِنْ عَدَمِ جَوَازِ التَّخْصِيْصِ وَإِلَيْكَ كَلاَمُهُ فِي ذَلِكَ كُلِّهِ قَالَ رَحِمَهُ اللهُ ( ص 34 ):
  Kemudain saya menjumpai orang yang menyebut hal itu yaitu Imam Abu Syamah As syafii dalam kitabnya: Al Ba`its ala inkaril bida`i wal hawadits " . Sungguh  beliau telah menyebutkan di dalamnya suatu yang cocok dengan pendapat kami yaitu  larangan untuk menentukan  waktu. Dan inilah perkataan beliau seluruhnya dalam masalah itu . Beliau rahimahulloh ( hal 34 )  berkata:
 ( وَلاَ يَنْبَغِي تَخْصِيْصُ اْلعِبَادَاتِ بِأَوْقَاتٍ لَمْ يَخُصُّهَا بِهَا الشَّرْعُ بَلْ يَكُوْنُ جَمِيْعُ أَنْوَاعِ اْلبِرِّ مُرْسَلَةً فِي جَمِيْعِ اْلأَزْمَانِ لَيْسَ لِبَعْضِهَا عَلَى بَعْضٍ فَضْلٌ إِلاَّ مَا فَضَّلَهُ الشَّرْعُ وَخَصَّهُ بِنَوْعٍ مِنَ اْلعِبَادَةِ فَإِنْ كَانَ ذَلِكَ اِخْتَصَّ بِتِلْكَ الْفَضِيْلَةِ تِلْكَ اْلعِبَادَةِ دُوْنَ غَيْرِهَا كَصَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ وَعَاشُوْرَاءَ وَالصَّلاَةِ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ وَاْلعُمْرَةِ فِي رَمَضَانَ وَمِنَ اْلأَزْمَانِ مَا جَعَلَهُ الشَّرْعُ مُفَضَّلاً فِيْهِ جَمِيْعُ أَعْمَالِ اْلبِرِّ كَعَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ وَلَيْلَةِ اْلقَدْرِ الَّتِي هِيَ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ أَيْ الْعَمَلُ فِيْهَا أَفْضَلُ مِنَ اْلعَمَلِ فِي أَلْفِ شَهْرٍ لَيْسَ فِيْهَا لَيْلَةُ اْلقَدْرِ
Tidak layak menentukan ibadah dalam waktu – waktu tertentu yang tidak ditentukan oleh sariat. Bahkan seluruh macam kebaikan bebas  waktunya di seluruh masa, tiada sebagian waktu lebih utama dari pada sebagian yang lain kecuali ibadah yang diutamakan oleh sariat secara husus . Bila demikian, cukup ibadah tsb yang mendapat keutamaan bukan lainnya  sebagaimana puasa pada hari Arofah, Asyura, salat di tengah malam, Umrah di bulan Ramadhan. Diantara waktu juga ada waktu yang di utamakan untk berbuat kebaikan seperti sepuluh bulan Dzul Hijjah, lailatul qadar yang lebih utama dari pada seribu  bulan. Ya`ni berbuat suatu amalan didalamnya lebih baik dari pada dijalankan dalam seribu bulan  yang tidak ada lailatul qadrnya.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Untuk puasa Arofah, saya kurang setuju. Boleh anda lihat dalam artikel saya tentang hal itu. MANTAN KYAI NU: kelemahan hadis tentang puasa arofah
03 Des 2010


  Ibnu Taimiyah dalam fatawanya 2/186 juga mendukungnya.

الثمر المستطاب - (ج 1 / ص 578)
 قال شيخ الإسلام في ( الفتاوى ) ( 2 / 186 ):
 ( ذَكَرَ بَعْضُ الْمُتَأَخِّرِيْنَ مِنَ الْعُلَمَاء أَنَّهُ لاَ بَأْسَ بِالسَّفَرِ إِلَى الْمَشَاهِدِ وَاحْتَجُّوا بِأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْتِي قُبَاءَ كُلَّ سَبْتٍ رَاكِبًا وَمَاشِيًا وَلاَ حُجَّةَ لَهُمْ فِيْهِ ِلأَنَّ قُبَاءَ لَيْسَ مَشْهَدًا بَلْ مَسْجِدٌ
Sebagian ulama  belakangan menyebutkan boleh pergi ke kuburan – kuburan dengan landasan bahwa Nabi SAW pergi ke Quba` setiap Sabtu dengan berjalan atau naik kendaraan. Tapi landasan itu tidak benar, sebab Quba` bukan kuburan tapi masjid. [2]
Al bani berkata:
قُلْتُ: وَلِهَذَا قُلْنَا:
Saya katakan: Saya juga berkata seperti itu.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Maksudnya al albani juga mendukungnya.
Imam Nawawi berkata:
شرح النووي على مسلم - (ج 5 / ص 62)
قَوْله: ( كُلّ سَبْت ) فِيهِ: جَوَاز تَخْصِيص بَعْض الْأَيَّام بِالزِّيَارَةِ ، وَهَذَا هُوَ الصَّوَاب وَقَوْل الْجُمْهُور ، وَكَرِهَ اِبْن مَسْلَمَة الْمَالِكِيّ ذَلِكَ ، قَالُوا: لَعَلَّهُ لَمْ تَبْلُغهُ هَذِهِ الْأَحَادِيث ، وَاَللَّه أَعْلَم . وَلِلَّهِ الْحَمْد وَالْمِنَّة ، وَبِهِ التَّوْفِيق وَالْعِصْمَة .
" Setiap Sabtu ", maksudnya  boleh menentukan sebagian hari untuk ziarah. Dan inilah yang benar, inipula perkataan kebanyakan ulama. Ibn Maslamah al Maliki  memakruhkan hal itu. Mereka berkata: Barang kali, beliau belum menjumpai hadis – hadis tentang hal itu. Wallohu a`lam. Bagi Allah segala pujaan, kenikmatan, taufik dan selamat dari kekeliruan.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Imam Nawawi menyatakan seperti itu dengan landasan hadis nyeleneh dan tidak populer di kalangan para sahabat dan tabiin, boleh dikatakan lemah dan perlu dibuang. Sayang sekali beliau tidak menggunakan  hadis lain.  Saya ingat al albani pernah menyatakan bahwa sering kali Imam Nawawi menyatakan Ijma` ulama tapi tiada perkataan ulama yang menyatakan hal itu Ijma`. Ijma` menurut Imam Nawawi kadang – kadang hanya beliau sendiri yang menyatakan seperti itu.   Dan yang penting mana refrensinya dan manapula dalil yang kokoh bukan akal – akalan  untuk menyatakan boleh menentukan hari – hari untuk ziarah ke kuburan dengan dalil selain itu. Hadis itu bila sahih untuk pergi ke masjid Quba` bukan ke kuburan atau masjid lainnya.  Lalu mengapa pengertiannya di selewengkan ke kuburan dan lain – lain. Ini kekeliruan bukan kebenaran, ini hal yang harus di buang bukan di buat pegangan.
Maaf masih banyak yang perlu diterangkan, saya buat bersambung saja.


[1] Mausuah ruwatil hadis.
[2] Ats tsmarul mustathob 578/2

Artikel Terkait

4 komentar:

  1. mahrus ali adalah orang BODOH yang di peralat Wahabi

    BalasHapus
  2. KOmentar orang dungu, tak perlu di gubris. Saya hanya menjawab komentar orang alim bukan alim aliman.

    BalasHapus
  3. orang salah dan kalah dalam beragumen akan selalu mencari segala cara walaupun berkata kasar dan fitnah, orang benar dan selalu mencari landasan dalil dari hadist shohih dan akan menang walau dengan suara pelan, lanjutkan terus Pak Ustad, kami bangga dan bersyukur atas perjuangan anda, kami bangga dengan sebutan wahabi atau salafy

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan