Selasa, Juni 05, 2012

Mantan kiyai NU dalam pandangan H. Didit Supardi, SH



Kesan menarik setelah membaca buku serial “Mantan Kiai NU” oleh KH. Mahrus Ali.
-         Seorang pemberi kesan, tentu setidak-tidaknya  sudah pernah membaca bukunya.
-         Bersama rekan-rekan saya di Surabaya memang sebagai pemburu buku baru tulisan beliau.
-         Tapi setiap ada berita tentang adanya buku baru, petugas toko buku, selalu menjawab, “wah sudah laku pak!!”.
-         Dari itu, timbul sifat Suroboyoan, nekat, mencari  kediaman penulis.
-         Alhamdulillah, setelah ketemu, koleksi buku Mantan Kiai NU bertambah.
-         Tambahan buku pada tanggal 2 Mei 2012 itu tentang:
·       Do’a-do’a Rasulullah yang shahih dan lemah dalam shalat.
·       I9 tuntunan salat sunat dan 9 salat sunat bid’ah.
·       Ternyata Rasulullah SAW menjalankan shalat wajib di atas tanah tanpa tikar dan sajadah.
-         Kesannya menarik, bahkan boleh ditambah dengan kata, “sangat”.
-         Sangat menarik, dengan 2 (dua) alasan:
Pertama : Berani menulis apa adanya atau bermental baja.
Kedua : Patut disebut guru sejati.

Pertama : Kalau tidak punya mental baja, karena tidak banyak orang berani menyetujui menulis cover buku yang “ngedap-edapi” atau “mengagumkan itu. “Mantan Kiai NU Menggugat Tahlilan, Istigosahan dan Ziarah Para Wali”.
-         Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat dan Dzikir Syirik.
-         Mantan Kiai NU Membongkar Praktek Syirik.
-         Mantan Kiai NU Bongkar Habis Kasidah Syirik.
-         Mantan Kiai NU Meluruskan Ritual-Ritual Kiai Ahli Bid'ah yang dianggap sunnah.
-         Sesat Tanpa Sadar – Membongkar kesesatan Kiai LBM NU Jember dalam Bertawasul / Berdoa dengan melalui perantara mayat nabi, wali, kyai, jimat dan shalawat syirik.
-         Apa yang digugat tersebut di atas sementara beliau dahulu melakukannya secara aktif, bukan hanya sebagai peserta, tapi bertindak sebagai pendekar juga sekaligus suhunya.
-         Kok tidak segan-segan dengan temannya yang senasib seperjuangan dalam mengarungi samudera lumpur kebid’ahan, kesyirikan dan kekufuran kepada Allah SWT.
-         “Ngegirisi” (bahasa Jawa) menakutkan sekali.
-         Dulu disanjung-sanjung setinggi langit, sekarang “dikeplekake” (bahasa Jawa) dibanting keras-keras.
-         Sedang umat yang mengaku Islam, sudah kronis kejangkitan penyakit Taqlid, Bid'ah dan Churafat (TBC). Sedu sedan tangis dalam dzikir berjamaah, usum tahlilan tidak hanya pada saat ada kematian, tapi semakin berkembang, menjelang naik haji, tahlilan, kemantenan, tahlilan, lulus S2, tahlilan. Juga yasinan berkembang maju pesat bahkan kitab suci Al-Qur'an, yang sudah ada dianggap kurang lengkap, perlu ditambah Yasin Fadilah. Belum lagi mauludan, haul dan sebagainya.  
-         Hal itu Bpk Mahrus Ali sanggup menunjukkan kepada halayak ramai bahwa amaliyah-amaliyah yang dilakukan itu, bukan ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya. Amaliyah itu mengada-ada, istilah kerennya Bid'ah.
Sejelek-jelek perbuatan adalah mengada-ada”.
-         Hari gini  kok berani-beraninya ngomong begitu.
Itulah kesan saya, bahwa Bpk Mahrus Ali bermental baja.

Kedua : Patut disebut Guru Sejati
-         Guru sejati kalau memberi ilmu kepada muridnya tidak ada yang disimpan, yang ditutup-tutupi.
-         “Perbuatan ini baik”, karena begini, begini, begini. Dasarnya ini.
-         “Perbuatan ini jelek”, buruk, karena begini, begini dan begini”. Dasarnya ini.
Sehingga murid yang menerima ilmu itu akan meniru, tidak sekedar bicara”. “Perbuatan ini baik”, karena ini, ini, ini. Dasarnya ini.
“Perbuatan ini jelek”, karena ini, ini dan ini. Dasarnya ini.
Sehingga dapat punya murid pandai-pandai dan cerdas-cerdas.
Contoh :         Ada buku yang ditulis oleh Tim LBM NU Cab Jember dalam menanggapi buku “Mantan Kiai NU Menggugat Shalawat dan Dzikir Syirik, ditulis oleh H. Mahrus Ali.
Tim LBM NU Cab Jember, menanggapi buku “Mantan Kiai NU” dimaksud, dengan menghadirkan hadits-hadits shohih. Karena ditulis begitu. Ketua penulisnya seorang Kiai, punya gelar lagi – ahli hadits – KH. Abdullah Syamsul Arifin, MHI.
-         Siapapun orangnya yang membaca buku bantahan itu, saya yakin banyak orang percaya kebenaran hadits-hadits itu.
-         Saya menanti jawaban dari H. Mahrus Ali – cukup lama dalam penantian.
-         Begitu hadir buku “Sesat Tanpa Sadar”, H. Mahrus Ali membongkar kesesatan Kyai LBM NU Cab Jember itu, Membongkar Hadits-Hadits yang katanya shahih, ternyata hadits do’if bahkan ada yang palsu-.
-         H. Mahrus Ali tidak sekedar mengatakan, itu salah, itu doif, itu palsu, tapi beliau menunjukkan bahwa hadits itu lemah bahkan palsu itu dari para ahli hadits yaitu ini, ini dan ini, lengkap.
Beliau memberi ilmu dengan rinci dan teliti, tidak sekedar tampil, sehingga murid mengatakan, “terima kasih guru”.
Secara tuntas ilmu itu diberikan kepada murid, itulah karakter seorang guru sejati.
-         Semoga ada gunanya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

                                                             Surabaya, 2 Juni 2012


                                                              H. Didit Supardi, SH

Rungkut Harapan Blok KK No. 6
Surabaya

Artikel Terkait

1 komentar:

  1. Betapa bangganya saya, sebagai putra dari almarhum ayahanda kami yg tercinta, H.Didit Supardi, SH ketika saya membaca tulisan ini. Sampai di akhir hayatnya, beliau tidak berhenti belajar dg membaca buku tentang bagaimana Islam yg benar, kemudian semua ilmu itu diceritakan dan diajarkan kepada kami semua, putra putri nya. Terima kasih, Bapak ku, semoga Alloh mencintaimu seperti engkau mencintai kami, dan Alloh memberikan tempat yg terbaik disisi Nya. Berbahagialah engkau bertemu dg Rasulullah, dimana selama hidup setiap engkau bercerita tentang Rasulullah, selalu kau teteskan airmata kerinduanmu padanya. Terima kasih kepada Bapak Mahrus Ali yg dg segala keilmuannya membuka kebenaran2 dari Alloh dan Rasul-Nya. Semoga Alloh senantiasa memberikan kekuatan dan kemudahan kepada Bapak Mahrus Ali. Amin...amin...amin...ya robbal'alamin...

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan