Kamis, September 06, 2012

Kesesatan LBMNU Jember ke 2 jilid 2










Komentarku ( Mahrus ali ) :

Sanad hadis tsb sbb :
 حَدَّثَنَا يَعْقُوْبُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ الزُّبَيْرِ ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ   أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ اْلأَذْرَمِي ، نَا هُشَيْمٌ ، عَنْ حُمَيْدٍ ، عَنْ أَنَسٍ
Bercerita kepada kami  Ya`qub bin Ishak bin Zubair , lalu berkata : Bercerita kepada kami Abdullah bin Muhammad  Abu Abdir rahman Al adzrami  , lalu berkata : Bercerita kepada kami Husyaim  dari Humaid dari Anas . [1]

Humaid Atthawil terkenal perawi mudallis , begitu juga Husyaim , Juga Ya`qub bin Ishak bin Zubair yang tidak di kenal dan tidak di cantumkan namanya dalam dua kitab Tahdzib Ibnu Hajar dan Dzahabi .Setahu saya , penyusun kitab hadis yang meriwayatkannya hanyalah Imam Thabrani . Redaksinya  nyeleneh dan  juga bertentangan dengan al quran .
Doa wahai Tuhan yang tidak bisa di lihat mata  adalah  kedustaan yang nyata . Ia bertentangan dengan ayat :
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ  إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ   وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ بَاسِرَةٌ
Wajah-wajah (orang-orang mu'min) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat.[2]
Ayat ini menjelaskan Allah tidak bisa di lihat  di dunia tapi kelak  di akhirat akan bisa di lihat  sebagaimana hadis :
إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هٰذَا الْقَمَرَ لاَ تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ فَإِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ لاَ تُغْلَبُوا عَلَى صَلاَ ةٍ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا فَافْعَلُوا ثُمَّ قَرَأَ ( وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ )
Sesungguhnya kamu sekalian akan melihat kepada Tuhanmu sebagaimana kamu melihat bulan ini . Pandanganmu takkan kabur dalam melihatNya. Bila kamu mampu untuk  menjalankan salat sebelum matahari terbit dan terbenam  lakukan lah. Lantas beliau membaca ayat :
 وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ
Bacalah tasbih dengan memuji Tuhanmu  sebelum matahari terbit dan  sebelum terbenam.[3]

Doa dengan kalimat sbb:
اِجْعَلْ خَيْرَ عُمْرِي آخِرَهُ وَخَيْرَ عَمَلِي خَوَاتِمَهُ وَخَيْرَ أَيَّامِي يَوْمَ أَلْقَاكَ فِيْهِ
Ya Allah jadikanlah  umurku terbaik adalah pada ahir hayat  dan  amalan yang terbaik menjadi pemungkasnya  dan hariku yang terbaik adalah hari ketika berjumpa denganMu.
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Kalimat tersebut tidak pernah saya jumpai dalam banyak hadis sahih dan baru kali ini saya menjumpainya . Minta  pada Allah jangan minta Ya Allah jadikanlah amalanku yang terbaik sebagai pemungkas amalanku  . Hal itu ber arti untuk masa muda atau sekarang biar aku jelek – atau munafik tidak apa – apa . Asal nanti ketika ahir hayat menjelang kematian , jadikanlah amalanku yang terbaik sebagai pemungkasnya . Ini  doa jelek sekali . Tapi bila berdoa ikutilah tuntunan  sbb :
Adam pernah berdoa  :
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا
Wahai Tuhan kami , kami telah menganiaya diri kami .
Nabi Nuh juga pernah berdoa  :
رَبِّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ
Wahai Rabbku Sesungguhnya aku berlindung denganMu  untuk minta padaMu  apa yang aku tidak punya ilmu ( atau tidak memiliki dalil )

Nabi Ibrahim juga pernah berdoa :
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ
Ya Rabbku ampunilah aku dan kedua orang tuaku .

Nabi Musa juga pernah berdoa :
رَبِّ إنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي
Wahai Rabbku !  Sesungguhnya aku menganiaya diriku , ampunilah aku .

Dll\
Imam Thabrani menyatakan :
لَمْ يَرْوِ هٰذَا الْحَدِيْثَ عَنْ حُمَيْدٌ إِلاَّ هُشَيْمٌ ، تَفَرَّدَ بِهِ اْلأَذْرَمِي
Tiada perawi yang meriwayatkan hadis  yang di sampaikan oleh Tim penulis LBM Jember itu kecuali Husyaim – Dalam  hal ini hanya Adzrumi yang meriwayatkannya .

Komentarku : Mengapa tiada  perawi lain meriwayatkannnya  , mengapa penyusun kutrubut tis`ah tidak mencantumkannya  dalam kitab mereka  , apakah karena lemah atau mereka  tidak tahu .Mengapa hanya  satu orang yang tahu . Apakah tidak mungkin mereka tahu tapi enggan menerimanya   karena isinya yang bertentangan dengan ayat al  quran .
Ibnu Hajar Al Haitsami menyatakan :

رَوَاهُ الطَّبْرَانِي فِي اْلاَوْسَطِ وَرِجَالُهُ رِجَالُ الصَّحِيْحِ غَيْرَ عَبْدِاللهِ بْنِ مُحَمَّدٍ  أَبُو عَبْدِالرَّحْمَنِ  اْلاَذْرَمِى وَهُوَ ِثقَةٌ.
Hadis tsb  riwayat Thabrani  dalam al Mu`jam al ausath , dan perawi – perawinya adalah perawi Sahih Bukhari  selain Abdullah bin Muhammad Abu Abd Rahman  al adzrami  - dan dia juga perawi terpercaya . [4]

Komentarku ( Mahrus ali ) :
Humaid Atthawil terkenal perawi mudallis , begitu juga Husyaim , Juga Ya`qub bin Ishak bin Zubair yang tidak di kenal dan tidak di cantumkan namanya dalam dua kitab Tahdzib Ibnu Hajar dan Dzahabi

 Dalam Fatawa Nurun alad darb terdapat keterangan sbb :
السؤال
السَّائِلُ م ن مِنَ الْمَدِيْنَةِ النَّبَوِيَّةِ يَقُوْلُ أَسْأَلُ عَنْ هٰذَا الدُّعَاءِ هَلْ هُوَ وَارِدٌ (الَّلهُمَّ  يَا مَنْ لاَ تَرَاهُ الْعُيُوْنُ وَلاَ يَصِفُهُ الْوَاصِفُوْنَ)؟
Penanya dengan inissial MN  dari kota Medinah Al Munawwarah  berkata : Aku bertanya  tentang doa ini , apakah ada tuntunannya  : Ya Allah ! Wahai Tuhan yang tidak bisa di lihat mata  dan tidak bisa di sifati oleh orang – orang yang menyifatinya .

الْجَوَابُ

الشَّيْخُ: لاَ هٰذَا غَلَطٌ هٰذَا غَلَطٌ عَظِيْمٌ ِلأَنَّهُ إِذَا قَالَ  الَّلهُمَّ  يَا مَنْ لاَ تَرَاهُ اْلعُيُوْنُ وَأَطْلَقَ صَارَ فِي هٰذَا إِنْكَارٌ ِلرُؤْيَةِ اللهِ تَعَالَى فِي اْلآخِرَةِ

Syaikh menjawab : Ini adalah salah – ini salah besar , sebab  bila dia berdoa wahai Tuhan yang tidak bisa di lihat dengan mata secara  mutlak , maka bisa di katakan ingkar terhadap Allah taala  bisa  di lihat di akhirat
وَقَدْ ثَبَتَ عَنِ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ الْمُؤْمِنِيَن يَرَوْنَ رَبَّهُمْ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ عِيَاناً بِأَبْصَارِهِمْ كَمَا يَرَوْنَ الشَّمْسَ صَحْواً لَيْسَ دُوْنَهَا سَحَابٌ وَكَمَا يَرَوْنَ الْقَمَرَ لَيْلَةَ اْلبَدْرِ
Sungguh telah ada hadis sahih dari Nabi SAW , sesungguhnya  orang – orang mukmin akan melihat Tuhannya  pada hari kiamat dengan terang- terangan  dengan mata  mereka  sebagaimana mereka bisa melihat  matahari dengan jelas ketika tidak terlindung awan  atau sebagaimana  mereka bisa melihat bulan  pada malam purnama


[1] Mu`jam thabrani  20/300
[2]  Al Qiyamah 22-23
[3] Majmuk fatawa  karya  Ibnu taimiyah138/3 , Muttafaq alaih
[4] Majmauz zawaid 10/158
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan