Jumat, September 07, 2012

Kesesatan LBMNU Jember ke 3 jilid 2


أَوْصَانِي جِبْرَائِيْلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ بِالْجَارِ إِلَى أَرْبَعِيْنَ دَارًا عَشْرَةٌ مِنْ هَا هُنَا، وَعَشْرَةٌ مِنْ هَا هُنَا ، وَعَشْرَةٌ مِنْ هَا هُنَا ، وَعَشْرَةٌ مِنْ هَا هُنَا
Jibril mewasiatkan kepadaku bahwa tetangga itu sampai 40 rumah, 10 dari arah sana, 10 dari arah sana, 10 dari arah sana, dan 10 dari arah sana
Hadis ini dla’if. Kasyful Khafa’, 1:1054; Takhrij al-Ihya’, 2:232; al-Maqashid al-Hasanah, as-Sakhawi, 170.
إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدِ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ
Hati-hatilah kalian terhadap iri (hasad), karena iri itu akan dapat memakan kebaikan seperti api memakan (membakar) kayu
Hadis dla’if. At-Tarikh al-Kabir, 1:272; Mukhtashar Sunan Abi Dawud, al-Mundziri,7:226
إِيَّاكُمْ وَخَضْرَاءُ الدِّمَنِ فَقِيْلَ مَا خَضْرَاءُ الدِّمَنِ؟ قَالَ الْمَرْأَةُ الْحُسَنَاءُ فِي الْمَنْبَتِ السُّوْءِ
Berhati-hatilah kalian terhadap Khadra’ ad-Diman (hijaunya kotoran ternak), Rasulullah ditanya, apakah khadra’ ad-diman itu? Beliau bersabda; Perempuan yang baik di lingkungan yang buruk.
Al-Iraqi berkata; Hadis ini dla’if, dan juga didla’ifkan oleh Ibnu al-Mulqin. Al-Albani berkata; Hadis ini dla’if jiddan (lemah sekali). Takhrij al-Ihya’ (2:42), adl-Dla’ifah:14
اْلاِيْمَانُ عُرْيَانٌ فَلِبَاسُهُ التَقْوَى وَزِيْنَتُهُ الْحَيَاءُ وَثَمْرَتُهُ الْعِلْمُ
Iman itu telanjang, pakaiannya adalah taqwa, perhiasan-nya adalah malu dan buahnya adalah ilmu.
Hadis ini palsu, Kasyf al-Khafa’, 27.
اْلإِيْمَانُ عَقْدٌ بِالْقَلْبِ وَإِقْرَارٌ بِاللِّسَانِ وَعَمَلٌ بِاْلأَرْكَانِ
Iman adalah keyakinan di dalam hati, pernyataan dengan lisan dan perbuatan dengan anggota badan
Hadis ini palsu. Al-Mashnu’, Ali al-Qari, 72; Kasyf al-Khafa’, 1:22
اْلإِيْمَانُ يَزِيْدُ وَيَنْقُصُ
Iman itu bisa bertambah dan berkurang
Bukan hadis Rasululah, tetapi kata-kata yang disepakati (ijma’) oleh ulama’ salaf. al-Manar al-Munif, 119; Kasyf al-Khafa’, 25; Mizan al-I’tidal, 6:304.
بَادِرُوْا بِالأَعْمَالِ سَبْعاً، هَلْ تَنْتَظِرُوْنَ إِلاََّ مَرَضاً مُفْسِداً وَهَرَماً مُفَنَّداً أَوْ غِنًى مُطْغِيّاً أَوْ فَقْراً مُنْسِيّاً أًوْ مَوْتاً مُجَهَّزاً أَوْ الدَّجَّالَ فشر غائب يُنْتَظَرُ أَوِ السَّاعَةَ وَالسَّاعَةُ أَدْهَى وَأَمُرُّ
Bersegeralah melakukan amal shalih sebelum datangnya 7 hal, apakah kalian menanti penyakit yang merusak, ketuaan yang renta, kaya yang menyebabkan berlebih-lebihan, kefakiran yang membuat lupa, kematian yang terasa cepat datangnya, dajjal yang merupakan kejaha-tan yang dinantikan, atau kiamat. Padahal kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit.
Hadis ini dla’if. Dzakhiratu al-Huffadh, Ibnu Thahir, 2:2313; adl-Dla’ifah, 1666
الْبِرُّ لاَ يْبْلَى وَاْلإِثْمُ لاَ يُنْسَى وَالدَيَّانُ لاَ يَنَامُ فَكُنْ كَمَا شِئْتَ كَمَا تَدِيْنُ تُدَانُ
Kebajikan itu tak akan musnah, dosa itu tak akan terlupakan, dan yang membuat perhitungan tak akan tidur. Maka jadilah kamu seperti yang kau inginkan, karena seperti apa yang kau perbuat demikianlah kau akan diberi balasan
Hadis ini dla’if. Al-Kasyf al-Ilahi, ath-Tharablusi, 681; al-Lu’lu’ al-Marshu’, 414.
التَّائِبُ حَبِيْبُ اللهِ
Orang yang bertaubat adalah kekasih Allah
Hadis ni tidak ada asalnya, al-Ahadits allati laa ashla laha fi al-Ihya’, as-Subki, 356; adl-Dla’ifah, 95
تَحِيَّةُ الْبَيْتِ الطَّوَافُ
Penghormatan kepada Baitullah (ka’bah) adalah thawaf
Hadis ini tidak ada asalnya. Al-Asrar al-Marfu’ah, 130; al-Lu’lu’ al-Marshu’, 143; al-Maudlu’at ash-Shughra, al-Qari, 88.
تَخْرُجُ الدَّابَةُ مَعَهَا عَصَا مُوْسَى وَخَاتَمُ سُلَيْمَانَ فَتَجَلُّوا وَجْهَ الْمُؤْمِنِ بِالْعَصَا وَتَخْتَمُّ أَنْفَ الْكَافِرِ بِالْخَاتَمِ حَتَّى اَنَّ أَهْلَ الْخَوَانِ لَيَجْتَمِعُوْنَ فَيَقُوْلُ هَذَا يَا مُؤْمِن وَيَقُوْلُ هَذَا يَا كَافِر
ad-Dabbah (hewan melata sebagai tanda datangnya kiamat) akan keluar dengan membawa tongkatnya nabi Musa as. Dan cincin Nabi Sulaiman, lalu mereka menghilangkan kesedihan dari wajah orang mukmin dengan tongkat Nabi Musa, dan membinasakan orang kafir dengan cincin Nabi Sulaiman sehingga tukang makan pun berkumpul di depan hidangan dan berkata satu golongan; Wahai mu’min, dan ia berkata golongan lainnya; Wahai kafir
Hadis ini munkar. Adl-Dla’ifah, 1108
تَوَسَّلُوْا بِجَاهِيْ ، فَإِنَّ جَاهِي عِنْدَ اللهِ عَظِيْمٌ
Berperantaralah (bertawassul) kalian dengan kedudu-kanku, karena sesungguhnya kedudukanku di sisi Allah sangat agung
Ibnu Taimiyah dan al-Albani mengatakan, hadis ini tidak ada asalnya. Iqtidla’ ash-Shirat al-Mustaqim, Ibnu Taimiyah, 2:415; adl-Dla’ifah, 22
تَزَوَّجُوْا وَلاَ تُطَلِّقُوْا، فَإِنَّ الطَّلاَقَ يَهْتَزُّ لَهُ الْعَرْش
Menikahlah kalian dan jangan kalian bercerai, karena perceraian itu akan menggoncangkan arsy
Hadis ini maudlu’. Tartib al-Maudlu’at, 694; al-Maudlu’at, ash-Shaghani, 97; Tanzih asy-Syari’ah, 2:202.
تُعَادُ الصَّلاَةُ مِنْ قَدْرِ الدِّرْهَمِ مِنَ الدَّمِ
وَقَدْ أَنْكَرَ قَوْمٌ رُؤْيَةَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَقَالُوا  إِنَّ الله َ لاَ يُرَى لاَ فِي الدُّنْيَا وَلاَ فِي اْلآخِرَةِ
Sungguh suatu kaum telah ingkar melihat Allah azza wajal dan mereka mengatakan bahwa  Allah tidak bisa di lihat di dunia atau di akhirat .
وَذَلِكَ بِنَاءاً عَلَى عُقُوْلِهِمْ الَّتِي يَعْتَمِدُوْنَ فِي إِثْبَاتِ الصِّفَاتِ ِللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَنَفْيِهَا عَنْهُ عَلَيْهَا أَيْ عَلَى عُقُوْلِهِمْ وَهَذَا خَطَأٌ عَظِيْمٌ أَنْ يُحَكِّمَ اْلإِنْسَانُ عَقْلَهُ فِي أَمْرٍ مِنْ أُمُوْرِ الْغَيْبِ ِلأَنَّ أُمُوْرَ اْلغَيْبِ لاَ يُمْكِنُ إِدْرَاكُهَا إِلاَّ بِمُشَاهَدَتِهَا أَوْ مُشَاهَدَةِ نَظِيْرِهَا أْوْ خَبَرِ الْخَبَرِ الْصَّادِقِ عَنْهَا
Hal itu berdasarkan kepada akal mereka yang menetapkan sifat – sifat Allah azza wajal atau menafikannya   dengan akal mereka dan ini kekeliruan besar di mana manusia menggunakan akalnya untuk masalah gaib . Sebab masalah gaib  tidak bisa di raih kecuali dengan menyaksikannya atau sesamanya  atau hadis dari Nabi SAW  yang benar  tentang masalah gaib.
 فَتَجِدُهُمْ يُنْكِرُوْنَ رُؤْيَةَ اللهِ وَيُحَرِّفُوْنَ كَلاَمَ اللهِ وَرَسُوْلِهِ بِنَاءاً عَلَى عَقِيْدَتِهِمْ الْمَبْنِيَّةِ عَلَى اْلعَقْلِ الْفَاسِدِ
Kamu jumpai mereka ingkar adanya melihat Allah  dan merobah perkataan Allah dan RasulNya  atas dasar akidah mereka yang berlandaskan kepada akal yang  rusak .

ِلأَنّ حَقِيْقَةَ تَحْكِيْمِ اْلعَقْلِ أَنْ يُسْلِمَ اْلإِنْسَانُ لِمَا أَخْبَرَ اللهُ بِهِ وَرَسُوْلُهُ تَسْلِيْماً تَامّاً فَإِنَّ هٰذَا مُقْتَضَى اْلعَقْلِ وَمُقْتَضَى اْلإِيْمَانِ قَالَ  اللهُ تَعَالَى (فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجاً مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيماً)
Sebab hakikat menggunakan akal  hendaklah  seseorang pasrah  terhadap apa yang di beritakan oleh Allah secara total . Sesungguhnya akal dan iman menyatakan seperti itu . Allah  taala  berfirman :
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya[1]
 وَهَؤُلاَءِ الْمُنْكِرُوْنَ لِرُؤْيَةِ اللهِ تَعَالَى فِي اْلآخِرَةِ لَمْ يُسَلِّمُوا تَسْلِيْماً
Orang – orang yang ingkar untuk melihat Allah taala  di akhirat  tidak psrah secara  total .
 بَلْ أَنْكَرُوا ذَلِكَ وَقَالُوا  لاَ يُمْكِنُ فَقِيْلَ لَهُمْ سُبْحَانَ اللهِ النُّصُوْصُ وَاضِحَةٌ فِي هٰذَا فِي اْلقُرْآنِ اْلكَرِيْمِ قَالَ  اللهُ تَعَالَى (وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ * إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ) نَاضِرَةٌ أَيْ حَسَنَةٌ إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ أَيْ تَنْظُرُ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
Bahkan mereka ingkar  hal itu lalu berkata : Tidak mungkin bisa melihat Allah .
Di katakan kepada mereka : Subhanallah , dalil – dalilnya  dalam masalah ini sudah jelas dalam al quran  yang mulia . Allah   taala berfirman :
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ  إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ  
Wajah-wajah (orang-orang mu'min) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat.[2]

وَإِضَافَةُ النَّظَرِ إِلَى اْلوُجُوْهِ يَعْنَي أَنَّهُ بِالْعَيْنِ ِلأَنَّ أَدَاةَ النَّظَرِ فِي اْلوَجْهِ هِيَ اْلعَيْنُ فَحَرَّفُوا اْلكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَقَالُوا إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ أَيْ إِلَى ثَوَابِ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
Wajah melihat sudah tentu dengan mata , sebab alat melihat pada wajah adalah mata . lalu mereka merobah kalimat – kalimat dari tempatnya  , lalu berkata : Maksud Ila  rabbiha nadhirah  adalah melihat  pahala Tuhannya .
وَهَذَا تَحْرِيْفٌ زَادُوا فِي اْلآيَةِ كَلِمَةً كَمَا زَادَت بَنُوا إِسْرَائِيْلَ حَرْفاً حِيْنَ قِيْلَ لَهُمْ قُوْلُوا حِطَّةٌ فَقَالُوا  حِنْطَةٌ
Ini adalah perobahan yang mereka tambahkan dalam ayat  suatu kalimat  sebagaimana  banu Israil pernah menambah  satu  huruf  ketika di katakan kepada mereka  : Hitthotun  , mereka bilang hinthotun .
وَقِيْلَ لَهُمْ إِنَّ الله َسُبْحَانَهُ وَتَعَالَى يَقُوْلُ (لاَ تُدْرِكُهُ ْالأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ ْالأَبْصَارَ)
Dan di katakan kepada mereka , sesungguhnya Allah subhanahu wataala  berfirman :
لاَ  تُدْرِكُهُ ْالأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ ْالأَبْصَارَ
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu [3]
وَهَذِهِ اْلآيَةُ تَدُلُّ عَلَى ثُبُوْتِ أَصْلِ الرُّؤْيَا ِلأَنَّ مَعْنَى لاَ تُدْرِكُهُ أَيْ تَرَاهُ وَلاَ تُدْرِكُهُ ِلأَنّهُ أَعْظَمُ مِنْ أَنْ يُحِيْطَ بِهِ شَيْءٌ مِنْ مَخْلُوْقَاتِهِ
  Ini ayat menunjukan bahwa Allah bisa di lihat , sebab ma`na  la tudrikuhu  kamu bisa melihatnya tapi kamu tidak akan mencapainya  , sebab Allah maha suci untuk bisa  di ketahui  secara keseluruhan oleh  sesuatu dari mahlukNya .
 وَاْلعُجْبُ أَنَّهُمْ يَسْتَدِلُّوْنَ بِهَذِهِ اْلآيَةِ عَلَى نَفْيِ الرُّؤْيَةِ وَهِيَ حُجَّةٌ عَلَيْهِمْ
Anehnya , sesungguhnya mereka dengan ayat ini menyatakan tidak mungkin Allah bisa di lihat  dan ini adalah dalil yang yang keliru bagi mereka .

وَقِيْلَ لَهُمْ إِنَّ مُوْسَى عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ قَالَ  رَبِّي أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ وَلَوْ كَانَتْ الرُّؤْيَةُ مُمْتَنِعَةً عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ لَكَانَتْ غَيْرَ لاَئِقَةٍ بِهِ
Di katakan kepada mereka , sesungguhnya Musa as berkata : Wahai Tuhanku ! tampakkan kepadaku  , aku akan melihatmu .  Bila  melihat Allah  itu tidak bisa atas Allah azza wajal maka sudah tentu hal itu tidak layak
وَمُوْسَى أَحَدُ الرُّسُلِ أُوْلُوا الْعَزْمِ لاَ يُمْكِنُ أَنْ يَسْأَلَ الله َ   مَالاَ يَلِيْقُ بِهِ أَبَداً مُسْتَحِيْلٌ قَالُوا إِنَّ الله َ   قَالَ  لَهُ لَنْ تَرَانِي نَعَمْ قَالَ  لَنْ تَرَانِي يَعْنِي فِي الدُّنْيَا لَنْ تَثْبُتَ ِلرُؤْيَتِي
     Musa  adalah salah satu Rasul yang ulul azmi , tidak mungkin minta kepada Allah  hal yang  tidak layak bagi Allah , mustahil sekali . Mereka berkata : Sesungguhnya Allah berfirman kepada Musa  kamu tidak akan bisa melihatku .
Ya benar , tapi  di dunia  kamu tidak akan melihatKU .

Komentarku ( Mahrus ali ) :
Tentang Ulul azmi  Yaitu Nabi Muhammad , Ibrahim , Isa , Musa dan Nuh , perlu dalil yang jelas . Pada  hal ulul azmi di sebutkan dalam al Quran dalam ayat sbb:
َفاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلاَ تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلاَّ سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ بَلاَغٌ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلاَّ الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ
Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari  Rasul - Rasul  telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.[4]
  Ayat tersebut memerintah Muhammad agar bersabar sebagaimana  para Rasul ulul azmi  yang teguh dalam menyebarkan ajaran Allah . Dan tiada keterangan bahwa ulul azmi adalah lima orang tsb. Imam Baghowi dalam kitab tafsirnya berkata :
فَقَالَ  ابْنُ زَيْدٍ: كُلُّ الرُّسُلِ كَانُوا أُوْلِي عَزْمٍ، لَمْ يَبْعَثِ اللهُ نَبِيّاً إِلاَّ كاَنَ ذاَ عَزْمٍ وَحَزْمٍ، وَرَأْيٍ وَكَمَالِ عَقْلٍ، وَإِنَّمَا أُدْخِلَتْ ((مِنْ)) لِلتَّجْنِيْسِ لاَ لِلتَّبْعِيْضِ، كَمَا يُقَالَ : اِشْتَرَيْتُ أَكْسِيَةً مِنَ الْخَزِّ وَأَرْدِيَةً مِنَ الْبَزِّ
Ibnu Zaid berkata : Seluruh rasul adalah Ulul azmi . Setiap nabi yang di utus oleh Allah termasuk  ulul azmi , bijak , pendapat baik , genius . Ada huruf min dalam ayat tsb  menunjukkan jenis  ya`ni jenis rasul  bukan  menunjukkan bagian  sebagaimana  orang berkata :
اِشْتَرَيْتُ أَكْسِيَةً مِنَ الْخَزِّ وَأَرْدِيَةً مِنَ الْبَزِّ
Saya membeli pakaian  dari sutra  dan selindang dari sutra.
وَقَالَ  بَعْضُهُمْ: اَلأَنْبِيَاءُ كُلُّهُمْ أُوْلُو عَزْمٍ إِلاَّ يُوْنُسَ بْنَ مَتىَّ، لِعَجَلَةٍ كَانَتْ مِنْهُ، أَلاَ تَرَى أَنَّهُ قِيْلَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( وَلاَ تَكُنْ كَصَاحِبِ الْحُوْتِ ))
Sebagian ulama berkata :  Seluruh nabi adalah ulul azmi  kecuali Yunus bin Matta karena beliau tergesa – tergesa ( agar orang yang menentang ajarannya di beri siksaan ) . Apakah kamu tidak melihat , di katakan kepada  Nabi Muhammad SAW .
فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلاَ  تَكُنْ كَصَاحِبِ الْحُوتِ إِذْ نَادَى وَهُوَ مَكْظُومٌ(48)
Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang (Yunus) yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdo'a sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).[5]
Saya katakan: Terusannya  ayat tsb sbb:
لَوْلاَ  أَنْ تَدَارَكَهُ نِعْمَةٌ مِنْ رَبِّهِ لَنُبِذَ بِالْعَرَاءِ وَهُوَ مَذْمُومٌ(49)فَاجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَجَعَلَهُ مِنَ الصَّالِحِينَ(50)
Kalau sekiranya ia tidak segera mendapat ni'mat dari Tuhannya, benar-benar ia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela. Lalu Tuhannya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang-orang yang saleh.[6]


[1] Annisa` 65
[2]  Al Qiyamah 22-23
[3] al an`am 103
[4] Alahqaf 35
[5] Al qalam 48
[6] Al qalam 49-50
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan