Selasa, September 25, 2012

Mbah makshum didustai



Perbedaan pandangan yang meruncing dua pimpinan NU, antara Kiai Idham Chalid dengan Pak Subhan ZEmembuat para sesepuh prihatin. Mbah Kiai Ma’shum Lasem pun memanggil Kiai Bisri Mustofa.

“Sri, mbok Sampeyan bikin ikhtiar untuk merukunkan Idham sama Subhan!” perintahnya Mbah Ma'shum.

Kiai Bisri garuk-garuk kepala. Ia memahami keprihatinan para sesepuh. Di sisi lain, ia sendiri punya dugaan bahwa mungkin saja “perselisihan” di antara dua pemimpin itu disengaja, paling tidak diperlukan. Kenapa?

Indonesia dan NU sedang dalam masa-masa genting peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru. Ada harapan-harapan, tapi tak ada yang bisa memastikan apa yang akan dilakukan oleh Soeharto, si penguasa baru.

Di depan mata hanya ada pilihan-pilihan sulit. Oleh karenanya, “perselisihan” di antara kedua pemimpin itu ibarat “menyediakan sekoci di tengah badai”.


Kiai Bisri merasa, tidak mudah menjelaskan pikirannya itu kepada Mbah Ma’shum, sedangkan ia terlalu takdim kepada beliau. Maka ia berusaha mengelak:

“Panjenengan yang sepuh kan lebih berwibawa, ‘Yai.”

“Nggak bisa! Ini soal rumit. Harus pakai akal-akalan. Sampeyan kan banyak akal!” Mbah Ma’shum memaksa.

Tak berkutik, Kiai Bisri pun mematuhi perintah Mbah Ma’shum, yakni merancang akal-akalan.

Kiai Bisri lantas beli satu peti Green Spot (soft-drink yang populer waktu itu) dan satu peti sirup Kawis (sirup khas produk Rembang).

Ia suruh santri mengantarkan Peti Green Spot kepada Pak Subhan ZE dengan pesan: “Dari Kiai Idham Chalid, mohon tanda terima”.

Pada saat yang sama, santri lain disuruh mengantarkan limun Kawis kepada Pak Idham dengan pesan: “Dari Pak Subhan ZE, mohon tanda terima”.

Maka diperolehlah dua lembar tanda terima:

1. “Telah terima satu peti Green Spot dari KH Idham Khalid. Terimakasih sebesar-besarnya. Ttd: Subhan ZE”

2. “Telah terima satu peti limun Kawis dari Saudara Subhan ZE. Jazaakumullah. Ttd: Idham Chalid”.

Kiai Bisri menghaturkan kedua lembar tanda terima itu ke hadapan Mbah Ma’shum.

“Sudah bisa rukun, Yai”, ia melapor, “lha ini sudah saling kirim-kiriman…”

Mbah Ma’shum sumringah. (TerongGosong)
Komentarku ( Mahrus ali): 
Kiai Bisri menghaturkan kedua lembar tanda terima itu ke hadapan Mbah Ma’shum.

“Sudah bisa rukun, Yai”, ia melapor, “lha ini sudah saling kirim-kiriman…”

Menurut saya ini sama dengan mendustai Mbah Makshum dan tidak berkata jujur padanya. Saya tidak berani melakukan seperti itu. Saya ingat firman Allah:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar[1]



Pergilah ke blog kedua www.mantankyainu2.blogspot.com
Dan kliklah 4 shared mp3 jangan di panahnya.


[1] Al Ahzab   70 .
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan