Kamis, Januari 17, 2013

Pengikut Sekte WC Minta Tahlilan




Ini kisah dari Bekasi, pinggiran kota Metropolitan Jakarta. Dalam lima tahun terakhir ini, pengalaman keagamaan orang-orang di kota besar banyak yang berubah. Mereka yang dulunya dari kampung terbiasa dengan praktek keagamaan tradisional, setelah hijrah ke Jakarta berubah akibat terinfeksi Virus WC (Wahabi Cingkrang). Termasuk sahabat kita yang satu ini, sebut saja Abu Tukijan.
Dulunya Abu Tukijan adalah jama’ah tahlilan di kampungnya. Tetapi, setelah sering mendapat ceramah dari ustad-ustad di kota, Tukijan menjadi orang yang sangat anti tahlil. Bahkan, Tukijan kini menjadi orang yang sangat sering menyerang dan menantang jama’ah yang masih setia melakukan tahlilan. Abu Tukijan mengatakan bahwa tahlil itu bid’ah dholalah. Bid’ah yang sesat, sehingga mengerjakannya sia-sia bahkan diancam neraka. Sadis memang ucapan Abu Tukijan. Seakan-akan dia sudah mengambil alih tugas Malaikat Rokib dan Atid, tukang catat amal baik dan buruk.
Namun suatu hari ada keluarganya yang meninggal, sikap Abu Tukijan jadi berubah total. Ditinggal ke alam barzah anggota keluarganya membuat Tukijan melihat dunia menjadi mencekam dan dilanda kesepian yang mendalam. Tiba-tiba sontak dalam pikirannya seperti ada yang mendorong agar Abu Tukijan datang ke Ustad yang menjadi pengurus takmir masjid tak jauh dari rumahnya. Ustad itu justru setiap malam jum’at menjadi imam tahlilan.
Kebetulan sore itu, ustad tadi menjadi imam shalat ashar. Abu Tukijan tiba-tiba ikut wiridan keras, sampai do’a imam selesai. Setelah bersalam-salaman, jama’ah lain sudah pada pulang, Tukijan masih menunggu ustad yang pulang belakangan. “lho kok belum pulang Pak Tukijan?,” tanya ustad. “Anu .., ustad saya menunggu ustad untuk mengundang sekalian meminta ustad agar mengajak jama’ah tahlil mengadakan tahlilan malam nanti di rumah saya,” ujar Abu Tukijan memohon pada ustad.
“Lho kok, Pak Tukijan bukannya dulu anti tahlil dan malah pernah menanyakan ke saya hukum tahlil yang dijawab sendiri Pak Tukijan bahwa hukumnya orang tahlil bid’ah,” jawab ustad dikira Tukijan tidak serius minta tahlilan di rumahnya.
“Ustad saya ini serius, saya akui dulu saya anti tahlil. Tapi sekarang sejak keluarga saya meninggal, saya tiba-tiba sangat ingin agar di rumah ada tahlilan untuk menenangkan batin saya yang sedang sedih dan kesepian,” jelas Tukijan. “Oh…, begitu. Baik, saya akan umumkan ke jama’ah tahlil agar nanti ba’da maghrib tahlilan di rumah Pak Tukijan,” ujar ustad.
Abu Tukijan bercerita, dirinya menjadi anti tahlil karena didoktrin oleh ustadnya yang anti tahlil berhaluan WC (wahabi cingkrang). Namun, begitu anggota keluarganya meninggal, Abu Tukijan menjadi sangat antusias untuk mengadakan tahlilan di rumahnya.
Bagi Abu Tukijan, pengalaman yang dialami sekarang ini, menjadikan tahlil kematian sangat perlu. Tahlilan berfungsi untuk menghilangkan kesepian, perasaan sedih dapat terlupakan karena sibuk melayani tamu dan ikut berdzikir yang akan membawa ketenangan. “Kami bersyukur, ketika dilantunkan do’a kepada keluarga kami, agar diampuni dosanya dan diterima pahalanya, kami sekarang menjadi lebih tenang,” cerita Tukijan.
Abu Tukijan juga menceritakan, tahlilan kematian berdampak positif terhadap emosional keluarga yang ditinggalkannya. Karena dengan banyaknya jama’ah tahlil yang hadir tiap malam sampai tujuh hari, dapat menjadi obat kesepian dan bisa melupakan kesedihan yang dialami.
Ustad lalu menjelaskan, “Pak Tukijan, memang tahlil dan kenduri kematian tidak hanya semata-mata budaya, tetapi berdimensi social, mengandung muatan ibadah dengan berdzikir akan semakin dekan dengan Allah dan menjadikan hati lebih tenang,” jelas ustad.
Memang sedikit merepotkan, lanjut ustad, karena harus keluar belanja untuk menjamu mereka yang ikut tahlil. Namun, jika diniatkan sedekah dan pahalanya dihadiahkan pada si mayit, insya Allah menjadi ibadah. Sebagaimana hadits :
“Dari ‘Aisyah : Sesungguhnya ada seorang laki-laki datang kepada Nabi Muhammad SAW dia berkata : Sesungguhnya ibuku telah meninggal tiba-tiba, saya kira kalau ia dapat bicara sebelum meninggal, tentu ia akan bersedekah. Apakah ibu saya akan dapat pahala, jika saya bersedekah menggantikannya?’ Jawab Nabi SAW : “Ya” (HR. Imam Muslim, juz XI hal 84)
Berdasarkan hadits tersebut, Imam Nawawi menjelaskan bahwa dibenarkan bersedekah yang kemudian pahalanya disampaikan kepada yang sudah meninggal, bahkan dianjurkan.
(Sumber : Majalah Risalah NU no.7; Wangsit via: http://aziachmad.wordpress.com)
Komentarku ( Mahrus ali): 
Kisah tsb buatan atau realita, kita tidak tahu, masih perlu tabayyun, investigasi dulu, tidak langsung percaya  atau langsung mendustakan sama sarkub sekalipun sarkub termasuk perawi yang tidak tsiqah, kurang bisa dipercaya. Kita berpegangan kepada ayat:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu

 Kisah tsb bila benar, dan sarkub tidak dusta, hakikatnya adalah sesuatu yang memperihatinkan bukan menyenangkan, membahayakan bukan menyelamatkan. Dia pindah dari sunnah sahihah kepada  sunah batilah atau bid`ah  dholalah. Allahlah yang  membikin seseorang mendapat petunjuk atau membikinnya dapat petunjuk. Ingat ayat ini:
وَمَا كَانَ لَهُمْ مِنْ أَوْلِيَاءَ يَنْصُرُونَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ سَبِيلٍ(46)
Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung-pelindung yang dapat menolong mereka selain Allah. Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidaklah ada baginya sesuatu jalanpun (untuk mendapat petunjuk). Syira.
Tentang  hadis ini:
“Dari ‘Aisyah : Sesungguhnya ada seorang laki-laki datang kepada Nabi Muhammad SAW dia berkata : Sesungguhnya ibuku telah meninggal tiba-tiba, saya kira kalau ia dapat bicara sebelum meninggal, tentu ia akan bersedekah. Apakah ibu saya akan dapat pahala, jika saya bersedekah menggantikannya?’ Jawab Nabi SAW : “Ya” (HR. Imam Muslim, juz XI hal 84)
 Ia tidak bisa di buat landasan karena redaksinya kacau  antara satu riwayat dan lainnya yang membikinnya sulit untuk di buat pegangan  yang mana atau riwayat yang sahih itu  mana. Boleh anda Klik lagi disini:
Dan kliklah 4 shared mp3 atau di panahnya.
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan