Selasa, Januari 15, 2013

Ya Allah biha






يَا اللهُ بِهَا يَا اللهُ بِهَا
Ya Allah biha
Ya Allah berilah aku husnul khatimah


يَا اللهُ بِهَا يَا اللهُ بِهَا  يَا الله بِحُسْنِ الْخَاتِمَة
لِي عَشْرَةٌ نُطْفِى ِِبِهمْ   نَارَ الْجَحِيْمِ الْحَاطِمَةْ
اَلمْصُطَفَى وَالْمُرْتَضَى  وَابْنَاهُمَا وَالْفَاطِمَةْ


Ya Allah berilah aku husnul khatimah, Ya Allah berilah aku husnul khatimah, Ya Allah berilah aku husnul khatimah
Aku punya sepuluh figur yang dengannya aku mematikan neraka Jahim yang menghancurkan
Al-Musthafa (Rasulullah),  al-Murtadha  (Ali bin Abi Thalib) dan kedua anaknya, serta Fathimah.

Keterangan: Tiada sahabat atau ulama salaf dahulu yang menyebut Rasulullah SAW dengan al-Musthafa atau Ali dengan al-Murtadha. Malah ada hadits yang menyatakan julukan musthafa itu untuk malaikat sebagai berikut:
فَذَهَبَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى قَامَ تَحْتَ الْعَرْشِ فَلَقِيَ مَا لَمْ يَلْقَ مَلَكٌ مُصْطَفًى وَلَا نَبِيٌّ مُرْسَلٌ فَأَوْحَى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى جِبْرِيلَ اذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ فَقُلْ لَهُ ارْفَعْ رَأْسَكَ سَلْ تُعْطَ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ
“Nabi SAW pergi ke Arsy, lalu menjumpai apa yang tidak dijumpai oleh malaikat  al-Musthafa  ( yang terpilih ), nabi yang diutus. Lalu Allah k memberikan wahyu kepada Jibril, pergilah ke Muhammad, katakanlah kepadanya : Angkatlah kepalamu, mintalah kamu akan  diberi dan berikan syafa’at, kamu akan diizini.”[1]

Ada lagi hadits ketika Rasulullah SAW berkata kepada orang–orang Yahudi di tempat ibadah mereka  sebagai berikut:
أَبَيْتُمْ فَوَاللَّهِ إِنِّي لَأَنَا الْحَاشِرُ وَأَنَا الْعَاقِبُ وَأَنَا النَّبِيُّ الْمُصْطَفَى آمَنْتُمْ أَوْ كَذَّبْتُمْ
“Kamu tidak mau, demi Allah! Sesungguhnya aku adalah al-Hasyir, yang mengumpulkan. Akulah yang datang setelah para nabi, akulah nabi al-Musthafa. Kamu beriman atau mendustakan.”[2]

Hadits tersebut menyatakan bahwa Nabi juga al-Musthafa, tapi tiada sahabat yang memanggil beliau seperti itu. Apalagi di sini, Rasulullah SAW dipanggil  atau disebut  al-Musthafa untuk tawasul yang bid`ah, bahkan dikatakan dengannya neraka Jahannam kita matikan. Ini jelas kesyirikan yang nyata.


Abu Dzar berkata :
وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيدَنَا مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ المُرْتَضَىٰ وَنَبِيُّهُ المُصْطَفَىٰ وَرَسُولُهُ المُجْتَبَىٰ ، أَرْسَلَهُ اللَّهُ إِلَيْنَا كَافَّةً،
“Kami bersaksi bahwa sayidana Muhammad adalah hamba-Nya, al-Murtadha, dan nabi-Nya  al-Musthafa dan rasul-Nya  al-Mujtaba, yang diutus untuk kita semua.”[3] Lemah
Atsar lemah tersebut menyatakan julukan al-Murtadha juga untuk Rasulullah e, bukan untuk Ali bin Abi Thalib.
وَبِآسِيَةْ مَنْ أَصْبَحَتْ  مِنْ كُلِّ هَوْلٍ سَالِمَة
وَابْنَةِ عِمْرَانْ أُمِّ عِيْسَى  هِيَ لِلْمَعَانِي فَاهِمَة
وَبِعَائِشَةْ ذَاتِ اْلجَمَالْ   أُمِّ اْلكَمَالِ اْلعَاِلمَة
وَبِحَقِّ جِبْرِيْلَ الْامَيِنْ  عَلىَ الصَّحَائِفِ تَامَّةْ


Dan dengan Asiyah – orang yang selamat dari segala musibah, putri Imran, ibu Isa yang paham arti keluhuran
Khadijah al-Kubra yang paham keluhuran
Dengan Aisyah  yang cantik – ibu kesempurnaan yang alim
Dan dengan hak Jibril yang  terpercaya untuk membawa al-Quran dengan sempurna.
هُمْ عُدَّتِي وَذَخِيْرَتِي  فِى اْلحَشْرِ يَوْمَ الطَّامَّةْ
وَكَذَاكَ فِى الدُّنْيَا إِذَا  دَهَتِ اْلاُمُورُ اْلقَاصِمَة

Mereka bekalku, simpananku  waktu di Mahsyar  yaitu hari kiamat
Begitu juga di dunia  bila tertimpa bahaya yang hebat.

Keterangan: Kalimat syair “Mereka bekalku, simpananku  waktu di Mahsyar  yaitu hari kiamat” Begitu juga di dunia  bila tertimpa bahaya yang hebat” adalah kesyirikan yang nyata, bid`ah yang sesat dan menodai keimanan. Mengapa mereka  yang sudah meninggal dunia sebagai bekal bagi orang yang hidup. Mestinya orang yang hidup mendoakan kepada orang yang mati bukan sebaliknya. Bila ada musibah harus minta kepada Allah untuk menghilangkannya bukan menjadikan mereka  sebagai perantara atau menggunakan kedudukan mereka. Allah berfirman:
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[4]
Tanpa perantara mereka, Allah mampu melenyapkan segala macam bahaya atau derita hidup di dunia maupun di akhirat.

وَبِحَقِّهِمْ ياَذاَ الْجَلَالْ  وَبِالصَّلاَةِ الْقَائِمَةْ
اُلْطُفْ بِنَا وَالْمُسْلِمِيْن  مِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةْ
وَمِنَ اْلعَدَى وَمِنَ الرَّدَى  وَمِنَ الْمَصَائِبِ عَامَّة


Dan dengan hak mereka, wahai Tuhan yang punya keagungan  dan dengan shalat yang dilakukan… Belas kasihanilah kami  dan kaum muslimin dari segala  penyakit disebabkan mata memandang, permusuhan, kehinaan, dan seluruh musibah.


Keterangan: Syair terakhir ini juga menjadi pintu syirik karena menggunakan  hak mayat agar Allah  berbelas kasihan kepada mereka.

ثُمَّ الصَّلاَة ُعَلىَ النَّبِي  خَصَّصْتُهُ بِمُكَالَمَة
وَاْلآلِ وَالصَّحْبِ الَّذِيْنَ  هُمْ هُدَاةُ الْاُمَّة   

Kemudian shalawat dan salam tercurah kepada Nabi yang  telah kukhususkan dengan bicara langsung…
Begitu juga untuk keluarga, sahabat yang  menjadi penunjuk umat.


Keterangan: Rasulullah SAW dikatakan mendapat pembicaraan langsung dengan Allah masih perlu dalil dari ayat al-Quran, sebab yang ada dalam al-Quran hanya Nabi Musa  yang disebut sebagai nabi yang pernah diajak bicara  oleh Allah sebagaimana  ayat :
وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا
“Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.”[5]
Di ayat lain, Allah berfirman :
وَنَادَيْنَاهُ مِنْ جَانِبِ الطُّورِ الْأَيْمَنِ وَقَرَّبْنَاهُ نَجِيًّا
“Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan gunung Thur dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu dia munajat (kepada Kami).”[6]


Dan kliklah 4 shared mp3 atau di panahnya



[1]Musnad Ahmad (12413). Lemah karena ada perawi bernama Harb bin Maiumun yang tertuduh Qadariyah.
[2] Musnad Ahmad (23464), sahih.

[3] Jami’ul Masanid  (15/161), ada perawi bernama Mukhallad al-Dhabbi yang tidak dikenal.
[4] Surat Yunus:107.

[5] Surat al-Nisa:164.
[6] Surat Maryam: 52.
Artikel Terkait

1 komentar:

  1. UNTAIAN MUTIARA
    Jangan membenci kepada ulama yang sejaman
    Jangan menyalahkan kepada pengajaran orang lain
    Jangan memeriksa murid orang lain
    Jangan mengubah sikap walau disakiti orang
    Harus menyayangi orang yang membenci kepadamu

    KH Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin Suralaya Ciamis Jabar

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan