Kamis, Februari 28, 2013

Urusan Cari Duit, Said Agil Jagonya?



(Dari kerjasama dengan kafirin dan aliran sesat sampai sertifikat halal)

Said agil_83456324724

PERTENGKARAN, perselisihan, kegaduhan, yang terjadi di kalangan masyarakat pada umumnya disebabkan oleh urusan duit. Bahkan dalam rangka memperoleh duit, kebersamaan diabaikan, ukhuwah disingkirkan. Salah satu abulfulus (?) yang jago dalam urusan cari duit adalah Said Agil Siradj, yang kini menjabat sebagai Ketua Umum PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama).

Dalam rangka golek duit, dan sekaligus menstigma Wahabi, ditambah lagi dengan upaya cari muka kepada pemerintah yang sedang gencar-gencarnya memerangi terorisme, Said Agil Siradj menjalin kerjasama dengan aliran sesat LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia).

LDII adalah nama lain dari Islam Jama’ah, yang sudah dinyatakan sesat oleh aparat berwenang dan majelis ulama. Bahkan, ulama di kalangan NU sendiri sudah menyatakan bahwa LDII itu sesat.

Kerja sama yang dijalin Said Agil Siradj dengan LDII adalah ‘proyek’ deradikalisasi, yang intinya adalah memerangi terorisme, namun tujuan lainnya menstigma Islam melalui stigmatisasi Wahabi –yang menurutnya– sebagai lahan subur paham terorisme.

Kerja sama PBNU-LDII yang sesat itu dikukuhkan dalam sebuah Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani pada tanggal 14 Oktober 2012. Kenapa Said Agil menjalin kerja sama dengan LDII? Karena, LDII duitnya banyaaaak.

Menurut Umar Abduh sebagaimana dilansir itoday 15 Oktober 2012, “Itu proyek karena LDII duitnya banyak. Dengan kerjasama ini, PBNU mendapatkan duit dari LDII.”

Lebih jauh menurut Umar Abduh, kerjasama deradikalisasi PBNU-LDII justru memunculkan radikalisme baru. “Ini bukan deradikalisasi tetapi memancing gerakan radikal.”

Sebelumnya, sekitar pertengahan Maret 2012, Said Agil juga menjalin kerja sama dengan Republik Federasi Jerman. Saat itu ia menggelar Seminar Internasional bertema ‘Peran Ulama Pesantren dalam Mengatasi Terorisme Global’ yang digelar selama tiga hari di Cirebon, Jawa Barat.

Sebagai keynote speaker selain Said Agil Siradj sendiri, ada Profesor Doktor (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie (mantan Presiden RI ke-3), juga Norbert Baas (Duta Besar Jerman untuk Indonesia). Sedangkan yang bertindak sebagai pembicara atau narasumber adalah Nasir Abbas (mantan anggota Jamaah Islamiyah), dan Ansyaad Mbai (Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme).

Acara pembukaan seminar internasional tersebut berlangsung di Pondok Pesantren Kempek, Yayasan Kyai Haji Said Siradj, Kabupaten Cirebon. Sedangkan seminarnya sendiri berlangsung di Hotel Apita Green, Jalan Tuparev, Kabupaten Cirebon, hingga Ahad 18 Maret 2012.

Uniknya, seminar internasional itu ternyata ‘hanya’ dihadiri oleh perwakilan PCNU se Pulau Jawa, Madura, Bali, dan Sumatera Selatan. Sama sekali tidak ada perwakilan negara lain, atau dari ormas lain. Semuanya orang NU doangan. Narasumbernya juga hanya dua orang yaitu Nasir Abas dan Ansyaad Mbai. Hasilnya? Sekedar abab saja.

Nah, belakangan Said Agil Siradj dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum PBNU ngotot mendirikan Badan Halal Nahdlatul Ulama, yang dikatakan bertujuan melindungi konsumen dari produk-produk yang tidak halal.

Padahal, selama ini fungsi sertifkasi halal, sudah menjadi kewenangan MUI yang di dalamnya terdapat tokoh sejumlah ormas (termasuk NU) dan berbagai kalangan yang mempunyai kompetensi bertaraf internasional di bidang itu. Bahkan standard kehalalan MUI sudah diakui dunia internasional.

Lalu mengapa Said Agil dan wadyabala NU lainnya ngotot mendirikan lembaga serupa? Mereka beralasan, bahwa semua organisasi yang merupakan tempat berhimpunnya para ulama seperti NU, Muhammadiyah, dan ormas lain, memiliki hak untuk mengeluarkan sertifikasi halal, dengan ketentuan harus memenuhi kompetensi yang telah disyaratkan.

Mereka juga beralasan, pemerintah tidak perlu membatasi jumlah lembaga sertifikasi halal, bahkan perlu memberi kesempatan munculnya lembaga sejenis. Sehingga, dengan adanya beberapa lembaga sertifikasi halal justru akan memberikan pilihan kepada umat Islam dalam mengurus label halal atas produk yang dibuat, dipasarkan, dan dikonsumsi.

Begitulah alasan-alasan yang mereka kreasikan untuk menutupi motif utamanya yaitu merebut peluang mendapatkan duit. Kalau motifnya saja sudah sangat kental bernuansa duit, maka kekhawatiran umat bahwa lembaga halal tadi justru menjadi pintu masuk halalisasi produk haram, sangat bisa dimengerti.

Dulu, ketika umat teriak-teriak soal Ajinomoto yang dalam salah satu proses produksinya menggunakan unsur yang dinyatakan haram, tapi oleh tokoh NU, Abdurrahman Wahid, yang saat itu menjabat sebagai Presiden RI, justru dinyatakan tidak haram.

Pada tanggal 16 Desember 2000, sekitar 10 hari menjelang Idul Fitri, MUI mengeluarkan Fatwa HARAM terhadap produk Ajinomoto yang diproduksi sejak bulan Juni sampai 23 Nopember 2000. Karena menggunakan bahan pendukung bacto soytone yang mengandung enzim babi, yang dalam bahasa ilmiahnya disebut porcine.

MUI sendiri memahami bahwa enzim babi tadi tidak terbawa pada produk akhir PT Ajinomoto. Namun, karena adanya pemanfaatan (intifa’) zat haram dalam proses produksinya, maka produk akhirnya pun tetap haram. Begitu penjelasan syar’i dari MUI.

Namun, Abdurrahman Wahid menyatakan produk tadi HALAL, tanpa argumen ilmiah maupun syar’i. Sikap Abdurrahman Wahid yang meng-HALAL-kan Ajinomoto yang sudah di-HARAM-kan oleh MUI tadi, terlontarkan setelah ia mendapat kunjungan dari salah seorang mentri Jepang, pada tanggal 9 Januari 2000.

Tak heran pendirian Abdurrahman Wahid yang ngotot tadi oleh sebagian orang dianggap karena sang presiden sudah DIHARGAI dan DISEGANI oleh Jepang. Untuk memahami makna “dihargai” dan “disegani” pada tulisan ini, sebaiknya baca tulisan berjudul Tipu Daya LDII di nahimunkar.com edisi 22 Februari 2013.

Said Agil Siradj yang kini menjabat sebagai Ketua Umum PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) adalah salah seorang murid Abdurrahman Wahid yang loyal dan mempunyai sikap yang sama, yaitu suka menghalalkan yang haram. Contohnya dalam hal situs porno, Said Aqil Siradj menganggapnya tidak dosa, maka pernah disoroti tajam.[i]

Said Agil juga termasuk sosok yang banyak DIHARGAI dan DISEGANI oleh berbagai kalangan, terutama oleh komunitas aliran dan paham sesat seperti LDII, Syi’ah, Ahmadiyah dan sebagainya, termasuk tentunya kaum kafirin yang anti Islam.

Jadi, ketika wadyabala NU ngotot mendirikan badan sertifikasi halal “tandingan”, masyaraat sudah paham, ini pasti golek duit. Selain itu, masyarakat Islam juga khawatir, jangan-jangan produk yang sudah dinyatakan HARAM oleh MUI kelak dinyatakan HALAL oleh badan sertifikasi halal versi NU ini. Seperti mengulang kasus Ajinomoto tiga belas tahun lalu. Astaghfirullah…

(haji/tede/nahimunkar.com)

Blog ke tiga

 

Artikel Terkait

3 komentar:

  1. POLISI: Priiiiiit. Anda melanggar lalau lintas. ga pake helm nabrak lampu merah lagi.
    MANTAN KYAI NU: Mana dalilnya. mana hadisnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. UNtuk Khazanah Inspirasi
      Itu masalah keduniaan om, bukan masaalah sariat

      Hapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan