Minggu, Maret 10, 2013

Gus Dur Terlalu Jauh di Depan

Bandar Lampung, NU Online
KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mempunyai visi yang terlalu jauh ke depan, baik pada saat memimpin NU, menjabat Presiden RI ke-4, atau saat aktif dalam berbagai kegiatan sosial-kemasyarakatan.

Akibatnya beberapa pemikiran Gus Dur sering menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat. Demikian dalam Dialog Kebangsaan yang diselenggarakan Pimpinan Fatayat NU Provinsi Lampung di Bandar Lampung, Ahad (10/3).

Anggota DPR RI Effendy Choiri dalam Dialog Kebangsaan mengatakan, Gus Dur itu memiliki pemikiran yang terlampau jauh. “Visinya jauh ke depan,” kata Effendy Choiri sembari mengisahkan kedekatan dan pengalaman yang didapat selama berinteraksi dengan Gus Dur hingga sekarang bisa duduk sebagai anggota DPR RI.

Dialog yang mengangkat tema “Membedah Pemikiran Gus Dur dari Sudut Pandang Agama, Negara, Politik, Budaya dan Demokrasi" ini juga menghadirkan pembicara spesial yaitu putri kedua Gus Dur, Yenny Wahid.

Yenny menyatakan, pemikiran-pemikiran Gus Dur sering menjadi bahan kontroversi bagi kebanyakan orang. Namun sebenarnya hal ini disebabkan oleh kekurangpahaman sebagian orang terhadap pola pikir Gus Dur.

Ia memberi contoh beberapa hal yang sangat kontroversial mengenai ide-ide Gus Dur seperti bolehnya merayakan Imlek, pembukaan hubungan diplomasi dengan Israel, pembelaan Gus Dur terhadap kaum minoritas seperti Ahmadiyyah.

“Beberapa hal itu menunjukkan bahwa Gus Dur memiliki humanisme yang tinggi,” tegasnya, dan sebagian masyarakat belum siap menerima itu.

Dialog yang diselenggarakan di Hotel Sheraton Bandar Lampung ini juga menghadirkan beberapa Tokoh lokal seperti Alzier Dianis Thabrani dan tokoh-tokoh akademisi di Provinsi Lampung. Dialog ini dihadiri 2000-an orang yang merupakan keluarga besar NU Provinsi Lampung dan beberapa tokoh lintas agama pecinta Gus Dur.

Ketua Pimpinan Wilayah Fatayat NU Lampung Rida Budiyanti mengatakan, dialog kebangsaan diharapkan dapat melestarikan pemikiran Gus Dur sebagai Bapak Bangsa dalam rangka mewujudkan kehidupan yang rukun, damai, toleran dan demokratis.

Rida menambahkan bahwa mengamati sosok Gus Dur sangatlah menarik dan multi tafsir. Ia tidak saja dikenal sebagai seorang yang sukses memimpin NU, tetapi juga seorang tokoh sentral demokrasi, tokoh pembaru Islam, tokoh agama, tokoh budaya, politik, intelektual terkemuka, penganjur pluralisme dan pembela minoritas.

Redaktur     : A.Khoirul Anam
Kontributor : Muhammad Faizin




Komentarku ( Mahrus ali): 
Dari sini tampak kebodohan Rida tentang Islam, dan lihainya dia dalam memahami kebid`ahan dan kekufuran. Tokoh demokrasi  itu tokoh kekufuran bukan tokoh Islam. Demokrasi itu kreativitas barat yang kafir bukan timur yang islam. Apalagi penganjur pluralisme yang disesatkan oleh MUI. Apakah anda tidak paham ayat ini:
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ(50)
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? Maidah.
blog ke tiga.
 
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan