MANTAN KYAI NU: Peringatan Nuzulul quran mirip dengan budaya Yahudi

Selasa, Juni 18, 2013

Peringatan Nuzulul quran mirip dengan budaya Yahudi

Di: http://id.wikipedia.org/wiki/Hari-hari_raya_Yahudi terdapat keterangan sbb:

Pentakosta (Shavuot)

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Shavuot

Pentakosta (Shavuot)^[5] merupakan pesta panen gandum pada hari kelima puluh sejak hari Sabat pertama setelah paskah.^[3] Perayaan ini juga disebut sebagai perayaan tujuh pekan karena panen gandum dilakukan pada minggu ketujuh setelah menanamnya pada musim semi.^[7] Perayaan ini dirayakan dengan perjamuan Tobit 2:1 dan mengunjungi Yerusalem Kisah Para Rasul 2:5-11.^[3] Perjamuan yang diadakan tersebut disediakan bagi semua orang Ulangan 16:9-11.^[3]
Selain pesta panen, Pentakosta juga diperingati sebagai hari turunnya Sepuluh Perintah Allah (Hukum Taurat).^[6]^[5] Dengan demikian, perayaan ini juga dimaknai sebagai perayaan sejarah keselamatan. ^[10]
Perayaan ini dapat berlangsung selama dua hari^[6] dan menjadi penutup masa raya Paskah.^[3]

Komentarku ( Mahrus ali):

Disitu dikatakan:

Selain pesta panen, Pentakosta juga diperingati sebagai hari turunnya Sepuluh Perintah Allah (Hukum Taurat).^[6][5] Dengan demikian, perayaan ini juga dimaknai sebagai perayaan sejarah keselamatan. ^[10]

Ini mirip sekali dengan perayaan Nuzulul quran. Kalau dikalangan Yahudi ada peringatan turunnya sepuluh perintah Allah di dalam kitab Taurat, maka dikalangan ahli bid`ah juga ada peringatan Nuzulul quran, tiada bedanya, boleh dikatakan mirip sekali. Wahabi dan Salafy menolak peringatan ini dan dianggapnya sebagai kebid`ahan, tiada tuntunannya dari Rasulullah SAW. Sedang ahli bid`ah dan Yahudi sudah merobah ajaran Rasul yang asli. Bahkan ajaran yang asli ditinggalkan untuk menegakkan ajaran yang imitasi. Ini kesesatan yang nyta buka kebenaran yang samar. Lihat hadisnya:

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang bukan berasal dari urusan (agama) kami, maka amalan itu tertolak” (Muttafaq ‘alaihi)