Rabu, Agustus 07, 2013

Idrus Ramli ikut kesalahan Ibn Qayyim bukan kebenarannya




                                            


Muhammad Idrus Ramli dan Muhammad Syafiq alydrus mengutip pernyataan Ibn Qayyim al Jauziyah sbb:


 Ulama salaf sepakat tentang hal
ini, dalil-dalil atsar seluruhnya mutawatir dari mereka bahwa
mayyit mengetahui ziarahnya orang yang hidup, dan merasa
senang dengannya* (al-Ruh, hal. 24).[1]

Komentarku ( Mahrus ali): 
Tunjukkan mana dalil yang mutawatir yang sahih tentang hal itu , wong hadis lemahnya saja jarang dimuat dalam buku – buku hadis yang terpercaya, bukan dalam kumpulan hadis lemah atau palsu. Saya belum menjumpainya dan anda tidak mencantumkannya. Anda berdua hanya mengutip perkataan Ibn Qayyim yang mengklaim ada dalil yang mutawatir tentang mayat bisa mengetahui orang yang berziarah, Nyatanya satu hadis  yang sahih saja tidak anda  cantumkan, lalu anda katakan seperti itu. Mestinya anda diam saja dari pada orang lain menilai anda serampangan dalam memberikan klaim, bukan berdasarkan pengakajian yang baik tapi langsung ngomong tanpa dikaji.
Bila seorang ulama keliru, apakah anda masih tetap memegangi kekeliruan itu?  Aneh bin ajaib kamu berdua ini, kebenaran dari Ibn Qayyim kamu tinggalkan dan kekeliruannya kamu ambil dimana  ahli hadis mebuang kekeliruan tsb. Dasar ahli bid`ah yang menyalahkan ahli sunnah. Langkah mu ini adalah langkah  mundur kepada kesesatan bukan langkah maju kepada kebenaran.

Dalam masalah kesalahan ulama ini kita memaafkan, bukan kita ikuti, tapi kita tinggalkan dan kita pilih  jalan yang benar.
Ketika memaparkan biografi Ibnu Khuzaimah rahimahullaahu ta’ala (wafat tahun 311 H), Adz-Dzahabi berkata :
وكتابُهُ في التوحيد، مُجَلِّدٌ كبيرٌ، وقد تأوَّل في ذلك حديث الصُّورة، فلْيُعْذَرْ من تَأَوَّلَ بعضَ  الصِّفاتِ، وأمَّا السَّلف فما خاضوا في التأويل، بل آمنوا وكفُّوا، وَفَوَّضُوا عِلْمَ ذلك إلى الله ورسوله، ولو أن كلَّ من أخطأ في اجتهاده - مع صِحَّةِ إيمانه وتوخِّيه لاتباع الحق - أهدرناه وبدَّعناه، لقلَّ من يَسلَم من الأئمة معنا. رحم الله الجميع بمنِّهِ وكَرَمِهِ
”Kitabnya yang berbicara tentang masalah tauhid cukup besar (tebal). Ia telah melakukan ta’wil dalam hadits ash-shuurah. Maka hendaknya diberikan ’udzur orang yang menakwilkan sebagian shifat Allah, kendatipun (kita tahu bahwa) salaf tidak mau melakukan ta’wil. Akan tetapi, (dalam masalah shifat Allah) mereka mengimaninya, menahan diri, dan menyerahkan ilmu (kaifiyat) tentang hal itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Apabila setiap orang yang melakukan kesalahan dalam ijtihadnya – sementara itu telah dipersaksikan kebenaran imannya dan mempunyai komitmen tinggi untuk mengikuti kebenaran – kemudian kita halalkan darahnya dan kita bid’ahkan ia (sebagai ahlul-bid’ah), niscaya sangat sedikit ulama yang akan selamat dari tindakan kita tersebut. Semoga Allah merahmati mereka semua dengan anugerah dan kedermawanan-Nya” [selesai].
Beliau (Adz-Dzahabi) juga berkata ketika memberikan pembelaan kepada Al-Imam Muhammad bin Nashr Al-Marwaziy rahimahullah dari serangan orang-orang yang mencelanya[2][5] :
ولو إنا كلما أخطأ إمامٌ في اجتهاده في آحاد المسائل خطأ مغفوراً له، قمنا عليه، وبدَّعناه وهجرناه، لما سَلِمَ معنا لا ابنُ نَصر ولا ابن منده، ولا من هو أكبرُ منهما، والله هو هادي الخلْق إلى الْحقِّ، وهو أرحم الراحمين، فنعوذ بالله من الهوى والفظاظة
”Seandainya setiap perkataan imam yang keliru dalam ijtihadnya pada permasalahan-permasalahan yang sebenarnya hal itu masih bisa diampuni; lantas kita kecam ia, kita bid’ahkan ia (sebagai ahlul-bid’ah), dan kita hajr ia,.... maka tidak akan ada (seorang ulama pun) yang selamat. Tidak Ibnu Nashr (Al-Marwaziy), tidak Ibnu Mandah, tidak pula ulama yang lebih besar dari keduanya. Allah adalah Pemberi Petunjuk makhluk-Nya kepada kebenaran, dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang. Kita berlindung kepada Allah dari bisikan hawa nafsu dan berkata kasar” [selesai].

Mau nanya hubungi kami:
088803080803.( Smart freand) 081935056529 ( XL )
Alamat rumah: Tambak sumur 36 RT 1 RW1
                           Waru Sidoarjo. Jatim.

 












[1] Kiyai NU atau wahabi yang sesat tanpa sadar? 113
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan