Senin, September 09, 2013

Inilah Pandangan Politik Muhammad Natsir terhadap Pancasila


Muhammad Natsir adalah salah satu tokoh Persatuan Islam (Persis) terkemuka yang menerima rumusan pancasila sebagai pedoman negara. Penerimaan tersebut tentu saja dengan syarat asas ketuhanan dijadikan sumber ruhani dan sumber moral dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

Bagi M. Natsir negara Islam adalah suatu cita-cita ideal yang tentunya harus diperjuangankan. Demikian diungkap Pepen Irfan Fauzan, S.S M. Hum tenaga ahli kementrian, dalam seminar politik Persis di kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Persis (STAIPI) Ciganitri Bandung (9-01).

Pepen menuturkan bahwa M. Natsir memandang substansi pancasila secara positif. Indikasi ini terlihat ketika M. Natsir berkunjung ke Pakistan dan berpidato di depan The Pakistan Institute Of World Affairs pada tahun 1952.

M. Natsir menyatakan “Pakistan adalah negara Islam. Hal itu pasti, baik oleh kenyataan penduduknya maupun oleh gerak-gerik haluan negaranya. Dan saya nyatakan Indonesia juga adalah negara Islam, oleh kenyataan bahwa Islam diakui sebagai agama dan anutan jiwa bangsa Indonesia, meskipun tidak disebutkan dalam konstitusi bahwa Islam itu adalah agama Negara. Indonesia tidak memisahkan Agama dari Negara. Dengan tegas Indonesia menyatakan percaya Kepada Tuhan Yang Maha Esa jadi tiang pertama pancasila.”

Pernyataan M. Natsir ini disampaikan setahun setelah ia meletakan jabatannya sebagai Perdana Menteri Republik Indonesia, sehingga tidak heran menurut Pepen jika pernyataan tersebut bersifat fositip.

“Sebab, logikanya, bagaimana mungkin seorang ideolog Islam mau menjabat kepala pemerintah suatu negara yang dasarnya dianggap bertentangan dengan ideologi Islam. Maka saya bisa menyimpulkan dari pernyataan M. Natsir tersebut bahwa negara Pancasila pun sudah membayangan sebuah negara Islam,” kata Pepen yang juga dosen di STAIPI Garut ini.

Menurut Pepen dasar pemikiran M. Natsir mengenai hubungan Islam dengan negara ini adalah penafsiran terhadap ayat “Dan kami tidak menjadikan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS. 27: 56).

Dari ayat ini, M Natsir mengembangkan teorinya bahwa seorang Islam hidup diatas dunia ini dengan cita-cita kehidupan supaya menjadi hamba Allah dengan arti yang sepenuhnya.

Pandangan M. Natsir yang cenderung moderat terhadap pancasila ini ditentang keras oleh tokoh Persis lainnya yaitu Isa Anshari. Isa Anshari memandang negara yang berpedoman pada pancasila bukanlah negara Islam. Dan Isa Anshari tidak mau berkompromi untuk masalah ini.


Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan