Sabtu, September 28, 2013

Syahidkah Wanita yang Meninggal karena Melahirkan?



 

Ada artikel  sbb:

Syahidkah Wanita yang Meninggal karena Melahirkan?

Pertanyaan:
Assalamu’alaikum.
Saya ingin tanya, kalau wanita melahirkan dan meninggal maka dia mati syahid kan ya? Tapi kalau melahirkannya secara caesar gimana? Apa tetap mati syahid?
Dari: Silvia

Jawaban:

Wa’alaikumussalam
Wanita yang meninggal karena anaknya, baik ketika anaknya masih di perutnya, atau ketika proses melahirkan, atau setelah melahirkan di masa nifas, semua kejadian ini menjadikan kematiannya sebagai syahid. Baik melahirkan normal atau dengan operasi caesar.
Berikut beberapa dalilnya,
1. Dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjenguknya ketika Ubadah sedang sakit. Di sela-sela itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya,
أتعلمون من الشهيد من أمتي ؟
“Tahukah kalian, siapa orang yang mati syahid di kalangan umatku?”
Ubadah menjawab: ‘Ya Rasulullah, merekalah orang yang sabar yang selalu mengharap pahala dari musibahnya.’
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengarahkan,
شهداء أمتي إذاً لقليل ، القتل في سبيل الله عز وجل شهادة ، والطاعون شهادة ، والغرق شهادة ، والبطن شهادة ، والنفساء يجرها ولدها بسرره إلى الجنة
Berarti orang yang mati syahid di kalangan umatku cuma sedikit. Orang yang mati berjihad di jalan Allah, syahid, orang yang mati karena Tha’un, syahid. Orang yang mati tenggelam, syahid. Orang yang mati karena sakit perut, syahid. Dan wanita yang mati karena nifas, dia akan ditarik oleh anaknya menuju surga dengan tali pusarnya. (HR. Ahmad dalam musnadnya 15998. Syaikh Syuaib Al-Arnauth menilai hadis ini: Shahih li Ghairih).
2. Hadis dari Jabir bin Atik, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjenguk Abdullah bin Tsabit, ketika itu beliau sedang pingsan karena sakit. Di tengah-tengah itu, ada orang yang menyinggung masalah mati syahid. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa yang kalian anggap sebagai mati syahid?”
Merekapun menjawab, ‘Orang yang mati di jalan Allah.’ Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan pengarahan,
الشَّهَادَةُ سَبْعٌ سِوَى الْقَتْلِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ: الْمَطْعُونُ شَهِيدٌ، وَالْغَرِقُ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ ذَاتِ الْجَنْبِ شَهِيدٌ، وَالْمَبْطُونُ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ الْحَرِيقِ شَهِيدٌ، وَالَّذِي يَمُوتُ تَحْتَ الْهَدْمِ شَهِيدٌ، وَالْمَرْأَةُ تَمُوتُ بِجُمْعٍ شَهِيدٌ
“Mati syahid ada 7 selain yang terbunuh di jalan Allah: Orang yang mati karena thaun, syahid. Orang yang mati tenggelam, syahid. Orang yang mati karena ada luka parah di dalam perutnya, syahid. Orang yang mati sakit perut, syahid. Orang yang mati terbakar, syahid. Orang yang mati karena tertimpa benda keras, syahid. Dan wanita yang mati, sementara ada janin dalam kandungannya.” (HR. Abu Daud 3111 dan dishahihkan al-Albani).
Tetap Wajib Dimandikan
Kaum muslimin yang meninggal dengan kondisi di atas, tetap wajib dimandikan, dikafani, dan dishalati, sebagaimana umumnya jenazah. Orang yang mati syahid dan jenazahnya tidak boleh dimandikan, adalah orang yang mati syahid di medan perang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menshalati jenazah wanita yang mati ketika nifas. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnu Qudamah mengatakan,
فأما الشهيد بغير قتل , كالمبطون , والمطعون , والغرق , وصاحب الهدم , والنفساء , فإنهم يغسلون , ويصلى عليهم ; لا نعلم فيه خلافا , إلا ما يحكى عن الحسن .. وقد صلى المسلمون على عمر وعلي رضي الله عنهما , وهما شهيدان
Orang yang mati syahid, selain yang terbunuh di medan perang, seperti orang yang sakit perut, orang yang mati karena thaun, karena tenggelam, tertimpa, atau yang mati karena nifas, mereka semua dimandikan dan dishalati. Saya tidak menjumpai pendapat yang bertentangan dengan hal ini, selain pendapat yang diriwakatkan dari Hasan Al-Bashri… kaum muslimin juga menshalati jenazah Amirul mukminin, Umar bin Kahatab dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhuma, padahal keduanya mati syahid (tipi tidak di medan perang) (al-Mughni, 2:399)
Allahu a’lam
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)
Komentarku ( Mahrus ali): 

إِنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَلِيلٌ الْقَتْلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ شَهَادَةٌ وَالطَّاعُونُ شَهَادَةٌ وَالْغَرَقُ شَهَادَةٌ وَالْبَطْنُ شَهَادَةٌ وَالنُّفَسَاءُ يَجُرُّهَا وَلَدُهَا بِسُرَرِهِ إِلَى الْجَنَّةِ
Berarti orang yang mati syahid di kalangan umatku cuma sedikit. Orang yang mati berjihad di jalan Allah, syahid, orang yang mati karena Tha’un, syahid. Orang yang mati tenggelam, syahid. Orang yang mati karena sakit perut, syahid. Dan wanita yang mati karena nifas, dia akan ditarik oleh anaknya menuju surga dengan tali pusarnya. (HR. Ahmad dalam musnadnya 15998. Syaikh Syuaib Al-Arnauth menilai hadis ini: Shahih li Ghairih).
Sanadnya sbb:

قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي عَرُوبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ مُسْلِمِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ الصَّنْعَانِيِّ عَنْ رَاشِدِ بْنِ حُبَيْشٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Bercerita kepada kami  Muhammad bin Bakar , lalu berkata: Bercerita kepada kami  Sa`id bin Abu Arubah dari Qatadah  dari Muslim bin Yasar dari Abul asy ats al shon`ani  dari Rasyid bin Hubaisy………….
Menurut al albani :
صحيح الترغيب والترهيب - (ج 2 / ص 72)
 1396 - ( حسن صحيح )
Hadis tsb adalah hasan Sahih.
رواه أحمد بإسناد حسن وراشد بن حبيش صحابي معروف
Ia diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad yang baik. Dan Rasyid bin Hubaisy adalah sahabat yang terkenal.

Komentarku ( Mahrus ali): 
Setahu saya,  perawi bernama  Rasyid bin Hubaisy adalah masih diperselisihkan apakah dia sahabat atau tidak. Ibnu Hajar berkata  dalam kitab  al Ishobah fii ma`rifatis shohabah  343/1
الإصابة في معرفة الصحابة - (ج 1 / ص 343)
ذكره أحمد وابن خزيمة والطبراني وغيرهم في الصحابة. وقال البغوي: يشك في سماعه وذكره في التابعين البخاري وأبو حاتم والعسكري
Imam Ahmad , Ibn Huzaimah Thabrani dll menyebut Rasyid bin Hubaisy termasuk sahabat Nabi SAW.
Al Baghowi meragukan bahwa  Rasyid tsb mendengar hadis  dari Nabi SAW
Bukhari , Abu Hatim  dan al askari menyebutnya   sebagai tabiin bukan sahabat.
Komentarku ( Mahrus ali): 
Hadis  tsb lemah. Dan ia diriwayatkan  pula  oleh Thabrani dengan sanad sbb:
روى الطبراني في الكبير 11686 - حدثنا محمد بن العباس المؤدب ثنا محمد بن بشير الكندي ثنا عمرو بن عطية بن الحارث الوادعي عن أبيه عن عكرمة عن ابن عباس
Thabrani meriwayatkan dalam kitab al Kabir 11686 Bercerita kepada kami   Muhammad bib al abbas  - al muaddib , Bercerita kepada kami  Muhammad  bin Basyiral  Kindi , Bercerita kepada kami  Amar bin Athiyah  bin Al Harits al wadi`I  dari ayahnya  dari Ikrimah  dari Ibn  Abbas .
Komentarku ( Mahrus ali): 
 Ada perawi bernama  Amar bin Athiyah

      
عمرو بن أبي روق ، عطية ، بن الحارث الوادعي.
قال الدَّارَقُطْنِيّ ضعيف.
قال البخاري: في حديثه نظر. كما في اللسان.
Menurut  Daroquthni, dia adalah lemah . Imam Bukhari berkata: Hadisnya masih perlu di kaji ulang sebagaimana dalam kitab al lisan. 


Mau nanya hubungi kami:
088803080803.( Smart freand) 081935056529 ( XL )

Dengarkan pengajian - pengajianku

Alamat rumah: Tambak sumur 36 RT 1 RW1 Waru Sidoarjo. Jatim.
 

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan