Minggu, November 24, 2013

Mengapa saya tidak makan telor - Kajianku ke 16









   Dahulu saya senang makan telor, martabak dll. Suatu saat, terlintaslah dalam benak saya apakah Rasul dan para sahabat memakannya?. Saya  kaji dan saya cari dalil- dalil di al Quran dan hadis, ernyata  nonsen belaka. Saya katakan di pengajian, malah saya dikatakan ghuluw. Ternyata sebagian orang mengatakan  ghuluw karena tidak mengerti persoalan. Ada yang bilang: Telor enak. Bila ayam di halalkan, maka  dihalalkan seluruhnya sampai telor dan ususnya  bila dikasih bumbu.
Dia hanya ingin enak. Katakpun bila di kasih bumbu lalu dibotok akan nikmat. kembalilah kepada ajaran Allah  dan taatlah. Allah berfirman:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan." "Kami mendengar dan kami patuh." Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.[1]
   Kita punya tanda tanya  besar,mengapa para sahabat dan para Rasul tidak memakan telor? Pada hal saat itu banyak burung dan ayam sebagaimana hadis:
    Hisyam bin zaid berkata:  Aku masuk bersama Anas ke Al hakam bin Ayyub lalu melihat pemuda – pemuda yang  menjadikan ayam sebagai bidikan, Anas berkata:
نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تُصْبَرَ الْبَهَائِمُ *
Nabi SAW  melarang  binatang di jadikan bidikan [2]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِي صَلَّى الله عَليه وسلم أَنَّ نَبِيًّا مِنَ الْأَنْبِيَاءِ شَكَا إِلَى الله عَزَّ وَجَلَّ الضُّعْفَ فَأَمَرَهُ بِأَكْلِ الْبَيْضِ  تَفَرَّدَ بِهِ أَبوُ الْأَزْهَرِ عَنِ أَبِي الرَّبِيْعِ
Dari Ibnu Umar dari Nabi SAW   bersabda:  “ Sesungguhnya seorang Nabi dari para nabi mengadu kepada Allah  azza wajal tentang tubuhnya yang lemah,lalu diperintah untuk makan  telor. [3]   Imam Al baihaqi menyatakan  hadis tersebut hanya Abul azhar yang meriwayatkan ( lemah )
عَنِ ابْنِ عُمَرَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِي  صلى الله عليه وسلم فَشَكاَ إِلَيْهِ قِلَّةَ الْوَلَدِ فَأَمَرَهُ بِأَكْلِ اْلبَيْضِ وَالْبَصَلِ  
Dari Ibn Umar , seorang lelaki datang kepada  Nabi SAW  lalu mengadukan punya anak sedikit,lalu diperintah untuk makan telor dan bawang merah [4]
قَالَ ابْنُ حِبَّانَ وَلاَ نَشُكُّ أَنَّهُ مَوْضُوْعٌ
Ibnu Hibban berkata: “Tidak ragu lagi hadis tsb palsu “. [5]
Dalam kitab AlMuhalla di jelaskan:
وَقَالَ مَالِكٌ فِي بَيْضَةِ النَّعَامَةِ عُشْرُ الْبَدَنَةِ وَفِي بَيْضَةِ الْحَمَامَة عُشْرُ الشَّاةِ قَالَ وَلاَ يَحِلُّ أَكْلُهُ لِلْمُحْرِمِ وَلاَ لِلْحَلاَلِ إِذَا شَوَاهُ الْمُحْرِمُ أَوْ كَسَّرَهُ
Imam Malik berkata: “ Bagi orang yang berihram yang mengambil telor burung onta  harus membayar seper sepuluh onta. Bila mengambil telor burung merpati ,maka wajib membayar seper sepuluh  kambing. Bagi orang yang berihram atau tidak berihram  haram memakan  telor itu  bila dipanggangkan oleh orang yang berihram atau di pecahkan [6]
عَنْ عَبْدِ الله بْنِ الْحَارِثِ بْنِ نَوْفَلَ أَنَّ أَعْرَابِيًّا أَهْدَى إِلىَ رَسُوْلِ الله صلى الله عليه وسلم بَيْضًا قَالَ لَهُ أَطْعِمْهُ أَهْلَكَ فَإِنَّا حُرُمٌ
Dari Abdillah bin Al haris bin Naufal  berkata:’ seorang arab badui memberikan hadiah telor kepada Nabi SAW,lalu beliau bersabda: “ berikan kepada keluargamu , sesungguhnya kami dalam keadaan ihram [7]
  Abu Muhammad berkata: Hadis tersebut mursal ( lemah )
وَقَالَ الْقَاضِي يَحْرُمُ عَلَى الْحَلاَلِ أَكْلُهُ كَمَا لَوْ ذَبَحَ الصَّيْدَ لِأَنَّ كَسْرَهُ جَرَى مَجْرَى الذَّبْحِ
Al Qadhi berkata : “ Bagi orang yang tidak berihram haram makan telor  sebagaimana menyembelih buruan. sebab memecah telor sama dengan menyembelihnya. [8]
Dalam kitab al munghni di jelaskan:
وَنَهَى عَنْ بَيْعِ الدِّيْبَاجِ لِلرِّجَالِ وَلاَ بَأْسَ بَبْيُعُهُ لِلنِّسَاءِ وَرُوِيَ عَنْهُ لَا يَبِيْعُ الْجَوْزَ لِلْقِمَارِ وَعَلىَ قِيَاسِهِ البَيْضُ  فَيَكُوْنُ بَيْعُ ذَلِكَ كُلُّهُ بَاطِلاً    
Dilarang menjual sutra kepada lelaki . Boleh dijual untuk perempuan. Diriwayatkan pula  tidak diperkenankan menjual pala untuk judi. Juga  dilarang menjual telor atas nama kiyas. Jadi jual beli seluruhnya tidak  sah. [9]
وَإِنمَّاَ شَبَّهَ مَالِكٌ الْبَيْضَ بِجَنِيْنِ الْحُرَّةِ
Imam  Malik  menyerupakan telor seperti janin wanita merdeka [10]


[1] An nur 51
[2] Muttafaq alih , Bukhori 5513
[3] Syuabul iman 102/5
[4] Mizanuli`tidal fii naqdir rijal 365/6  Lisanul mizan 421/5
[5] Ibid
[6] Al Muhalla  233/7
[7] Al Muhalla  233/7
[8] Al Mughni 273/3
[9] Al Mughni 155/4
[10] Al mudawwanah alkubra 437/2
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan