Kamis, Mei 15, 2014

Mengapa PDIP Tolak Dolly Ditutup? Kejadian 9 Tahun Silam Ini Mungkin Bisa Menjawab




JAKARTA (Voa Islam) - Adanya penolakan resmi dari PDIP tentang ditutupnya sarang pelacuran Dolly, Surabaya sangat disayangkan oleh berbagai pihak, namun apabila melihat sepak terjang para politikus PDIP menjadi sebuah kewajaran mengapa mereka menolak.
Media online terkemuka di Indonesia yaitu detik.com pernah merelease sebuah berita pada Kamis, 31/03/2005 tentang apa yang terjadi ketika PDIP menggelar Konggres di Bali. Detik.com menuliskan judul : "Kongres PDIP Untungkan Pelacur".
 
Berikut isi lengkap beritanya :  
Kongres PDIP di Bali membawa berkah. Setidaknya, untuk para pelacur. Para wanita malam itu mendapatkan rupiah lebih banyak dibanding hari biasa, karena banyaknya penggembira dan utusan kongres PDIP yang melakukan transaksi sekk dengan para pelacur.

Sejak hari pertama kongres, sebagian penggembira dan utusan kongres PDIP memang tampak menyerbu kawasan pelacuran tak resmi di beberapa kawasan Sanur, Bali. Antara lain di Padang Galak, Pasiran, Belanjong, dan Semawang.
Kawasan pelacuran ini terkenal dengan tarif hemat. Sementara beberapa utusan kongres PDIP yang berkantong tebal memilih mendatangi kawasan pelacuran di kawasan wisata Kuta. Tempat ini dikenal sebagai kawasan pelacuran yang bertarif mahal.

Para penggembira kongres PDIP yang bermalam di lapangan Matahari Terbit, biasanya menghabiskan malam-malam indahnya di Pulau Dewata ini dengan mendatangi rumah-rumah pelacur di Padang Galak, yang berada di pinggir pantai Sanur itu. Mereka minum-minum, ngobrol, dan juga yang sampai melakukan transaksi dengan pelacur. Umumnya, mereka mencari ayam kampung (gadis Bali). Sayang, gadis Bali susah didapatkan. Soalnya, sebagian besar pelacur di daerah ini memang berasal dari daerah Banyuwangi dan sejumlah daerah dari Jawa Timur lainnya.

Menurut seorang pelacur di Padang Galak, Susi, kepada detikcom, Kamis (31/3/2005), dirinya telah melayani tiga orang yang merupakan tiga penggembira kongres PDIP. Sebenarnya banyak penggembira PDIP yang mendatangi dirinya. Tapi, banyak penggembira yang tidak membayar, karena pura-pura mabuk. Maklum, penggembira memang tidak berduit banyak.

Di kawasan pelacuran Padang Galak dan Pasiran, biasanya penggembira kongres berdatangan secara perorangan atau bergerombol. Karena sama-sama orang Jawa, transaksi pun lebih mudah.
Sementara penggembira di kawasan by pass Sanur memilih menyerbu beberapa rumah bordil di kawasan Semawang dan Belanjong. Mereka tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan para wanita malam itu. Setiap rumah yang memiliki alamat berakhir huruf X, maka itu dipastikan rumah bordil.
Salah seorang pelacur di Semawang, Linda, mengaku melakukan transaksi dengan sejumlah penggembira dan utusan kongres. Bahkan, dia mengaku juga mendapat order untuk datang ke hotel tempat menginap para utusan. "Pokoknya ini berkahlah, karena lebih ramai dari hari-hari biasa," ungkapnya.

Sedangkan beberapa satgas Kongres PDIP yang berpakaian ala pecalang juga ketiban rezeki dari sejumlah utusan kongres. Seorang satgas, Putu Wardana, mengaku sempat beberapa kali menerima order dari para utusan kongres untuk mencarikan rumah bordil itu.
Putu pun mendapatkan rupiah yang lumayan. Sebagian utusan juga mencari kawasan pelacuran elit yang berada di kawasan Kuta. Bahkan, sejumlah utusan masih mengenakan ID card kongres saat mendatangi kawasan pelacuran elit di Kuta itu. Bagaiamana dengan moralita yangn sangat bobrok begitu mau membangun negara dan bangsa? (Islamedia/Voa Islam)
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan