Jumat, Oktober 31, 2014

Jawabanku ke 4 untuk para komentator di fb saya:




Kata pengantar:
Dulu saya menyampaikan kesyirikan dan kebid`ahan yang marak di masarakat, lalu saya dikatakan pendusta, sesat, wahabi bakan ada LBM yang membikin  buku bantahan tentang kedustaan buku mantan kiyai nu.Lalu saya jawab dengan buku "sesat tanpa sadar". Saya ingat ayat ini:
وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَقَفَّيْنَا مِن بَعْدِهِ بِالرُّسُلِ ۖ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ ۗ أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَىٰ أَنفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ
Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? Baqarah 87
Sekarang saya menyampaikan keharusan salat di atas tanah tanpa sajadah dan keramik , dan  para  sahabat tidak pernah memotong Ayam dan Bebek atau burung – burung yang lain lalu memakannya sebagaimana budaya masarakat sekarang juga tak luput dari berbagaia macam ledekan, hinaan . Ya, memang begitulah apa yang harus diterima oleh orang yang menyampaikan ajaran Rasul yang asli, bukan ajaran Rasul  yang palsu yang mengikuti budaya ajaran  golongan. Saya teringat ayat ini:
فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَرِحُوا بِمَا عِنْدَهُمْ مِنَ الْعِلْمِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa keterangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh azab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan itu. Ghafir 83.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Ajaran para Rasul di tolak, di ledek, dan masarakat  merasa ajaran  mereka sudah final, tidak boleh di robah, dan yang merobahnya ke ajaran Rasul  yang asli harus  di hujani dengan berbagai macam hinaan . Ahirnya  azab  Allah menimpa kepada masarakat  yang sedemikian  itu.
Jadi kalau kita sudah niat bela Allah, maka  harus ajaran asli yang disampaikan. Ajaran yang belum dikotori dengan pendapat orang. Resikonya akan mendapat cercaan dan ini lebih baik dari menerima pujaan  dari masarakat  untuk membela ajaran palsu yang di anggap asli ajaran Rasulullah . Ajaran itu  tambah jauh dari  masa Rasulullah SAW  tambah banyak tambahan, perobahan sebagaimana yang terjadi dalam ajaran Yahudi dan kristen.


Ustadz Agus Susanto  - mahasiswa Madinah  fakultas hadis menulis :
SANGGAHAN:
1. Siapa bilang atsar sahabat itu tidak bisa di jadikan dalil, apalagi itu adalah Umar yang Rosulullah Sholallahu’alaihwasallam sendiri memerintahkan kita untuk mengikuti Sunnah khulafa’ Ar-Rasyidin dalam hadistnya:
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ،
“ maka ikutilah Sunnahku dan Sunnah Khulafah Ar-Rasyidin dan gigitlah dengan gigi graham kalian.” Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan beliau mengatakan hasan shahih
Saya jawab:
Sayang  sekali, anda  begitu bangga dengan hadis  itu yang anda sajikan. Mestinya di pikir dulu, apakah benar sahih, lemah atau masih  di ragukan kesahihannya. Lalu di kaji ulang agar umat ini  tidak tersesat dengannya. Tapi akan  tercerah  dengan kajian anda bukan penggelapan kepada mereka.  Saya  akan menulis  kajian saya dengan santai saja, tanpa omongan orang – orang jalanan yang kotor. Sebab ada sebagian ahli hadis yang menyatakan hadis itu lemah. Ikutilah kajiannya  sbb:
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ عَمْرٍو السُّلاَمِىْ اَنَّهُ سَمِعَ الْعِرْباَضَ بْنَ سَارِيَّةِ قَالَ وَعَظَناَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتـِىْ وَسُنَّةِ الْخُلَفاَءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلْمُهْدِيِّـْينَ (مسند احمد بن حنبل ص 16519 )
Dari Abd Rohman bin Amr al-Sulami, Sesungguhnya ia mendengar al-Irbadh bin Sariyah berkata, Rasulullah Saw. Menasehati kami, Kalian wajib berpegang teguh apa yang kamu  ketahui pada sunnahku  dan perilaku al-Khulafa’ al-Rasyidin yang mendapatkan petunjuk). (Musnad Ahmad Bin Hambal, 16519)
Menurut riwayat Tirmidzi sbb:
سنن الترمذي ٢٦٠٠: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ بْنُ الْوَلِيدِ عَنْ بَحِيرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَمْرٍو السُّلَمِيِّ عَنْ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ قَالَ
وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا بَعْدَ صَلَاةِ الْغَدَاةِ مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقَالَ رَجُلٌ إِنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّهَا ضَلَالَةٌ فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَعَلَيْهِ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Sunan Tirmidzi 2600: Telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr telah menceritakan kepada kami Baqiyyah bin al Walid dari Bahir bin Sa’d dari Khalid bin Ma’dan dari Abdurrahman bin Amru as Sulami dari al ‘Irbadh bin Sariyah dia berkata; suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberi wejangan kepada kami setelah shalat subuh wejangan yang sangat menyentuh sehingga membuat air mata mengalir dan hati menjadi takut.


Maka seorang lelaki berkata; ‘seakan-akan ini merupakan wejangan orang yang akan pamit, lalu apa yang engkau wasiatkan kepada kami ya Rasulullah? ‘ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku wasiatkan kepada kalian untuk (selalu) bertaqwa kepada Allah, mendengar dan ta’at meskipun terhadap seorang budak habasyi,


sesungguhnya siapa saja diantara kalian yang hidup akan melihat perselisihan yang sangat banyak, maka jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang dibuat-buat, karena sesungguhnya hal itu merupakan kesesatan. Barangsiapa diantara kalian yang menjumpai hal itu hendaknya dia berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham.” Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits hasan shahih,  HR Tirmidzi
Komentarku ( Mahrus ali ):
 Riwayat Tirmidzi ini lebih lengkap  dari pada riwayat Imam Ahmad.Beda lagi dengan riwayat Ibn Majah sbb:
سنن ابن ماجه ٤٣: حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ بِشْرِ بْنِ مَنْصُورٍ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ السَّوَّاقُ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ صَالِحٍ عَنْ ضَمْرَةَ بْنِ حَبِيبٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَمْرٍو السُّلَمِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ الْعِرْبَاضَ بْنَ سَارِيَةَ يَقُولُ
وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ هَذِهِ لَمَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا قَالَ قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَعَلَيْكُمْ بِالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّمَا الْمُؤْمِنُ كَالْجَمَلِ الْأَنِفِ حَيْثُمَا قِيدَ انْقَادَ
Sunan Ibnu Majah 43: Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Bisyr bin Manshur dan Ishaq bin Ibrahim As Sawwaq keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi dari Mu’awiyah bin Shalih dari Dlamrah bin Habib dari Abdurrahman bin ‘Amru As Sulami bahwasanya ia mendengar ‘Irbadl bin Sariyah berkata;
وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ هَذِهِ لَمَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا قَالَ قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَعَلَيْكُمْ بِالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّمَا الْمُؤْمِنُ كَالْجَمَلِ الْأَنِفِ حَيْثُمَا قِيدَ انْقَادَ


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberi kami satu nasehat yang membuat air mata mengalir dan hati menjadi takut. Maka kami berkata kepada beliau; “Ya Rasulullah, sesungguhnya ini merupakan nasihat perpisahan ( orang yang pamit mau berpisah ), lalu apa yang engkau wasiatkan kepada kami?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “ Aku telah tinggalkan untuk kalian petunjuk yang terang, malamnya seperti siang. Tidak ada yang berpaling darinya setelahku melainkan ia akan binasa. Barangsiapa di antara kalian hidup, maka ia akan melihat banyaknya perselisihan. Maka kalian wajib berpegang teguh dengan apa yang kalian ketahui dari sunnahku, dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjukk, gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham. Hendaklah kalian taat meski kepada seorang budak Habasyi. Orang mukmin itu seperti seekor unta jinak, di mana saja dia diikat dia akan menurutinya.”   HR Ibn Majah

Ada sisi perbedaan redaksi antara riwayat Tirmidzi dan Ibn Mjah sbb:

Riwayat Tirmidzi : 

بَعْدَ صَلَاةِ الْغَدَاةِ
Setelah salat Shubuh
فَقَالَ رَجُلٌ
Seorang lelaki berkata:
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ
Aku wasiatkan kepada kalian untuk (selalu) bertaqwa kepada Allah, mendengar dan ta’at
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّهَا ضَلَالَةٌ
maka jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang dibuat-buat, karena sesungguhnya hal itu merupakan kesesatan.

Riwayat Ibn Majah sbb:

فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
Kami berkata : Wahai Rasulullah

قَالَ قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ
Aku telah tinggalkan untuk kalian petunjuk yang terang, malamnya seperti siang. Tidak ada yang berpaling darinya setelahku melainkan ia akan binasa.
فَإِنَّمَا الْمُؤْمِنُ كَالْجَمَلِ الْأَنِفِ حَيْثُمَا قِيدَ انْقَادَ
Orang mukmin itu seperti seekor unta jinak, di mana saja dia dituntun  dia akan menurutinya.


Muhammad al amin berkata:
هَذِهِ اْلأَحَادِيْثُ يَنْطَبِقُ عَلَيْهَا قولُ الْحافِظِ اِبْنِ عَبْدِ الْبَرِّ فِي التَّمْهِيْدِ ( 10 \ 278 ):« وَلَمْ يُخْرِجِ الْبُخَارِيُّ وَلَا مُسْلِمٌ بْنُ الْحَجَّاجِ مِنْهَا حَديثًا وَاحِدًا. وَحَسْبُكَ بِذَلِكَ ضُعْفًا لَهَا ».
Hadis – hadis  ini berlaku kata-kata Hafiz Ibnu Abdul Barr di kitab Tamhid (10 \ 278): «Bukhari  dan Muslim bin Al Hajjaj tidak meriwayatkan   satu  hadis ini. Dan dengan nya  cukup hadis tsb untuk dikatakan lemah.

وَمَنْ نَقَلَ تَقْبَلُ الأُمَّةُ لِهَذَا الْحَديثِ بِالْقَبُولِ فَلَمْ يُصِبْ بِذَلِكَ أيضاً. فَقَدْ نَقَّلْنَا عَنْ أَحَدِ الْمُتَقَدِّمِينَ تَضْعِيفَهُ ، وَهَذَا يَكْفِي لِسُقُوطِهِ.
Barang siapa yang mengutip bahwa umat telah menerima hadis itu dengan baik, maka tidak benar. Sungguh kami telah mengutip salah satu tokoh terdahulu yang melemahkannya. Ini sudah cukup bahwa hadis tsb jatuh nilainya.

وَالْحُجَّةُ هُنَا لَيْسَ تَصْوِيتٌ عَلَى صِحَّةِ الْحَديثِ ، بَلْ هُوَ بِالنِّسْبَةِ لِتَوْثِيقِ رِجَالِهِ  وَعَدَمِ وُجُودِ النّكارَةِ فِي مَتْنِهِ  ، وَإلّا فَلَا يَصِحُّ !
Argumen di sini bukan untuk memberikan suara pada kesahihan hadis, tetapi lebih dekat dengan menyatakan perawi – perawinya terpercaya dan tidak ada keanehan dalam redaksi hadis ( keganjilan ). Bila tidak demikian, maka hadis di katakan  tidak sah.
فَالْحَديثُ لَيْسَ لَهُ طَرِيقٌ يُعْتَبَرُ بِهَا إلّا عَنْ مَجْهُولَيْنِ ( مُثَنًّى مَجْهُولٍ ) عَنِ العرباض بْنِ سَارِيَةٍ.

Hadis itu tidak memiliki jalur periwayatan yang bisa di andalkan kecuali  dari dua anonim ( perawi yang tak dikenal )  dari Al Irbadh bin Saroyah.

وَهَذَا الأَمْرُ دِينٌ فَاُنْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِيْنَكُمْ. هَلْ نَأْخُذُهُ عَنْ مَجَاهِيلَ ؟! نَعَمْ بَعْضُ الْمُتَقَدِّمِينَ وَكَثِيرٌ مِنَ الْمُتَأَخِّرِيْنَ يَأْخُذُ عَقِيْدَتَهُ عَنْ مَجَاهِيْلَ وَيُصَحِّحُ مِثْلَ هَذَا الْحَديثِ ، بَلْ مَنْ كَانَ أَضْعَفَ مِنْهُ. أَمَّا أَنْ يَحْتَجَّ بِهِ عَلَينَا فَلَا.
Ini adalah sebuah agama dan lihatlah dari  siapa Anda mengambil agamamu. Apakah kita ambil agama dari perawi yang tak di kenal.
 Ya, beberapa kalangan orang – orang dahulu  dan banyak generasi terahir ini mengambil akidah dari perawi – perawi yang belum diketahui dan hadis  seperti itu langsung dibenarkan, bahkan menerima yang  lebih lemah dari dia. Bila di buat hujjah   untuk kita , maka  tidak bisa.

وَالْحَديثُ كُلَّه أَتَى مِنْ وُجُوهِ أُخْرَى إلّا قَضِيَّةَ اِتِّبَاعِ سُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ فَهِي مُنْكَرَةٌ مَرْدُودَةٌ
Hadis itu seluruhnya datang dari jalur periwayatan lain hanya saja masalah mengikuti sunnah khulafaur rasyidin adalah  munkar yang tertolak.

. وَإِضَافَةُ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ إِلَى التَّشْرِيْعِ السَّمَاوِيِّ أَمْرٌ مُخَالِفٌ لِأُصُولِ الشَّرِيعَةِ. وَاللهُ أَمَرَنَا أَنْ نَرُدَّ الْخِلاَفَ : فَرُّدُوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ. وَلَيْسَ لِلْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ.
Penambahan khulafaur rasyidin kepada tasyri` samawi adalah masalah yang menentang  pokok – pokok sariat. Allah memerintah kita untuk mengembalikan hilap, yakni kembalikan kepada Allah dan rasulNya, bukan kepada Khulafaur rasyidin.

ثُمَّ مَنْ هُمْ الْخُلَفَاءُ الرَّاشِدُونَ ؟ هَلْ أَتَى عَلَيهِمْ نَصٌّ ؟ وَلِمَ لَا إِنَّ كَانَ يَجِبُ عَلَينَا اِتِّبَاعُ سُنَّتِهِمْ  ؟
Lantas siapakah khulafaur rasyidin, apakah ada keterangan dari  dalil ? Mengapa tidak, bila kita wajib mengikuti sunnah mereka.
! وَهَلْ تَعْلَمُ أَنْ هُنَاكَ خِلاَفًا وَاسِعًا بَيْنَ الْعُلَمَاءِ فِي تَحْدِيدِ مَنْ هُمْ الْخُلَفَاءُ الرَّاشِدُونَ ؟
Apakah Anda tahu bahwa ada ketidak sepakatan yang luas di antara para ilmuwan  dalam mendefinisikan khalifah?
 هَلْ يَدْخُلُ فِيهِمْ  الْحُسَيْنِ بْنُ عَلِيِي رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَهَلْ يَدْخُلُ فِيهِمْ  عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ ؟
Apakah Anda masukkan  Al Hussein bin Ali ra kepada mereka  dan apakah yang  Umar bin Abdul Aziz dimasukkan pula ?

وَهَلْ نَتَّبِعُ سُنَّةَ الأخير وَهُوَ تَابِعَي ، وَنذرَ خَيْرَةَ الصّحابَةِ ؟!
Apakah kita mengikuti sunnah  terakhir ini pada hal dia tabiin  dan kita tinggalkan para sahabat terbaik?!

ثُمَّ لماذا لَمْ يُطَبِّقْ الصَّحَابَةُ هَذَا الْحَديثَ بَيْنَهُمْ  ؟
Lalu mengapa para  sahabat  tidak menerapkan hadis ini  di antara mereka
وَكَمْ مِنْ أَمْرٍ خَالَفَ فِيه بَعْضُ الصَّحَابَةِ مَا وَرَدَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ. وَكَلِمَةُ اِبْنِ عباسِ مَشْهُورَةٌ : تُوشِكُ أَنْ تُنْزَلُ عَلَيكُمْ حِجارَةٌ مِنَ السَّمَاءِ... أَقُوْلُ قَالِ رَسُولُ اللهِ ( صَلَّى اللَّهُ عَلَيه وَسَلَّمَ ) وَتَقُولُونَ قَالِ أَبُو بَكَرَ وَعُمَرُ ؟!

Banyak persoalan dimana sebagian sahabat bertentangan  dengan khulafaur rasyidin
Kata Ibnu Abbas yang terkenal “ : akan turun atasmu batu dari langit... Aku berkata: Rasulullah (saw)  bersabda dan Anda mengatakan, Abu Bakar dan Umar?


ثُمَّ هَذَا اِبْنُ عُمَرَ ( رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ) يُخَالِفُ أَبَا بَكَرَ وَعُمَرَ ( رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ) فِي نَفْسِ الْقَضِيَّةِ ( مُتْعَةِ الْحَجِّ ) وَيُفْتِي بِعَكْسِ مَا جَاءَ عَنْهُمَا !
Maka ini Ibnu Umar (semoga Allah meridhai mereka), bertentangan dengan Abu Bakar dan Umar (semoga Allah meridhai mereka) dalam kasus yang sama ( haji tamattu` ) Dan  Ibnu Umar memberikan fatwa yang  bertentangan dengan mereka

Komentarku ( Mahrus ali): 

أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ  ( 4 / 126 )، وَاِبْنُ مَاجَه ( 43 )، واْلآجُرِي فِي الشَّرِيعَةِ ص47 ، وَالطَّبْرَانِي  فِي مُسْنَدِ الشَّامِيِّينَ ( 619 )، وَأَبُوعَوَانَةَ فِي الْمُسْتَخْرَجِ عَلَى  مُسْلِمٍ  ( 1 / 36 )، والحاكمُ ( 1 / 96 )، مِنْ طُرُقٍ عَنْ عَبْدِ  الرَّحْمَنِ   بْنِ  مَهْدِيٍّ وَغَيْرِه ، عَنْ معاوية  بْنِ  صَالِحِ ، عَنْ ضَمْرَةَ  بْنِ  حَبيبٍ.
Diriwayatkan oleh Ahmad (4/126), Ibnu Majah (43), dan Aajurri dalam kitab Syariah  hal 47 dan Tabrani dalam Musnad  Syamiyin  (619), dan Abuawana di al mustahraj ala Muslim (1/36), dan Al Hakim (1/96), dari beberapa jalur dari Abdul Rahman Mehdi dan lain-lain, dari  Muawiyah, dari  Dhamra bin Habib.


بأَخْرَجَهُ  أَحْمَدُ  ( 4 / 126 )، وَالدَّارِمِي  ( 96 )،   وَالتِّرْمِذِي   ( 2676 )، وَالطَّبْرَانِي  فِي مُسْنَدِ الشَّامِيِّينَ ( 617 )، وَأَبُو ِ عَوَانَةَ  فِي مُسْتَخْرَجِهِ  عَلَى  مُسْلِمٍ  ( 1 / 35 )، وَاِبْنُ عَبْدِ الْبَرِّ فِي جَامِعِ بَيَانِ الْعِلْمِ ( 2 / 181 )،
B Riwayat Ahmad (4/126), Darimi (96), al-Tirmidzi (2676), Tabrani dalam Musnad Al Syamiyin (617),  Abu Awana  dlm kitab mustakhraj ala muslim (1/35), dan Ibnu Abdil Barr dlm kitab jami I bayan al ilm (2 / 181),
وَالطَّحَاوِي فِي الْمُشْكِلِ ( 2 / 69 )، مُخْتَصَرًا ، وَالْحَاكِمُ ( 1 / 95_96 )، وَأَبُو  نُعَيْمٍ  فِي الْحِليَةِ ( 5 / 220 )، وَاِبْنُ عَبْدِ الْبَرِّ فِي جَامِعِ بَيَانِ الْعِلْمِ ( 2 / 182 )، وَاْلبَغَوِي فِي شَرْحِ السُّنَّةِ ( 102 )، وَفِي تَفْسِيرِهِ  ( 2 / 145 ). مِنْ طُرُقٍ
dan Tahhaawi dalam kitab Musk,il  (2/69), secara singkat, dan Hakim (1 / 95_96), dan Abu  Nuaim  di  al hilyah  (5/220), Ibnu Abdil Barr di  Jami` bayanil ilmi  (2/182),
Baghawi dalam  Syarhis sunnah  (102 ), dan dalam Tafsir-nya (2/145).dari berbagai  jalur periwayatan.
وَأَخْرَجَهُ  أَحْمَدُ  ( 4 / 126 )، وَاِبْنُ أَبِي عَاصِمٍ فِي السُّنَّةِ (  رَقْمُ  32 )، وَأَبُو دَاوُدَ ( 4607 )، وَالآجُرِي فِي الشَّرِيعَةِ ص ( 46 )،

Di riwayatkan juga  oleh Ahmad (4/126), Ibnu Abi Asim dalam kitab sunnah (No. 32), dan Abu Dawud (4607), dan Aajurri dalam kitab Syariat  (46),
وَاِبْنُ  حِبَّانَ  فِي صَحِيحِهِ  رَقْمُ ( 5 ) وَتَمامٌ فِي فَوَائِدِهِ  ( 355 )، وَأَبُو   نُعَيْمٍ  فِي الْحِلْيَةِ ( 10 / 115 )، وَاِبْنُ عَبْدِ الْبَرِّ فِي جَامِعِ بَيَانِ الْعِلْمِ ( 2 / 182 )،
dan Ibnu Haban dalam kitab sahihnya  (5) dan Tamam  dalam kitab fawaidnya (355), dan Abu  Nuaim  di kitab al Hilyah  (10/115), Ibnu Abdil Barr di  Jami` bayanil ilmi  (2/182),
وَالْحاكِمُ ( 1 / 97 ) وَاِبْنُ عَبْدِ الْبَرِّ فِي التَّمْهِيْدِ ( 21 / 279 ). مِنْ طُرُقٍ عَنِ الْوَلِيدِ  بْنِ   مُسْلِمٍ.
وَأَخْرَجَهُ اِبْنُ مَاجَه ( 44 ) عَنْ   يَحْيَى    بْنِ  حَكِيمٍ ، قَالَ  حَدَّثَنَا  عَبْدُ الْمَلِكِ  بْنِ  الصَّبَّاحِ الْمَسْمَعِيِ.
Dan  Hakim  (1/97) dan Ibnu Abdil Barr dalam kitab Tamhid (21/279). Dari beberapa jalur dari  Walid bin Muslim.
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah  (44) dari Yahya bin Hakim, katanya Bercerita kepada kami Abdul Malik bin  Shobbah  al mas`ma`i
وَأَخْرَجَهُ أَبُو ِ عَوَانَةَ  فِي مُسْتَخْرَجِهِ  عَلَى  مُسْلِمٍ  ( 1 / 35 )، وَاِبْنُ الْبُخَارِيِّ فِي مَشَيَخَتِهِ  ( 1 / 136 ), عَنْ عِيْسَى  بْنِ  يُوْنُسَ.
Dan diriwayatkan  oleh Abu Awana dalam kitab Mastakhroj ala muslim (1/35), dan Ibn Al-Bukhari dalam Massa yakhotihi  (1/136), dari Isa bin Yunus.

أَرُبُعَتُهُمْ ( أَبُو عَاصِمٍ وَالْوَلِيدُ  بْنُ   مُسْلِمٍ  وَعَبْدُ الْمَلِكِ وَعِيْسَى ) عَنْ ثَوْرٍ  بْنِ  يَزِيدَ

Semua empat itu  (Abu Asim dan Walid bin Abdul Malik dan Muslim dan Isa) dari  Tsor bin Yazid. _
. _ وَأَخْرَجَهُ التِّرْمِذِي ( 2676 )؛ قَالَ :   حَدَّثَنَا    عَلِي   بْنُ   حُجْرٍ. وَأَخْرَجَهُ اِبْنُ أَبِي عَاصِمَ فِي كِتَابِ السُّنَّةِ ( 27 ) مُخْتَصَرَا ؛ قَالَ :   حَدَّثَنَا   عَمْرُو  بْنُ  عثمان. كِلَاهُمَا : عَمْرُو وَ عَلِي  ، قَالاَ حَدَّثَنَا  بَقِيَّةٌ  بْنُ  الْوَلِيدِ ، عَنْ بُجَيْرٍ  بْنِ  سَعْدٍ.
Dan diriwayatkan  oleh al-Tirmidzi (2676); berkata: Dikisahkan oleh Ali bin Hajar. Dan diriwayatkan oleh Ibnu Abi Asim dalam kitab sunnah (27) secara singkat; lalu berkata : Bercerita kepada kami  : ‘Amr bin’ Utsman. Keduanya  Amr dan Ali, berkata; Bercerita kepada kami  Baqiyah  Ibn al-Walid, dari Bujair  bin Saad.

وَأَخْرَجَهُ الطَّحَاوِي فِي الْمُشْكِلِ ( 1 / 69 )، وَالْحاكِمُ ( 1 / 96 )، مِنْ طَرِيقَيْنِ عَنِ اللَّيْثِ  بْنِ  سَعْدٍ ؛ قَالَ :  حَدَّثَنِي  يَزِيدُ  بْنُ  الْهَادِ عَنْ مُحَمَّدٍ  بْنِ  إِبْرَاهِيْمَ  بْنِ  الْحارِثِ.
ثَلاثَتُهُمْ L ثَوْرٌ  بْنُ  يَزِيدَ وَبُجَيْرٌ وَمُحَمَّدٌ  بْنُ  إِبْرَاهِيْمَ ) عَنْ خَالِدِ  بْنِ  مَعْدَانِ.
Dan diriwayatkan oleh Tahawi dalam al Musykil  (1/69), dan  Hakim  (1/96), dari dua rute / jalur dari  al-Laits bin Sa’ad, berkata: Bercerita kepadaku  Yazid bin  AL Had  dari  Muhammad bin Ibrahim bin al-Harits.
Tiga dari mereka: (Tsur  bin Yazid  dan Bujaer dan Muhammad bin Ibrahim) dari  Ma’daan bin Khaled.


ج وَأَخْرَجَهُ الطَّبْرَاني فِي مُسْنَدِ الشَّامِيِّينَ ( 1379 )، مِنْ طَرِيقِ بَقِيَّةَ عَنْ سُلَيْمَانَ  بْنِ  سُلَيمٍ ، قَالَ  حَدَّثَنَا    يَحْيَى    بْنُ  جَابِرِ.
د وَأَخْرَجَهُ الطَّحَاوِي فِي الْمُشْكِلِ ( 2 / 69 ) قَالَ  حَدَّثَنَا  أَبُو اُمَيَّةَ ، قَالَ : ثَنَا عَمْرُو  بْنُ  يُونُسَ اْليَامِي ثِنَا عِكْرِمَةُ  بْنُ  عَمَّارٍ ثَنَا عَوْفٌ اْلأَعْرَابِي.
C dan diriwayatkan oleh Tabrani dalam Musnad Al Syamyin (1379),  dari jalur Baqiyah  dari Suleiman Bin Sulaim,lalu berkata : Bercerita kepada kami Yahya bin Jabir
D Di riwayatkan  oleh Tahawi dalam  Musykil (2/69) Diriwayatkan Abu Umayyah  lalu berkata : Bercerita kepada kami Amr bin Yunus  al Yami, Bercerita kepada kami  Ikrimah ben Ammar  lalu berkata : Bercerita kepada kami Auf  al a`rabi.


أَرْبعَتُهُمْ L ضَمْرَةُ  بْنُ  حَبِيْبٍ وَخَالِدٌ  بْنُ  مَعْدَانِ وَ  يَحْيَى    بْنُ  جَابِرِ وَعَوْفٌ اْلأَعْرَابِي ) عَنْ عَبْدِ  الرَّحْمَنِ   بْنِ  عَمْرُو السُّلَّمِيِ قَالَ :   يَحْيَى   : ثَنِي عَبْدُ  الرَّحْمَنِ  ، وَقَالَ الْوَلِيدُ فِي حَديثِهِ  : عَنْ عَبْدِ  الرَّحْمَنِ  وَ حُجْرٍ   بْنِ   حُجْرٍ  مُصَرِّحاً بِالسَّمَاعِ.
Keempat mereka: (Dhamra bin Habib , Khalid bin Ma’daan , Yahya bin Jabir dan Auf al a`rabi ) dari Abdul-Rahman bin ‘Amr assulami. Yahya berkata: Abd Rahman berkata kepadaku. Alwalid mengatakan dalam hadisnya  dari  Abd Al-Rahman dan Hajar bin Hajar  dengan menyatakan mendengarkan.

Komentarku ( Mahrus ali ):

Jadi hadis “ Perintah mengikuti tuntunan Nabi SAW dan Khulafaur rasyidin “ ternyata tidak dikenal di kalangan sahabat. Tiada  sahabat yang berpedoman kepada hadis tsb. Bahkan ummahatul mukminin ( istri – istri Rasulullah SAW ) tidak tahu hadis tsb. Di masa khulafaur rasyidin hanya Irbadh bin Sariyah yang mengetahui hadis tsb, dan tidak di sampaikan kepada sahabat yang lain.Di simpan di dadanya, apakah boleh menyimpan ilmu penting ini. Apakah tidak tergolong ayat ini:
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ الْكِتَابِ وَيَشْتَرُونَ بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا أُولَئِكَ مَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ إِلَّا النَّارَ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih.[1]


 Jadi dia seorang diri bukan dua orang yang tahu tentang hadis itu.

    Dua orang yang meriwayatkan dari Al Irbadh bin Sariyah adalah Hujr bin Hujr dan Abd Rahman bin Amar assaulami.
Identitasnya sbb:
  حُجْرٌ  بْنُ  حُجْرٍ  اْلكِلاَعِى الْحِمْصِى
الطَّبْقَةُ : 3  : مِنَ اْلوُسْطَى مِنَ التَّابِعِيْن
رَوَى لَهُ : د
مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ ابْنِ حَجَرَ : مَقْبُوْلٌ
مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ الذَّهَبِـي : لَمْ يَذْكُرْهَ
Hujr bin Hujr Al Kila`I al Himshi :
Tingkatan: 3 termasuk pertengahan dari Tabiin
Hanya Abu dawud yang meriwayatkannya ( dari kalangan penyusun kutubut tis`ah )
Peringkatnya menurut Ibn Hajar: Perawi yang di terima.
Peringkatnta menurut menurut Dzahabi: Beliau tidak menyebutnya. ( Tidak mengenalnya ). Mausuah  ruwat al hadis 1143
ا
1143
وَ قَالَ ابْنُ الْقَطَّانِ : لاَ يُعْرَفُ. اهـ
وَخَالَفَ ابْنُ الْقَطَّانِ فَقَالَ فِي «كِتَابِهِ» حُجْرٌ بْنُ حُجْرٍ لَاَ يُعْرَفُ ، وَلَا أَعْرِفُ أَحَدًا ذَكَرَهُ [ فَأَمَّا ] عَبْدُ الرَّحْمَن بْنُ عَمْرو السُّلَمِيّ [ فَالرَّجُلُ ] مَجْهُولُ الْحَال ، والْحَدِيْثُ مِنْ أَجلِهِ لَاَ يَصِحُّ.
Ibn Qatthan menyatakan : Hujr bin Hujr tidak dikenal.
Ibn Al qattan berbeda pendapat, lalu berkata  dalam kitabnya : Hjujr bin Hujr  tidak dikenal, dan aku tidak mengetahui seseorang menyebutnya. Adapun Abd Rahman bin Amar assualmi, maka dia tidak diketahui identitasnya. Jadi karena itu, hadis tsb tidak sahih.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Ada kejanggalan dalam  redaksi  hadis, di samping simpang siur antara  satu riwayat dengan riwayat yang lain sebagaimana di terangkan di atas.
Bila hadis itu sahih, maka rakyat kaum muslimin saat itu tidak akan melakukan demo besar – besaran kepada Usman bin Affan. Karena Usman termasuk Khulafaur rasyidin dan sunnahnya bisa diikuti.
Begitu juga, mereka akan taat langsung kepada Ali bin Abi Thalib karena adanya hadis itu. Tapi mengapa  malah Aisyah dan sahabat yang lain memerangi  kelompok  Ali bin Abu Thalib.
Bila dipikir dengan sungguh, kita tidak menjumpai mana teks pidato Rasulullah SAW yang membikin mata meneteskan air mata itu. Sampai sekarang belum di ketemukan oleh para ulama  apalagi saya. Mestinya hadis  tsb banyak yang meriwayatkannya  bukan satu orang gitu. Sebab menerangkan ceramah Rasulullah SAW yang sangat penting sampai banyak  sahabat yang meneteskan air mata. Tapi realitanya  mereka tidak menjelaskan hadis  itu hanya Al irbadh bin Sariyah bukan lainnya. Bila  Rasul berceramah  spt itu mesti banyak sahabat yang menjelaskannya dan Aisyah  tidak akan memerangi Ali bin Abi Thalib.  
Kepada kholifah kita diperintahkan taat, sebagaimana ayat:
يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اَطِيْعُوْا اللهَ وَاَطِيْعُوْا الرَّسُوْلَ وَاُوْلِى اْلاَمْرِ مِنْكُمْ.

      ”Wahai orang-orang yang beriman!  Taatilah Allah,  taatilah Rasul(Nya) dan ulilamri antara kamu”. An-Nisa, 4-59.


Ali Abdurrahman Al-Hudzaifi dan Syaikh Muhammad Ayyub


Ada buku karya dua doktor :
دِرَاسَةٌ نَقْدِيَّةٌ
فِي حَدِيْثِ اْلعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ
«
وَعَظَنَا رَسُولُ اللهِ...»
د. مُحَمَّدُ سَعِيدِ حَوَى
د. عَبْدُ عِيْدِ الرُّعُوْدِ
جَامِعَةُ مُؤْتَةَ كُلِّيَّةِ الشَّرِيعَةِ
قِسْمُ أُصُوْلِ الدِّينِ

  Sebuah Studi Kritis   tentang sebuah hadis Al Irbadh bin Sariyah
 ( Rasulullah SAW memberikan ceramah kepada kami )

DR. Mohammed Said Hawa
DR. Abd Iidur ru`ud
Universitas Mu`tah – Fak Syariah

Bagian Ushuliddin
مُلَخَّصُ
يُثِيرُ حَديثُ العِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ « وَعَظَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيه وَسَلْمَ مَوْعِظَةً بَليغَةً ذَرَّفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ...» تَسَاؤُلَاتِ كَثِيرَةٍ مِنْهَا :
أَيْنَ هِي هَذِهِ الْمَوْعِظَةُ ؟
Rringkasan
Hadis Al Irbadh bin Sariyah ra ( Rasulullah SAW memberikan ceramah yang sangat berpengaruh, mata –mata sampai meneteskan air mata ) menimbulkan banyak pertanyaan
Dimana ceramah ini ? ( Isi ceramah ini dimana )


ولماذا لَمْ تُحْفَظْ لَنَا مَعَ أَهَمِّيَتِهَا ؟
وَكَيْفَ يُوصِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيه وَسَلْمَ بِاِتِّبَاعِ السُّنَّةِ ؛ وَلَا يُوصِي بِاِتِّبَاعِ الْقُرْآنِ فِي هَذَا النَّصِّ ؟
Mengapa isi ceramah itu tidak terpelihara, pada hal sangat penting
Dan bagaimana Rasulullah SAW menganjurkan untuk mengikuti sunnah; dan tidak dianjurkan untuk mengikuti Al-Quran dalam teks ini?


وَمَنْ هُمْ الْخُلَفَاءُ الرَّاشِدُونَ ؟
وَمَا مَعْنًى  بِاِتِّبَاعِ سُنَّتِهِمْ ؟
وَهَلْ كُلُّ فَقَرَاتِ الْحَديثِ ثَابِتَةٌ ؟
Dan siapa khulafaur rasyidin ? ?
Apa artinya untuk mengikuti  sunnah  mereka?
Apakah semua poin dalam hadis itu sahih?


وَهَلْ الْحَدِيْثُ نَفْسُه صَحِيحٌ ؟
تِلْكُمْ تَسَاؤُلَاتٌ نُوَاجِهُهَا مِنْ بَعْضِ طَلَبَةٍ الْعِلْمِ ، وَتَكَلَّمَ حَوْلَهَا بَعْضُ عُلَمَاءِ سَابِقُونَ ، مِمَّا اِقْتَضَى دِرَاسَةً شَامِلَةً لِلْحَدِيْثِ ، مُحَاوَلَةٌ للإِجَابَةِ عَنْهَا.
Apakah hadis itu sahih?
Itulah Pertanyaan2  yang kita hadapi  dari beberapa siswa, dan berbicara beberapa ilmuwan dulu tentang hal itu,Ini diperlukan suatu studi komprehensif untuk hadis tsb, sebagai upaya  untuk menjawabnya.
Kalimat saya yang terahir adalah seorang  kholifah tidak diperkenankan membuat ajaran baru atau sunnah baru. Ini hal yang perlu di perhatikan, tidak boleh diabaikan. Ajaran itu milik Allah bukan milik Kholifah atau imam Madzhab atau kiyai. Lihat ayat sbb:
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللهُ وَلَوْلاَ كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيم
Apakah mereka mempunyai  sekutu – sekutu selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih.  Syura 21

Masih bersambung…………….. dan pertanyaan yang lain masih antri dan insya  Allah  saya  jawab  dengan tertib dan urut, siapa yang dulu bertanya ,  di jawab  dulu.


Mau nanya hubungi kami:
088803080803( Smartfren). 081935056529 (XL )  https://www.facebook.com/mahrusali.ali.50






[1] Al Baqarah 174
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan