Kamis, Desember 04, 2014

Jawabanku ke 26 tentang Ayam haram dan kelemahan hadis amal perbuatan terserah niatnya

ابو خنساء menulis lagi : ada lg riwayat yg dilemahkan oleh Ustadz Mahrus yakni atsar Ibnu Umar yg mengisolasi ayam karena aspek jalalahnya

:
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﻗﺎﻝ : ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻭﻛﻴﻊ ﻋﻦ ﺳﻔﻴﺎﻥ ﻋﻦ ﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ ﻣﻴﻤﻮﻥ ﻋﻦ ﻧﺎﻓﻊ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﻤﺮ : ﺃﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﻳﺤﺒﺲ ﺍﻟﺪﺟﺎﺟﺔ ﺍﻟﺠﻼﻟﺔ ﺛﻼﺛﺎ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr : Telah menceritakan kepada kami Wakii’, dari Sufyaan, dari ‘Amru bin Maimuun, dari Naafi', dari Ibnu ‘Umar : Bahwasannya ia mengurung ayam yang sering memakan kotoran selama tiga hari (sebelum disembelih)” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, atsar ini dishahihkan sejumlah Ulama diantaranya pensyarah shahih Bukhari Syaikhul Islam Ibnu Hajar Al Asqalani, penulis tuhfatul ahwadziy yakni Syaikh Muhammad bin Abdurrahman Al Mubarakfuriy, jg dihasankan Syaikh Albani) aspek kelemahannya adl Sufyan Ats Tsauri yg katanya mudallis. sbgmn diketahui beliau byk menolak perawi mudallis, bahkan yg dimasukkan dlm thabaqah pertama oleh Ibnu Hajar semisal Yahya bin Sa'Id (dlm pembahasan hadits innamal a'malu binniyat), dmn thabaqah yg pertama itu adl thabaqah perawi yg sangat jarang melakukan tadlis, shg rwayatnya oleh para muhadditsin(spt Imam Bukhari misalnya) diterima. nah dimanakah posisi Sufyan Ats Tsauri dst?

Komentarku ( Mahrus  ali ):
Untuk atsar Ibnu Umar mengurung Ayam bila ingin memakannya , maka harus  kita bahas asal usulnya, tidak boleh kita biarkan, lalu membikin keraguan orang orang yang sudah yakin. Kita harus mengkajinya  untuk menyakinkan kepada orang yang  ragu – ragu.  Atsarnya  sbb:


7 مصنف عبد الرزاق - (ج 4 / ص 522)
8717 - عبد الرزاق عن عبد الله عن نافع عن ابن عمر أنه كان يحبس الدجاجة ثلاثة إذا أراد أن يأكل بيضها.
8717……,  Abd Razzaq  meriwayatkan  dari  Abdullah  dari Nafi`  dari Ibnu Umar , sesungguhnya  beliau mengurung  Ayam  tiga hari, bila ingin makan telornya.   Sahih ,Musahnnaf Abd razzaq 522/4


مصنف ابن أبي شيبة - (ج 5 / ص 576)
(7) حدثنا أبو بكر قال حدثنا وكيع عن سفيان عن عمرو بن ميمون عن نافع عن ابن عمر أنه كان يحبس الدجاجة الجلالة ثلاثا

bercerita kepada kami Au bakar, lalu berkata : bercerita kepada kami Waki`  dari Sofyan dari Amar bin Maimun  dari Nafi` dari Ibnu Umar , bahwa beliau mengurung  Ayam yang suka makan kotoran  tiga hari.  Sahih
Komentarku ( Mahrus  ali ):
Dalam atsar ini ada tambahan " yang suka makan kotoran "  di saat  di atsar  yang pertama  tadi tidak ada kalimat itu.
Ada juga pengurangan yaitu kalimat " bila ingin makan telornya"  Dan kalimat ini  tidak ada di atsar yang pertama.
Muhammad  Abd rahman bin Abd Rahim Al Mubarakfuri , lahir 1283 H.  Wafat 1353 H.berkata: dalam kitab  Tuhfatul ahwadzi 32/5
تحفة الأحوذي - (ج 5 / ص 32)
وَقَدْ أَخْرَجَ اِبْنُ أَبِي شَيْبَةَ بِسَنَدٍ صَحِيحٍ عَنْ اِبْنِ عُمَرَ أَنَّهُ كَانَ يَحْبِسُ الدَّجَاجَةَ الْجَلَّالَةَ ثَلَاثًا
Sungguh  Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dengan sanad yang sahih  dari Ibnu Umar , sesungguhnya beliau mengurung Ayam yang suka makan najis  tiga hari.

روضة المحدثين - (ج 5 / ص 220)
 فتح الباري 648/9 )
** إسناده صحيح
Pentashihan  itu juga didukung  oleh Ibn Hajar dalam kitab Fathul  bari dengan mengatakan : Sanadnya sahih.
Komentarku ( Mahrus  ali ):
Atsar yang sanadnya sahih, ada kemungkinan masih dikatakan lemah karena redaksinya yang kacau belau antara dua atsar yang sanadnya  sahih tsb.  Masak atsar yang kacau belau artinya masih diterima dan tidak ditolak , lalu digunakan untuk menghalalkan Ayam. Ini kekeliruan yang tidak boleh terulang lagi, bukan kebenaran yang  harus  dilakukan berkali – kali.
 Penilaian sahih itu dari kedua  ulama  itu hanya dari segi  sanadnya. Makanya keduanya  hanya mengatakan sanadnya sahih. Mereka tidak menyatakan  atsar tsb sahih.
Sebab kesahihan atsar itu tidak hanya dilihat dari segi sanad belaka, tapi redaksi atsar harus diperhitungkan juga.
Kita kembali kepada pakem ilmu  musthalah hadis  sbb:
وَذُو اخْتِلاَفِ سَنَدٍ أَوْ مَتْنٍ    مُضْطَرِبٌ عِنْدَ أُهَيْلِ اْلفَنِ
      Kekacauan sanad atau redaksi termasuk mudhtharib menurut ahli mustholah hadis.

 Jadi atsar Ibnu Umar itu harus di tolak untuk menghurmati ilmu dan tidak boleh diterima dengan kebodohan. Ia tidak boleh  di buat landasan untuk menghalalkan Ayam,Bebek dan Burung Dara.   tapi anggap saja  atsar itu tidak ada biar tidak membingungkan. Yakinilah bahwa hewan yang bercakar adalah larangan yang berlaku sampai hari kiamat dan tidak boleh dihalalkan pada akhir zaman.
Dan ia hanya sekedar perbuatan Ibnu Umar yang tidak didukung oleh para sahabat. Bahkan  mereka  tidak pernah makan Ayam. Kita ikuti saja mereka yang termasuk generasi salaf terbaik, bukan masarakat sekarang yang banyak kekeliruan dan kejelekannya.  
Selain itu ada cacat lagi yaitu tafarrudnya Nafi` sebagaimana  masalah tafarrud ini telah kita bahas bersama  dalam jawaban yang lalu . Kita kutipkan sedikit dari padanya:
ذهب الخليلي إلى أن الحديث الذي تفرد به الثقة: "يتوقف فيه، ولا يحتج به".4
Al khalili menyatakan bahwa hadis  yang hanya seorang perawi  terpercaya yang meriwayatkannya di tahan dulu ( di inventarisir atau masih bimbang ) dan tidak boleh di buat hujjah  .
- الخليلي؛ الإرشاد: 176-177.
Lihat al Irsyad karya al Khalili  176 – 177.

الكامل فى ضعفاء الرجال
رقم الحديث: 6616 
(حديث مرفوع) حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ الْمُوصِلِيُّ ، ثنا مَسْعُودُ بْنُ جُوَيْرِيَّةَ ، ثنا عُمَرُ بْنُ أَيُّوبَ ، عَنْ غَالِبٍ ، عَنْ نَافِعٍ ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ : أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْكُلَ دَجَاجَةً أَمَرَ بِهَا فَرَبَطَتْ أَيَّامًا ثُمَّ يَأْكُلُهَا بَعْدَ ذَلِكَ "
……………..,  dari Ghalib  dari Nafi`  dari Ibnu Umar :  Sesungguhnya  Rasul SAW bila mau makan Ayam , maka diperintahkan agar di ikat beberapa hari lalu di makannya  setelah itu.   6616  dalam kitab al kamil  fi dhu`afa`  al rijal

Komentarku ( Mahrus  ali ):
Cacatnya hadis tsb karena sanadnya yang lemah yaitu ada perawi bernama  Ghalib . Dia adalah bernama  Ghalib bin Ubaidillah al jazri .
غالب بن عبيد الله الجزري
وقال يحيى بن معين ليس بثقة وقال الدارقطني وغيره متروك
Yahya bin Ma`in berkata : Dia  tidak tsiqah – tidak dipercaya
Daraquthni dan lainnya berkata: Dia telah ditinggalkan ulama.

Komentarku ( Mahrus  ali ):
Biasanya  hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang ditinggalkan oleh ulama adalah palsu.


Untuk hadis amal perbuatan terserah niatnya, boleh baca  lagi disini:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَقَّاصٍ عَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
2.46/52. Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Yahya bin Sa'id dari Muhammad bin Ibrahim dari Alqamah bin Waqash dari Umar, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan.. HR Bukhari Muttafaq alaih

الْمُسْنَدُ الْجَامِعُ - (جَ 14 / صَ 52)
أَخْرَجَهُ الْحُمَيْدِيُّ (28) قَالَ : حَدَّثَنَا سُفْيَانُ . وَ"أَحْمَدُ"1/25(168) قَالَ : حَدَّثَنَا سُفْيَانُ . وَفِي  1/43(300) قَالَ : حَدَّثَنَا يَزِيْدُ .
Dalam Al musnadul jami` - (Juz 14 / hal 52) ada keterangan sbb :
Hadis tsb diriwayatkan oleh Al-Humaidi (28) lalu mengatakan: Bercerita kepada  kami Sufian. Dan "Ahmad" 1 / 25 (168) berkata: Bercerita kepada  kami Sufian. Dalam 1 / 43 (300) beliau berkata: Bercerita kepada  kami Yazid .

وَ"الْبُخَارِيُّ"1/2(1) قَالَ : حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ ، عَبْدِ الْلَّهِ بْنِ الْزُّبَيْرِ ، قَالَ : حَدَّثَنَا سُفْيَانُ . وَفِي  1/21(54) قَالَ : حَدَّثَنَا عَبْدُ الْلَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ ، قَالَ : أَخْبَرَنَا مَالِكٌ . وَفِي  3/190(2529) قَالَ : حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيْرٍ ، عَنْ سُفْيَانَ . وَفِي  5/72(3898) قَالَ : حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ ، هُوَ ابْنُ زَيْدٍ
Dan "Bukhari" 1 / 2 (1) berkata: Bercerita kepada  kami Humaidi, Abdallah ibn al-Zubair, mengatakan: Bercerita kepada  kami Sufian. Dalam 1 / 21 (54) Bukhari mengatakan: Bercerita kepada  kami Abdullah bin Maslamah lalu berkata: Bercerita kepada  kami Malik. Dalam 3 / 190 (2529) Bukhari  berkata:  Bercerita kepada kami Muhammad bin Katsir, dari Sufyan. Dalam 5 / 72 (3898) beliau mengatakan: Bercerita pada kami Musaddad, lalu berkata : Bercerita  kepada kami Hammad - anak  Zaid.
. وَفِي  7/4(5070) قَالَ : حَدَّثَنَا يَحْيَى  بْنُ قَزَعَةَ ، حَدَّثَنَا مَالِكُ . وَفِي  8/175(6689) قَالَ : حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ . وَفِي  9/29(6953) قَالَ : حَدَّثَنَا أَبُوْ الْنُّعْمَانِ ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ
 Dan dalam 7/4/5070 , Bukhari berkata : Bercerita kepada kami  Yahya bin Qaza`ah , lalu berkata : Bercerita  kepada kami  Malik . Dan dalam 8/170 ( 6689 )beliau mengatakan: Bercerita kepada kami Qutaybah bin Said, lalu berkata : Bercerita  kepada kami  Abdul Wahab. Dalam 9 / 29 (6953) beliau mengatakan: Bercerita kepada kami Abu al-Nu'man, lalu berkata : Bercerita  kepada kami Hammad bin Zaid
. وَ"مُسْلِمٍ"6/48(4962) قَالَ : حَدَّثَنَا عَبْدُ الْلَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ بْنِ قَعْنَبٍ ، حَدَّثَنَا مَالِكُ . وَفِي  (4963) قَالَ : حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رُمْحٍ ابْنُ الْمُهَاجِرِ ، أَخْبَرَنَا الْلَّيْثُ (حَ) وَحَدَّثَنَا أَبُوْ الرَّبِيْعِ الْعَتَكِيُّ ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ (حَ) وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ ابْنُ الْمُثَنَّىْ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ ، يَعْنِيْ الْثَّقَفِيُّ
. Dan "Muslim" 6 / 48 (4962): berkata : Bercerita kepada kami Abdullah bin Maslamah  bin Qo`nab, lalu berkata : Bercerita  kepada kami Malik  . Pada (4963) Muslim mengatakan: Bercerita kepada kami  Muhammad bin Rumhin bin Al Muhajir , lalu Bercerita kepada kami Laits (Pindah sanad )  dan mengatakan kepada kami Abu Rabi` Al ataki, lalu mengatakan kepada kami Hammad bin Zaid (Pindah sanad ) 
Bercerita kepada kami Muhammad Ibnu Mutsanna, lalu mengatakan kepada kami Abdul -Wahab, berarti Tsaqafi (Pindah sanad )
(حَ) وَحَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ ، أَخْبَرَنَا أَبُوْ خَالِدٍ الْأَحْمَرُ ، سُلَيْمَانُ بْنُ حَيَّانَ (حَ) وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْلَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ ، حَدَّثَنَا حَفْصُ ، يَعْنِيْ ابْنَ غِيَاثٍ ، وَيَزِيْدُ بْنُ هَارُوْنَ
dan mengatakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim, lalu memberitahukan kepada kami Abu Khalid Al ahmar , Sulaiman bin Hayyan (Pindah sanad )  dan menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair, lalu berkata : Bercerita  kepada kami  Hafsh, maksudku, Ibnu Ghias, dan Yazid bin Harun
(حَ) وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلاَءِ الْهَمْدَانِيُّ ، حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ (حَ) وَحَدَّثَنَا ابْنُ أَبِيْ عُمَرَ ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ . وَ"أَبُوْ دَاوُدَ"2201 قَالَ : حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيْرٍ ، أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ .
(Pindah sanad ) Bercerita kepada kami  Muhammad Al ala`  al-Hamdani, lalu berkata : Bercerita  kepada kami Ibnul Mubarak  (Pindah sanad )  Bercerita kepada kami Ibnu Abu Umar,  lalu berkata : Bercerita  kepada kami  Sufian . Dan "Abu Dawud" 2201 berkata: Bercerita  kepada kami Muhammad bin Katsir , lalu berkata : Bercerita  kepada kami Sufyan .
وَ"ابْنُ مَاجَةَ"4227 قَالَ : حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ أَبِيْ شَيْبَةَ ، حَدَّثَنَا يَزِيْدُ بْنُ هَارُوْنَ (حَ) وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رُمْحٍ ، أَنْبَأَنَا الْلَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ . وَ"الْتِّرْمِذِيُّ"1647 قَالَ : حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّىْ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الْثَّقَفِيُّ .
Dan "Ibnu Majah," berkata 4227: Bercerita kepada kami Abu Bakar bin Abi Shaybah, lalu mengatakan kepada kami Yazod anak Harun (Pindah sanad )  Bercerita kepada kami  Muhammad bin Rumhin, memberitahu kepada kami Al-Laits bin Saad. Dan "al-Tirmidzi," berkata 1647: Bercerita kepada kami Mutsanna , lalu berkata : Bercerita  kepada kami  Abd Wahhab ats tsaqafi

وَ"الْنَّسَائِيُّ"1/58 ، وَفِي  "الكُبْرَى "78 قَالَ : أَخْبَرَنَا يَحْيَى  بْنُ حَبِيْبِ بْنِ عَرَبِيٍّ ، عَنْ حَمَّادِ (حَ) وَأَخْبَرَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ مَنْصُوْرٍ ، قَالَ : أَنْبَأَنَا عَبْدُ الْلَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ . وَفِي  1/58 وَ6/158 ،
Dan "Nasa`I " 1 / 58, dan dalam " Sunan al kubro " 78 beliau  berkata : Bercerita kepada kami Yahya bin Habib bin Arabi, dari Hammad (Pindah sanad )  dan  Sulaiman bin Mansour mengatakan kepada kami, katanya, mengatakan kepada kami Abdullah bin Al-Mubarak. Dalam 1 / 58 dan 6 / 158,
 وَفِي  "الكُبْرَى "5601 قَالَ : الْحَارِثُ بْنُ مِسْكِيْنٍ ، قِرَاءَةً عَلَيْهِ وَأَنَا أَسْمَعُ ، عَنْ ابْنِ الْقَاسِمِ ، قَالَ : أَخْبَرَنِيْ مَالِكٌ . وَفِي  6/158 ، وَفِي  "الكُبْرَى "5601 قَالَ : أَخْبَرَنَا عَمْرُوْ بْنُ مَنْصُوْرٍ ،
dan dalam “ Sunan kubro “  5601Nasai berkata : Al-Harits bin Miskin, membacanya dan  saya mendengar, dari anak Qasim yang  mengatakan: Bercerita kepada kami Malik . Dalam 6 / 158, dan dalam “ Sunan kubro “ 5601 Nasai berkata: Bercerita kepada kami Amr bin al-Mansur,

قَالَ : حَدَّثَنَا عَبْدُ الْلَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ ، قَالَ : حَدَّثَنَا مَالِكُ . وَفِي  7/13 ، وَفِي  "الكُبْرَى "4717 قَالَ : أَخْبَرَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ ، قَالَ : أَنْبَأَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَيَّانَ .
Lalu mengatakan: Bercerita kepada kami Abdullah bin Maslamah yang  berkata: Bercerita kepada kami Malik . Dalam 7 / 13, dan dalam “ Sunan kubro “ 4717 Nasai berkata: Ishaq bin Ibrahim memberitahu kepada kami, katanya, Memberitahu  kepada kami Sulaiman  bin Hayyan.

 وَفِي  "الكُبْرَى " )تُحْفَةِ الْأَشْرَافِ) (10612) عَنْ سُوَيْدِ بْنِ نَصْرٍ ، عَنْ ابْنٍ الْمُبَارَكِ . وَ"ابْنُ خُزَيْمَةَ"142 وَ455 قَالَ : حَدَّثَنَا يَحْيَى  بْنُ حَبِيْبِ بْنِ عَرَبِيٍّ الْحَارِثِيِّ ، وَأَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ الْضَّبِّيُّ ، قَالاَ : حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ .
Dalam “Sunan kubro “ ( Tuhfatul asyraf )  (10 612) dari Swaidi Bin Nasr, dari Ibnu Al-Mubarak. Dan " Ibnu Khuzaymah" 142 dan 455, berkata: Habib Bin  Yahya Ibnu Arabi Al Haritsi, Ahmad Bin  Abdah ad dhobi , mereka berkata: Bercerita  kepada kami Hammad bin Zaid.

 وَفِي  (143) قَالَ : حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْوَلِيْدِ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ ، يَعْنِيْ ابْنَ عَبْدِ الْمَجِيْدِ الْثَّقَفِيِّ.
Dalam (143) Ibnu Khuzaimah  berkata: Bercerita  kepada kami Muhammad bin al-Walid, lalu mengatakan , bercerita kepada kami Abdul –Wahhab ya`ni Ibn Abd Al-Majid Ats Tsaqafi.

عَشْرَتُهُمْ (سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ ، وَيَزِيْدُ بْنُ هَارُوْنَ ، وَمَالِكُ ، وَسُفْيَانُ الْثَّوْرِيُّ ، وَحَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ ، وَعَبْدُ الْوَهَّابِ ، وَاللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ ، وَأَبُوْ خَالِدٍ الْأَحْمَرُ ، وَحَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ ، وَعَبْدُ الْلَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ) عَنْ يَحْيَى  بْنِ سَعِيْدٍ الْأَنْصَارِيِّ ، أَخْبَرَنِيْ مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ بْنِ الْحَارِثِ الْتَّيْمِيِّ ، أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ الْلَّيْثِيَّ يَقُوْلُ ، فَذَكَرَهُ.
 Sepuluh perawi tsb (Sufyan bin Uyainah,  Yazid bin Harun, Malik,  Sufyan Ats tsaury ,  Hammad bin Zaid , 'Abd al-Wahhab, al-Laits bin Sa'ad, Abu Khaled Al ahmar, Hafsh bin Ghias, dan Abdullah bin Mubarak) dari Yahya ibn Said al-Anshari yang memberitahu  kepada saya Muhammad bin Ibrahim bin Taymi Harits, bahwa ia mendengar Alqamah bin Waqas Laitsi mengatakan, ia menyebutkan hadis tsb .
Komentarku ( Mahrus ali ):
   Di riwayatkan oleh siapapun , hadis Innamal a`malu binniyat adalah dari satu orang yaitu Yahya bin Sa`id al anshari tidak ada perawi lain yang meriwayatkannya . Jadi banyak sahabat yang tidak tahu atau tidak kenal hadis tsb.Bahkan dimasa tabiin, hadis tsb tida populer, hanya seorang yang tahu. Lalu siapakah Yahya bin Said al anshari ini .
 Dia adalah  tingkatan  5 dari yunior tabiin , wafat 144 . Jadi hadis  amal perbuatan terserah  niatnya  itu di masa  shigharut tabi`in masih belum di kenal. Mulai  masa sahabat, hadis itu tidak dikenal kecuali satu orang dan  sampai di masa tabiin  juga masih tidak dikenal. Dan ini adalah tanda kelemahannya menurut  pakar hadis  yang dulu bukan  ahli hadis sekarang.

1- كراهية المتقدمين لرواية الغريب:
كان المتقدمون من علماء الحديث يكرهون رواية الغرائب وما تفرد به الرواة، ويعدونه من شَرِّ الحديث، كما قال الإمام مالك رحمه الله: "شَرُّ العلم الغريبُ، وخيرُ العلم الظاهرُ الذي قد رواه الناس" 1،

Hukum hanya seorang perawi yang meriwayatkan hadis.( tafarrud )
1. Ulama hadis dahulu tidak suka atau benci terhadap riwayat gharib ( nyeleneh )
Ulama hadis dahulu benci terhadap terhadap riwayat – riwayat yang gharib ( nyeleneh ) dan hadis yang di riwayatkan oleh seorang perawi , lalu di anggap sebagai hadis yang terjelek sebagaimana di katakan oleh Imam Malik rahimahullah: Ilmu terjelek adalah yang gharib dan ilmu yang terbaik adalah yang tampak yang di riwayatkan oleh manusia. ( banyak ). 1

Ada lagi perawi yang lain yang tafarrud yaitu :


مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ خَالِدٍ الْقُرَشِىِّ الْتَّيْمِىِّ ، أَبُوْ عَبْدِ الْلَّهِ الْمَدَنِىُّ
الْطَّبْقَةُ : 4 : طَبْقَةُ تَلِى الْوُسْطَى مِنْ الْتَّابِعِيْنَ
الْوَفَاةُ : 120 هِـ عَلَى  الْصَّحِيْحِ
رَوَىَ لَهُ : خَ مْ دِ تَ سْ ق
مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ ابْنِ حَجَرْ : ثِقَةٌ لَهُ أَفْرَادٌ
Muhammad bin Ibrahim bin Al-Harits bin Khalid Al Qurasyi At taymi, Abu Abdullah al madani

Peringkat : 4: Setelah tingkat tengah dari Tabiin
Wafat : 120 H menurut pendapat yang  benar
Beliau perawi  Bukhari, Muslim , Abu Dawud , Tirmidzi , Nasa`I , Ibn Majah
Peringkatnya menurut Ibnu Hajar, dia  terpercaya , juga punya hadis yang ganjil 

مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ الْذَّهَبِـيُ : وَثَّقُوهُ ، وَ قَالَ أَحْمَدُ : رَوَىَ مَنَاكِيْرَ
Peringkatnya menurut Dzahabi : Mereka menyatakan dia  perawi terpercaya, dan Ahmad berkata:  Dia juga meriwayatkan  hadis – hadis mungkar . 5691 Mausuah ruwatil hadis

 
قُلْتُ : مِنْ غَرَائِبِهِ الْمُنْفَرِدُ بِهَا حَدِيْثُ "الْأَعْمَالِ" عَنْ عَلْقَمَةَ ، عَنْ عُمَرَ وَقَدْ جَازَ الْقَنْطَرَةَ ، وَاحْتَجَّ بِهِ أَهْلُ الْصِّحَاحِ بِلاَ مَثْنَوِيَّةٍ

Aku berkata: Dari  kenyelenehan Muhammad bin Ibrahim adalah  hadis yang ganjil ( yang  di riwayatkan  secara  sendirian )  " hadis al a`malu binniyat "  dari Al qomah  dari Umar , Namun  dia telah melewati jembatan ( Sudah menjadi perawi Bukhari sehingga di cela bagaimanapun tetap  di pakai )  Dan para ulama yang memiliki kitab hadis  yang sahih  juga telah berpegangan kepadanya tanpa dipikir lagi.

Komentarku ( Mahrus ali )
  Hadis innamal a`malu binniyat adalah hadis tiada yang meriwayatkan kecuali  melalui jalur Muhammad bin Ibrahim  . Dia sendiri yang meriwayatkannya . Karena itu , hadis tsb di masa sahabat , tabiin tidak populer . nyeleneh, ganjil sekali.Sebab bila populer akan banyak yang meriwayatkannya .

Syaikh Kholid bin Abdillah al Muslih berkata :

وَمِثَالُهُ الْحَاضِرِ فِي  الْذِّهْنِ حَدِيْثُ عُمَرَ رَضِيَ الْلَّهُ عَنْهُ فِي  الْنِّيَّةِ: ((إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْنِّيَّاتِ)). فَقَدْ انْفَرَدَ بِهِ عَنْ سَائِرِ الْصَّحَابَةِ فِي  الْنَّقْلِ، وَانْفَرَدَ عَنْهُ عَلْقَمَةُ بِنَ وَقَّاصٍ فِي  رِوَايَتِهِ، وَكَذَلِكَ انْفَرَدَ مُحَمَّدٌ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ الْتَّيْمِيُّ، كَذَلِكَ انْفَرَدَ عَنْهُ يَحْيَى بْنُ سَعِيْدٍ الْأَنْصَارِيِّ، فَهُنَا الِانْفِرَادُ فِي  عِدَّةِ طَبَقَاتٍ.
Dan contoh yang hadir  di hati adalah hadis Umar ra  di dalam masalah niat : (( amal perbuatan tergantung  dengan niat)). Dia ) Umar ) telah menyendiri dan tiada  sahabat lainnya yang meriwayatkannya , dan dari  dia sendiri di riwayatkan oleh  Alqamah bin Waqas secara  sendirian lagi , serta dari Alqamah sendiri  di riwayatkan  oleh Muhammad bin Ibrahim Taymi secara  sendirian , serta dari Muhammad sendiri  , hadis itu di riwayatkan  oleh  Yahya bin Said al-Anshari, di sini tafarrud  dalam beberapa peringkat . Syarah Baiquniyah
Komentarku ( Mahrus ali )
 Yang bikin janggal bagi saya adalah hadis itu di katakan oleh Umar di Mimbar – mestinya tidak hanya al Qomah yang ngerti  atau mendengarnya . Tapi ternyata  tiada sahabat yang mengerti hadis itu. Di Medinah saat itu , tiada  sahabat yang tahu . Bila banyak yang tahu , sudah tentu  hadis ini tidak di katakan Umar sendiri yang meriwayatkannya . Tiga perawi berturut – turut meriwayatkan hadis itu dengan sendirian mulai Umar bin Khatthob  lalu di sampaikan pada Al qomah bin Waqqash di mimbar orang banyak , lalu dari Al qomah di sampaikan ke Muhammad bin Ibrahim  secara sendirian , lalu di riwayatkan oleh Yahya secara sendirian . Jadi tiga tingkat lebih secara sendirian hadis itu di riwayatkan . Bila bukan Bukhari Muslim yang punya perawi sedemikian ini baik Imam Ahmad , Malik , Nasa`I , Tirmidzi , Ibn Majah dan banyak ahli hadis lain sejagat ini , maka  hadis itu akan di katakan lemah dan tidak boleh di buat hujjah . Inilah yang membikin keganjilan dalam pemikiran saya mengapa  kita ini kurang fair dalam mengkaji suatu hadis, kurang obyektif , masih subyektif, masih ada fanatisme figur yang membikin sesat orang lalu dan sekarang. Sebagaimana kalangan ahli bid`ah  fanatik kepada Imam Syafii  dan menolak segala pendapat yang lain .

      DR Abu Lubabah At thahir Shalih Husain kepala bagian dirosah Islamiyah  di Emirat menyatakan :
وَإِطْلاَقُ الْحُكْمِ عَلَى التَّفَرُّدِ بِالرَّدِّ وَالنَّكَارَةِ أَوِ الشُّذُوْذِ مَوْجُوْدٌ فِي كَلاَمِ كَثِيْرٍ مِنْ أَهْلِ الْحَدِيْثِ
 Mengghukumi perawi yang secara sendirian meriwayatkan agar riwayatnya  tertolak , dikatakan mungkar , syadz memang ada dlm perkataan kebanyakan ahli hadis . Ulumul hadis 12/1

وَقَالَ الْعُقَيْلِيُّ : حَدَّثَنَا عَبْدُ الْلَّهِ بْنُ أَحْمَدَ ، قَالَ : سَمِعْتُ أَبِيْ ذُكِرَ مُحَمَّدٌ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ الْتَّيْمِيُّ ، فَقَالَ : فِي  حَدِيْثِهِ شَيْءٌ ، يَرْوِيْ أَحَادِيْثَ مَنَاكِيْرَ أَوْ مُّنْكَرَةً .

'Al uqaeli berkata : Bercerita kepada kami  Abdullah bin Ahmad, lalu berkata: Aku mendengar Abu Muhammad bin Ibrahim  At. taymi  di sebut di muka ayahku , lalu beliau  mengatakan : Ada sesuatu dalam hadisnya , ia meriwayatkan hadis – hadis yang mungkar .
Komentarku ( Mahrus ali )
Barang kali, hadis amal perbuatan terserah niatnya  salah satu kemungkarannya, apalagi Imam Ahmad sudah menyatakan seperti itu .


Dalam http://www.taimiah.org/ terdapat keterangan  sbb :
Syaikh Sa`d bin Abdullah  al Humaid berkata  dalam kitab Syarah Nukhbatul fikar .

/
شَرْحِ نُخْبَةِ الْفِكَرِ لِفَضِيْلَةِ الْشَّيْخِ سَعْدِ بْنِ عَبْدِ الْلَّهِ الْحَمِيْدِ
لَكِنْ هُنَاكَ مَنْ جَعَلَ الْشَّاذُّ مُجَرَّدَ الْتَّفَرُّدِ، فَقَالَ: الْشَّاذُّ هُوَ: مَا يَرْوِيْهِ.. مَا يَتَفَرَّدُ بِرِوَايَتِهِ الثِّقَةُ، أَوْ مَا يَنْفَرِدُ بِرِوَايَتِهِ الثِّقَةُ، فَبِهَذَا الْاعْتِبَارِ يَكُوْنَ حَدِيْثُ: « إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْنِّيَّاتِ »(1) عَلَى  هَذَا الْقَوْلِ حَدِيْثًا شَاذًّا؛ لِأَنَّهُ يَنْفَرِدُ بِرِوَايَتِهِ ثِقَةٌ، وَهُوَ عَلْقَمَةَ بْنِ وَقَّاصٍ، بَلْ وَيَنْفَرِدُ بِهِ أَيْضًا عَنْ عَلْقَمَةَ مُحَمَّدٌ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ الْتَّيْمِيُّ، بَلْ وَيَنْفَرِدُ بِهِ عَنْ مُحَمَّدٍ إِبْرَاهِيْمَ الْتَّيْمِيِّ يَحْيَى  بْنُ سَعِيْدٍ الْأَنْصَارِيُّ، فَإِذَنْ هَذَا لاَ خِلاَفَ بِأَنَّهُ بِنَاءٌ عَلَى  هَذَا الْرَّأْيِ يُعْتَبَرُ شَاذَّا.
Tapi di sana  ada ulama yang menjadikan hadis Syadz ( ganjil / anomali) karena perawinya sendirian ( tiada perawi lain yang meriwayatkannya ) . Dia berkata “ Hadis Syadz ( anomali ) adalah  hadis yang di riwayatkan oleh perawi terpercaya  secara sendirian . Dengan  demikian , hadis Innamal a`malu binniyati )  termasuk hadis yang syadz .   Sebab hanya seorang perawi yang meriwayatkannya   yaitu Al Qomah bin Waqqash , lalu  secara  sendirian juga  Muhammad bin Ibrahim attaimi  dari Al Qomah . Bahkan  Yahya bin Sa`id  Al anshari  juga  secara  sendirian meriwayatkan dari  Muhammad bin Ibrahim Attaimi .  Dengan  pandangan  ini , jelas sekali bahwa  hadis Amal perbuatan terserah niatnya  tergolong hadis Syadz ( anomali ) .

Komentarku ( Mahrus ali )
 Bila  hadis amal perbuatan terserah niatnya  itu di kategorikan hadis syadz , maka  tidak bisa  di buat pegangan dan keliru orang yang membuat pegangan padanya atau menyuruh orang lain untuk berpegangan kepadanya. Lepaskan saja.  Dan benarlah  orang yang menyatakan hadis tsb syadz. Jangan berpegangan kepadanya dan menyuruh orang lain  berlandaskan kepadanya. Namun  hadis itu sudah terlanjur populer , meski lemah . Apakah kita pilih yang tidak kaprah meski benar , sudah tentu kebenaran di perlukan dan kesalahan di lemparkan.
Dalam kitab al baiquniyah di katakan :


أَوَّلُهَا( الْصَّحِيْحُ) وَهُوَ مَااتَّصَل    إِسْنَادُهُ وَلَمْ يُشَذَّ أَوْيُعَلْ
Permulaan pembagian hadis adalah sahih – yaitu hadis yang sanadnya bersambung , tidak syadz , juga tidak ada illatnya . Al Baiquniyah karya Ibn Utsaimin.

Bila kita menjalankan salat, kita tidak perluniat di hati apalagi di lafadhkan. Kita mengerjakan salat lima waktu karena taat kepada ayat:
أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْءَانَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْءَانَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
Dirikanlah shalat sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). Al isra` 78.
Mulai awal kita mengerjakan salat karena perintah Allah bukan atas kehendak kita sendiri atau Tuhan lainNya. Lalu untuk apa kita perlu niat di hati atau di lafadhkan. Rasul SAW dan para  sahabat tidak menjalankan hal itu. Rasul SAW  juga tidak memerintahkan bila kita  menjalankan salat agar niat dulu.
Kita sudah cukup mengikuti ayat:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, Al an`am 162

Niat di hati atau  di lafadhkan perlu tuntunan dan tiada tuntunannya. Memang saya dulu juga di ajari niat seperti itu. Bila  saya ikuti, maka  saya akan tetap seperti kebayakan orang yang menjalankannya. Dan saya termasuk orang yang bertaklid buta seperti kerbau yang di tuntun pengembalanya. Sekarang saya bila menjalankan sesuatu  harus mencari dalilnya dulu, bukan mencari dalil  setelah mengerjakan. Hal  itu untuk menghurmati ayat:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui dalilnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. Al Isra` 36

Mau nanya hubungi kami:
088803080803( Smartfren). 081935056529 (XL )  https://www.facebook.com/mahrusali.ali.50
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan