Jumat, Desember 19, 2014

MAULID NABI ITU MEMANG BID'AH, KENAPA ANDA YANG SEWOT??






( Menuntun Muhammad Fawwaz MD Ke Jalan Yang Benar )
OLeh Ust. Abu Husain al thuwailibi
Bismillah. Artikel singkat ini saya tulis dalam rangka meluruskan serta menjelaskan kepada ummat bahwasanya tuduhan-tuduhan palsu yang di sebarkan oleh tokoh semacam Muhammad Fawwaz MD ini yang berupaya memaksa dan menyeret Manhaj Salafus Shalih menjadi aliran “Wahabi” adalah bathil.

Belum lagi sokongan dana dan tenaga dari para orientalis,sekularis,pluralis yang tak segan-segan mendukung aksi dan gaya-gaya dakwah semodel Muhammad Fawwaz MD ini secara terselubung. Mereka gencarkan dan sebarkan melalui media telivisi,radio,dan sebagainya semisal Studio Abu Khadijah yang kerap menyebarkan propaganda bernuansa “dakwah” yang di lakukan Muhammad Fawwaz MD dan yang sejenisnya.

Allah lah yang menjaga agama ini, Allah jualah yang akan menghancurkan makar orang-orang yang sombong.

Segala puji bagi Allah Ta'ala yang telah menciptakan manusia dimuka bumi ini untuk beribadah hanya kepadanya sebagaimana yang ia firmankan dalam Al-Qur'an surat Adz-Dzariyat ayat 56.
Maksud ibadah dalam ayat itu tidak diragukan lagi adalah ibadah yang di MURNIKAN hanya kepada Allah semata yaitu mentauhidkan Allah Ta'ala dalam ibadah,tanpa sedikitpun menyekutukannya dengan apapun juga. Sebagaimana kata Sahabat Abdullah Bin Abbas,“Semua kata ibadah dalam Al-Qur'an makananya adalah TAUHID".

Demikian pula dalam menjalankan ibadah kepada Allah Ta'ala tentulah mesti MURNI SESUAI DENGAN APA YANG DIAJARKAN OLEH BAGINDA NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM, dengan kata lain tanpa mengada-ngada ritual atau cara beribadah itu sendiri,karena hal ini merupakan konsekuensi dari kalimat “Asyhadu Anna Muhammadan Rasuulullah”.

Virus sepilis (sekularis,pluralis dan liberalis) tampaknya sudah lama menjangkiti seorang tokoh melayu bernama Muhammad Fawwaz MD, sehingga pada intinya,tempat-tempat SYIRIK mereka sebut “peninggalan orang-orang shalih”, KUBURAN YANG DI SEMBAH mereka bilang “kuburan keramat”, PARA PENYERU SYIRIK DAN BID'AH mereka namakan “Wali”, PENGHANCURAN TEMPAT-TEMPAT SYIRIK mereka sebut “pemusnahan peninggalan islam”.

Sebaliknya, memurnikan ibadah hanya kepada Allah semata mereka bilang “AJARAN SESAT”, aqidah Tauhid mereka istilahkan dengan “AQIDAH TERORIS”, Dakwah kepada Tauhid dan Sunnah mereka sebut “MEMECAH BELAH UMMAT”, sedangkan para penyeru dan para Da'i nya mereka namakan “WAHABI” atau “KHAWARIJ”.

Bahkan demi memuluskan misi mereka untuk membawa manusia kepada kesesatan dan meninggakan kebenaran dakwah Tauhid,mereka tidak malu dan tidak segan-segan berdusta dan memutar balikkan fakta, asalkan wajah dakwah Tauhid menjadi jelek dan menakutkan dimata ummat. Wal-'Iyaadzu Billaah... !!

Hingga wajar bila tersebar luas kaset-kaset dan ceramah-ceramah
seorang yang dikenal dengan nama Ustadz Muhammad Fawwaz MD JAN. Dan sesungguhnya Allah telah menetapkan betapapun musuh-musuh kebenaran itu mengerahkan tenaga untuk membalut tipu daya dan kedustaan-kedustaan mereka dengan kata-kata yang memikat,namun Allah tidak akan membiarkan kebenaran itu kalah dengan kebathilan. Allah berfirman,“Dan katakanlah yang benar telah datang dan yang bathil telah lenyap, sesungguhnya yang bathil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap”.

(QS Al-Israa' ayat 81).

Memfitnah dan memprovokasi ummat, Muhammad Fawwaz MD berkata dalam ceramahnya:

“Sebentar lagi akan maulid Nabi, lalu akan muncul isu yang biasa disebarkan oleh puak-puak Wahabi bahwa maulid Nabi itu Bid'ah dan seterusnya. Maka itu mari kita semarakkan maulid Nabi, selenggarakan maulid Nabi dan jangan hiraukan puak-puak Wahabi itu”.

TANGGAPAN:

Pertama, malam kelahiran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak diketahui secara pasti kapan. Bahkan sebagian ulama masa kini menyimpulkan hasil penelitian mereka bahwa sesungguhnya malam kelahiran beliau adalah pada tanggal 9 Robi’ul Awwal dan bukan malam 12 Robi’ul Awwal. Oleh sebab itu maka menjadikan perayaan pada malam atau tanggal 12 Robi’ul Awwal tidak ada dasarnya dari sisi latar belakang historis sejarah. Bahkan sejarah mencatat, bahwa Perayaan Maulid Nabi itu diadakan dan diciptakan pertama kali oleh Kaum Ubaid (Dinasti Syi'ah Fathimiyah) saat mereka berkuasa di mesir pada tahun 362-567 Hijriyah. Disamping itu orang-orang Syi'ah Isma'iliyah ini (yakni Syi'ah dinasti Fathimiyah) juga mengadakan maulid Ali, maulid Hasan, Maulid Husein dan Maulid Fathimah. Lalu datangnya Sulthon Sholahuddin Al-Ayyubi menguasai mesir menjadi berkah bagi kaum Muslimin. Beliau berjuang keras mengembalikan haluan rakyat mesir kepangkuan ahlus sunnah. Caranya, beliau lakukan pendekatan kultural, bukan dengan pedang dan pertumpahan darah.untuk merintis perubahan ini,beliau sisakan perayaan Maulid Nabi bagi rakyat mesir,tujuannya MENUMPAS KAUM SYI'AH FATHIMIYAH YANG TELAH MENGUASAI MESIR KALA ITU.

Kedua, dari sisi tinjauan syariat maka merayakannya pun tidak ada dasarnya. Karena apabila hal itu memang termasuk bagian syariat Allah maka tentunya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya atau beliau sampaikan kepada umatnya. Dan jika beliau pernah melakukannya atau menyampaikannya maka mestinya ajaran itu terus terjaga, sebab Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran dan Kami lah yang menjaganya.” (QS. Al-Hijr ayat 9). Sedangkan Nabi saja tidak melaksanakan lalu mengapa Muhammad Fawwaz MD memaksa ummat untuk melaksanakan...??

Sehingga tatkala ternyata sedikit pun dari kemungkinan tersebut tidak ada yang terbukti maka dapat dimengerti bahwasanya hal itu memang bukan bagian dari ajaran agama Allah. Sebab kita tidaklah diperbolehkan beribadah kepada Allah ‘azza wa jalla dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan cara-cara yang baginda Nabi tidak ajarkan. Kalau lah memang Muhammad Fawwaz mengaku cinta kepada Nabi, maka kenapa tidak mencintai Nabi dengan cara yang di ajarkan oleh Nabi itu sendiri. ?? Apabila Allah ta’ala telah menetapkan jalan untuk menuju kepada-Nya melalui jalan tertentu yaitu ajaran yang dibawa oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam maka bagaimana mungkin kita diperbolehkan dalam status kita sebagai hamba yang biasa-biasa saja kemudian kita berani menggariskan suatu jalan sendiri menurut kemauan kita sendiri demi mengantarkan kita menuju Allah ?? Sebagaimana Muhammad Fawwaz MD memaksa ummat Muhammad untuk melaksanakan satu perkara agama yang tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad itu sendiri ?? Apakah Muhammad Fawwaz MD secara tidak langsung mengaku dirinya lebih baik dan lebih tahu tentang syari'at daripada Rasulullah ? Atau ia menganggap dirinya Nabi ?? Hal ini termasuk tindakan jahat dan pelecehan terhadap hak Allah ‘azza wa jalla tatkala kita berani membuat syariat di dalam agama-Nya dengan sesuatu ajaran yang bukan bagian darinya. Sebagaimana pula tindakan ini tergolong pendustaan terhadap firman Allah ‘azza wa jalla:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي

“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku kepada kalian.” (QS. Al-Maa’idah ayat 3)

Oleh sebab itu saya katakan bahwasanya apabila perayaan ini termasuk dari kesempurnaan agama maka pastilah dia ada dan diajarkan sebelum wafatnya Rasul ‘alaihish shalatu wa salam dan diamalkan oleh para Khalifah sesudahnya, dan jika dia bukan bagian dari kesempurnaan agama ini maka tentunya dia bukan termasuk ajaran agama, karena Allah ta’ala berfirman, “Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian.”

Sehingga, barang siapa yang mengklaim acara maulid ini termasuk kesempurnaan agama dan ternyata ia terjadi setelah wafatnya Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam maka sesungguhnya ucapannya itu mengandung pendustaan terhadap ayat yang mulia ini. Dan tidaklah diragukan lagi kalau orang-orang yang merayakan kelahiran Rasul ‘alaihis shalatu was salam hanya bermaksud mengagungkan Rasul ‘alaihis shalatu wa salam. Mereka ingin menampakkan kecintaan kepada beliau serta memompa semangat agar tumbuh perasaan cinta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui diadakannya perayaan ini. Dan itu semua termasuk perkara ibadah. Kecintaan kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ibadah. Bahkan tidaklah sempurna keimanan seseorang hingga dia menjadikan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai orang yang lebih dicintainya daripada dirinya sendiri, anaknya, orang tuanya dan bahkan seluruh umat manusia. Demikian pula pengagungan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk perkara ibadah. Begitu pula membangkitkan perasaan cinta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga termasuk bagian dari agama karena di dalamnya terkandung kecenderungan kepada syariatnya.

Apabila demikian, maka merayakan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah serta untuk mengagungkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah suatu bentuk ibadah. Dan apabila hal itu termasuk perkara ibadah maka sesungguhnya tidak diperbolehkan sampai kapan pun menciptakan ajaran baru yang tidak ada sumbernya dari agama Allah. Oleh sebab itu merayakan maulid Nabi adalah bid’ah dan diharamkan menurut kesepakatan Ulama Salaf.

Lebih daripada itu, Muhammad Fawwaz MD menyebutkan bahwa Nabi merayakan hari lahirnya dengan berpuasa di hari senin.menunjukkan beliau sendiri merayakan hari mauludnya (yakni hari lahirnya).
Sebenarnya, sudah bisa saya tebak, hujjah ini memang sudah biasa di jadikan landasan oleh para penyeru hawa Nafsu semisal Muhammad Fawwaz MD ini, dalil dari apa yang dia katakan tidak lain adalah perkataan Imam As-Suyuthy dalam Kitab Al-Hawy, Imam As-Suyuthi berkata,“…lalu saya melihat Imamul Qurro`, Al-Hafizh Syamsuddin Ibnul Jauzy berkata dalam kitab beliau yang berjudul ‘Urfut Ta’rif bil Maulid Asy-Syarif,“Telah diperlihatkan Abu Lahab setelah meningalnya di dalam mimpi. Dikatakan kepadanya, “Bagaimana keadaanmu?”, dia menjawab, “Di dalam Neraka, hanya saja diringankan bagiku (siksaan) setiap malam Senin dan dituangkan di antara dua jariku air sebesar ini -dia berisyarat dengan ujung jarinya- karena saya memerdekakan Tsuwaibah ketika dia memberitahu kabar gembira kepadaku tentang kelahiran Nabi -Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam- dan karena dia telah menyusuinya-”. Jika Abu Lahab yang kafir ini, yang Al-Qur`an telah turun mencelanya, diringankan (siksaannya) di Neraka dengan sebab kegembiraan dia dengan malam kelahiran Nabi -Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam-, maka bagaimana lagi keadaan seorang muslim yang bertauhid dari kalangan ummat Nabi -Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam- yang gembira dengan kelahiran beliau dan mengerahkan seluruh kemampuannya dalam mencintai beliau Shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam ?!, saya bersumpah bahwa tidak ada balasannya dari Allah Yang Maha Pemurah, kecuali Dia akan memasukkannya berkat keutamaan dari-Nya ke dalam surga-surga yang penuh kenikmatan”.

Kisah ini memang ma'ruf, wajar kalau Muhammad Fawwaz MD JAN menggunakan kisah ini untuk menipu ummat manusia, karena kisah ini juga dipakai berdalil oleh Muhammad bin ‘Alwi Al-Maliky dalam kitabnya Haulal Ihtifal bil Maulid dan disandarkan pada Imam Bukhori.

Na'am, disinilah letak kesalahfahaman akal Muhammad Fawwaz MD, karena penyandaran kisah di atas kepada Imam Al-Bukhari adalah suatu kedustaan yang nyata sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh At-Tuwaijiry dalam Kitan Ar-Roddul Qowy hal. 56. Karena tidak ada dalam riwayat Al-Bukhari sesuatupun yang disebutkan dalam kisah di atas, silahkan buktikan.

Berikut ini saya paparkan konteks hadits ini dalam riwayat Imam Al-Bukhary dalam Kitab Shohihnya di nomor 4711 secara mursal [Hadits Mursal adalah perkataan seorang tabi’in, “Rasululullah -Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam- bersabda ….”, atau ia (tabi’in) menyandarkan sesuatu kepada Nabi -Shollallahu alaihi wasallam-. Hadits mursal termasuk dalam bagian hadits lemah menurut pendapat paling kuat di kalangan para ulama] dari ‘Urwah bin Zubair -rahimahullah-:
“‘Tsuwaibah, dulunya adalah budak wanita Abu Lahab. Abu Lahab membebaskannya, lalu dia menyusui Nabi -Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam-. Tatkala Abu Lahab mati, dia diperlihatkan kepada sebagian keluarganya (dalam mimpi) tentang jeleknya keadaan dia. Dia (keluarganya ini) berkata kepadanya, “Apa yang engkau dapatkan?”, Abu Lahab menjawab, “Saya tidak mendapati setelah kalian kecuali saya diberi minum sebanyak ini [Yakni jumlah yang sangat sedikit] karena saya memerdekakan Tsuwaibah”.

Syubhat ini dibantah dari beberapa sisi:

Hadits tentang diringankannya siksa Abu Lahab ini telah dikaji oleh para ulama dari zaman ke zaman. Akan tetapi tidak ada seorangpun di antara mereka yang menjadikannya sebagai dalil disyari’atkannya perayaan maulid.

Ini adalah hadits mursal sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Hafizh dalam kitab Al-Fath karena ‘Urwah tidak menyebutkan dari siapa dia mendengar kisah ini. Sedangkan hadits mursal adalah termasuk golongan hadits-hadits dho’if (lemah) yang tidak bisa dipakai berdalil.

Ok, anggaplah hadits ini shohih maushul (yakni bersambung), maka yang tersebut dalam kisah ini hanyalah mimpi. Sedangkan mimpi -selain mimpinya para Nabi- bukanlah wahyu yang bisa diterima sebagai hujjah syar'iyyah, sebagaimana Maulana Ilyas dan Yusuf Al-Kandahlawi bermimpi mengenai dakwah dan ummat, hingga berdirilah 4 Tarekat Naqsabandi dan melebur menjadi satu manhaj Shufi gaya baru yang sekarang kita kenal dengan "Jama'ah Tabligh" yang berpusat di Hindia itu.
Bahkan disebutkan oleh sebagian ahlul ilmi bahwa yang bermimpi di sini adalah Al-‘Abbas bin ‘Abdil Muththolib dan mimpi ini terjadi sebelum beliau masuk Islam alias saat masih KAAFIRR.

Sehingga, apa yang dinukil oleh As-Suyuthy dari Ibnul Jauzy di atas bahwa Abu Lahab memerdekakan Tsuwaibah karena memberitakan kelahiran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam dan karena dia menyusui Nabi Shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam adalah menyelisihi apa yang telah tetap di kalangan para ulama siroh (sejarah). Karena dalam buku-buku siroh ditegaskan bahwa Abu Lahab memerdekakan Tsuwaibah jauh setelah Tsuwaibah menyusui Nabi Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam.
Al-Hafizh Ibnu ‘Abdil Barr Rahimahullah berkata dalam Al-Isti’ab ketika beliau membawakan biografi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam setelah menyebutkan kisah menyusuinya Nabi Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam kepada Tsuwaibah, beliau menyatakan, “… dan Abu Lahab memerdekakannya setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam berhijrah ke Madinah”.

Lihat juga Kitab Ath-Thobaqot karya Muhammad bin Sa’ad bin Mani`Az-Zuhri Rahimahullah.

Sehingga orang berakal bisa menyimpulkan bahwa kandungan kisah ini menyelisihi zhohir Al-Qur`an yang menegaskan bahwa orang-orang kafir tidak akan mendapatkan manfaat dari amalan baiknya sama sekali di akhirat, akan tetapi hanya dibalas di dunia.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan:
“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan”. (QS. Al-Furqon ayat 23), kecuali Abu Thalib yang diringankan siksanya karena membela Nabi, sebagaimana dalam riwayat Imam Muslim. Jelas terdapat riwayat Shahih yang menetapkannya.

Kegembiraan yang dirasakan oleh Abu Lahab hanyalah kegembiraan yang sifatnya tabi’at manusia biasa karena Nabi Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam adalah keponakannya. Sedangkan kegembiraan manusia tidaklah diberikan pahala kecuali bila kegembiraan tersebut muncul karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Buktinya, setelah Abu Lahab mengetahui kenabian keponakannya, diapun memusuhinya dan melakukan tindakan-tindakan yang kasar padanya,bahkan berniat membunuhnya. Ini bukti yang kuat menunjukkan bahwa Abu Lahab bukan gembira karena Allah, tapi gembira karena lahirnya seorang keponakan. Gembira seperti ini ada pada setiap orang ya jelas wajar.

Kesimpulan, masalah maulid Nabi,maka jelas ini adalah perkara yang benar-benar dipaksakan oleh Muhammad Fawwaz MD dan saya sarankan ia agar bertaqwa kepada Allah dan kembalilah pada para Ulama Salafus Shalih.
Artikel Terkait

2 komentar:

  1. Assalamu'alaikum.
    Sy ingin komen sedikit tentng maulid nabi kita. Mengdakan maulid tdk ad paksa an atau wajib. Karna kita cinta dgn beliau wajar lah kita memperingati nya, kan isi dr syair maulid itu sendiri isi nya tentng sejarah perjalanan nabi kita. Tdk ada salah nya kan kalau kita membaca sejarah. Seperti kita memperingati hari bersejarah kita 17 agustus, karna kita cnta tanah air kita memperingati nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kebanyakan orang yang mengadakan perayaan maulid malah ahli bid`ah yang anti sunnah spt syi`ah yang suka mengadakan perayaan maulid Nabi, Husain, Fathimah dll. Para sahabat tanpa mengadakan perayaan maulid lebih mengikuti Nabi SAW.
      Kalau anda ingin baca sejarah nabi, bacalah di rumah tanpa perayaan gitu. Untuk perayaan Agustus hari kemerdekaan , tidak usah ikut banyak kemungkarannya.

      Hapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan