Kamis, Januari 08, 2015

Bangkai ikan haram - kajianku ke 4



Kata pengantar:
Setiap orang yang menyampaikan kebenaran akan mendapat celaan, cacian. Beda sekali  dengan orang yang menyampaikan ajaran salah yang di anggap benar oleh golongannya. Dia akan di bela dan mendapat  acc, bukan di serang dan di selisihi. Saya ingat ayat:
وَمَا يَأْتِيهِم مِّن رَّسُولٍ إِلَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
Dan tidak datang seorang rasulpun kepada mereka, melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya. Al Hijr 11
Di ayat lain, Allah menyatakan:
كَذَٰلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِن قَبْلِهِم مِّن رَّسُولٍ إِلَّا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ
  Demikianlah tidak seorang rasulpun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan: "Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila". 52 Dzariyat.
 Kajianku ke 4 tentang bangakai ikan haram.

أُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ وَطَعَامُهُ مَتَاعًا لَّكُمْ وَلِلسَّيَّارَةِ ۖ وَحُرِّمَ عَلَيْكُمْ صَيْدُ الْبَرِّ مَا دُمْتُمْ حُرُمًا ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
 Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanannya sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan bertakwalah kepada Allah Yang kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan. Al Maidah 96
Komentarku ( Mahrus  ali ):
Hewan buruan baik laut atau darat yang halal dimakan  harus dalam keadaan hidup ketika diburu. Bila ia dalam keadaan mati, maka tidak dikatakan buruan. Tapi cukup di ambil saja hewan yang mati itu, tidak perlu diburu. Hewan laut atau darat yang mati itu bukan buruan yang di halalkan, tapi bangkai yang di haramkan.  
Sebagaimana  hewan darat tidak semuanya di halalkan, maka hewan laut juga tidak semua di halalkan. Sebagian di haramkan dan sebagian lagi dari hewan darat atau laut di halalkan.  Bila berburu hewan darat dianjurkan membaca bismillah ketika menjaring atau menembaknya, maka ketika menjaring ikan laut dianjurkan  baca bismillah. Bila  hewan darat setelah di tembak masih hidup, maka harus  di sembelih, maka hewan lautpun  demikian, harus  di sembelih ketika masih hidup setelah di jala. Saya ingat ayat:

يَسْأَلُونَكَ مَاذَا أُحِلَّ لَهُمْ قُلْ أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبَاتُ وَمَا عَلَّمْتُمْ مِنَ الْجَوَارِحِ مُكَلِّبِينَ تُعَلِّمُونَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَكُمُ اللَّهُ فَكُلُوا مِمَّا أَمْسَكْنَ عَلَيْكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi mereka?" Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatihnya untuk berburu, kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepasnya). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya". Al maidah 4
Abu Sa`labah Al Khusyani berkata :
أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّىالله عليه وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا بِأَرْضِ أَهْلِ الْكِتَابِ فَنَأْكُلُ فِي آنِيَتِهِمْ وَبِأَرْضِ صَيْدٍ أَصِيدُ بِقَوْسِي وَأَصِيدُ بِكَلْبِي الْمُعَلَّمِ وَبِكَلْبِي الَّذِي لَيْسَ بِمُعَلَّمٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عليه وَسَلَّمَ أَمَّا مَا ذَكَرْتَ أَنَّكَ بِأَرْضِ أَهْلِ كِتَابٍ فَلَا تَأْكُلُوا فِي آنِيَتِهِمْ إِلَّا أَنْ لَا تَجِدُوا بُدًّا فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا بُدًّا فَاغْسِلُوهَا وَكُلُوا وَأَمَّا مَا ذَكَرْتَ أَنَّكُمْ بِأَرْضِ صَيْدٍ فَمَا صِدْتَ بِقَوْسِكَ فَاذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ وَكُلْ وَمَا صِدْتَ بِكَلْبِكَ الْمُعَلَّمِ فَاذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ وَكُلْ وَمَا صِدْتَ بِكَلْبِكَ الَّذِي لَيْسَ بِمُعَلَّمٍ فَأَدْرَكْتَ ذَكَاتَهُ فَكُلْهُ *
Aku datang kepada Nabi Muhammad saw,  ,aku berkata  :” Wahai   Rasulullah  ! Sesungguhnya kami  hidup di tanah ahli kitab , tanah buruan  ,aku berburu dengan busurku ,aku berburu dengan anjingku yang terlatih ,kadang dengan anjing yang tak terlatih.
Nabi Muhammad saw,   bersabda :”  Apa yang kamu sebutkan bahwa kamu hidup di tanah Ahli kitab , maka jangan makan dengan bejana mereka  kecuali bila kamu tidak menemukan yang lain . Bila  kamu menjumpainya ,cucilah dan makanlah .  Sedang apa yang kamu sebutkan bahwa kamu berada di tanah buruan, maka  hewan yang  kamu panah  maka  sebutlah nama Allah . Sedang hewan yang tertangkap dengan anjingmu  yang terlatih dan kamu telah menyebut nama  Allah makanlah . Dan hewan yang kamu tangkap dengan anjingmu yang tak terlatih, lalu kamu bisa menyembelihnya  ,makanlah Muttafaq  alaih  5496

Sekarang  kita mau membahas wa tho`aamuhu dalam surat Maidah 96 ini. Banyak pendapat yang berbeda, bukan pendapat yang sama pengertiannya, mulai  dulu sampai sekarang, di tanah arab atau Jawa  atau dimanapun anda berada. Mari  kita baca  keterangan sbb:
12684 - حدثنا عمرو بن عبد الحميد قال، حدثنا ابن عيينة، عن عمرو، عن عكرمة قال: قال أبو بكر: طعام البحر كلُّ ما فيه = وقال جابر بن عبد الله: ما حَسر عنه فكُلْ. وقال: كلّ ما فيه= يعني: جميع ما صيدَ (2)
1. Intinya : Abu bakar berkata:  Tho`aamul bahri adalah seeluruh apa yang di laut – maksudnya : Seluruh buruan di laut. Jabir bin Abdillah berkaa: Hewan yang terdampar di pantai, makanlah .   Tafsir Thobari.
(2) الأثر: 12684- خرجه السيوطي في الدر المنثور 2: 232، ولم ينسبه لغير الطبري.
Komentarku ( Mahrus  ali ):
Menurut Abu bakar al siddiq : Thoaamuhu di 96 Maidah  adalah seluruh buruan laut ( bukan yang sudah membangkai ) .
Dalam kitab Tafsir Al iz bin Abd Salam 413 /1 terdapat keterangan sbb:
تفسير العز بن عبد السلام (1/ 413)
. {وَطَعَامُهُ مَتَاعاً لَّكُمْ وَلِلسَّيَّارَةِ} في طعامه قولان:
أحدهما: طافيه وما لفظه البحر قاله أبو بكر وقتادة،
2. Intinya: Arti thoaamuhu ada  dua pendapat:
Salah satunya adalah ikan yang mengambang dan apa yang dilemparkan oleh laut ( ke pantai ) . Demikian apa yang di katakan oleh Abu bakar dan Qotadah.
Komentarku ( Mahrus  ali ):
Pendapat Abu bakar disini beda sekali dengan pendapat Abu bakar al siddiq yang pertama tadi. Disini dikatakan  thoaamuhu adalah  hewan / ikan yang mengambang ( membangkai ) dan ikan yang sudah terdampar di pantai. Sedang pendapat beliau yang pertama tadi dikatakan : Seluruh buruan laut termasuk tho`aamuhu ( bukan yang membangkai ).
9898 -
* - حدثني المثنى , قال : ثنا الضحاك بن مخلد , عن ابن جريج , قال : أخبرني عمرو بن دينار , عن عكرمة , مولى ابن عباس , قال : قال أبو بكر رضي الله عنه : { وطعامه متاعا لكم } قال : ميتته
3. Intinya : Abu bakar menyatakan bahwa thoaamuhu adalah bangkainya.
Komentarku ( Mahrus  ali ):
Pendapat yang ketiga dari Abu bakar ini juga beda sekali dengan yang pertama yang menyatakan ikan buruan juga dikatakan tho`aamuhu.mana yang harus di buat pegangan antara  pendapat ke satu, kedua dan ketiga itu. Bacalah selanjutnya dulu
Pendapat Ibnu Umar :
حدثنا ابن بشار , قال : ثنا عبد الوهاب , قال : ثنا أيوب , عن نافع أن عبد الرحمن بن أبي هريرة سأل ابن عمر , فقال : إن البحر قذف حيتانا كثيرة ميتة أفنأكلها ؟ قال : لا تأكلوها ! فلما رجع عبد الله إلى أهله , أخذ المصحف , فقرأ سورة المائدة , فأتى على هذه الآية : { وطعامه متاعا لكم وللسيارة } قال : اذهب , فقل له فليأكله , فإنه طعامه .
…….., Abd rahman bin Abu Hurairah bertanya kepada Ibnu Umar, lalu berkata: Sesungguhnya laut telah melemparkan banyak ikan yang mati , apakah kita boleh memakannya ? . Beliau menjawab: Jangan dimakan !
Ketika  Abdullah ( Ibnu Umar ) kembali kepada keluarganya, beliau mengambil mushaf, lalu membaca surat Al Maidah, lalu sampai ayat ini :
وطعامه متاعا لكم وللسيارة
Beliau berkata: Pergilah, katakan padanya: Makanlah bangkai itu. Sesungguhnya ia adalah makanannya.
Komentarku ( Mahrus  ali ):
Setahu saya atsar Ibnu Umar tsb tafarrud pada Abd rahman bin Abu Hurairah. Penyusun kutubut tis`ah tidak pernah menyatakan dia sebagai perawi terpercaya. Dan hanya Ibnu Hibban yang menyatakan dia sebagai perawi terpercaya. Ibnu Hajar dan Dzahabi tidak mencantumkannya dalam kitab tahdzibnya. Tafarrud sedemikian ini, menurut ulama pakar hadis yang dulu dinyatakan sebagai atsar yang lemah, bukan sahih atau hasan.
،وقال الإمام أحمد :"لا تكتبوا هذه الأحاديث الغرائب فإنها مناكير ، وعامتها عن الضعفاء ".

Imam Ahmad  berkata: Janganlah menulis  hadis – hadis  yang gharib ( nyeleneh ) Sesungguhnya ia adalah hadis  yang munkar . Dan kebanyakanya  adalah lemah.
Seandainya atsar tsb   sahih, tidak bisa di buat hujjah untuk menghalalkan bangkai ikan. Sebab ia sekedar pendapat Ibnu Umar, bukan hadis sahih. Apalagi bila atsar Ibnu Umar  itu lemah bukan atsar yang sahih.
Atsar ibnu Umar itu dikatakan Mauquf  tidak bisa dibuat pegangan lepaskan saja.

سئل الشيخ ابن عثيمين ـ غفر الله له ـ: من الأصول التي يرجع إليها طالب العلم الشرعي أقوال الصحابة ـ رضي الله عنهم ـ فهل هي حجة يُعمل بها؟
فأجاب بقوله: قول الصحابي أقرب إلى الصواب من غيره بلا ريب، وقوله حجة، بشرطين:
أحدهما: أن لا يخالف نص كتاب الله تعالى أو سنة رسوله صلى الله عليه وسلم،
والثاني: أن لا يخالفه صحابيآخر.
فإن خالف الكتاب أو السنة فالحجة في الكتاب أو السنة، ويكون قوله منالخطأ المغفور.
وإن خالف قول صحابي آخر طلب الترجيح بينهما، فمن كان قولهأرجح فهو أحق أن يتبع، وطرق الترجيح تعرف إما من حال الصحابي أو من قرب قوله إلىالقواعد العامة في الشريعة أو نحو ذلك.

Syaikh Ibn Utsaimin – semoga Allah mengampuni dosanya ditanya : Termasuk patokan yang di jadikan rujukan oleh penuntut ilmu Syar`I adalah  perkataan – perkataan sahabat ra . Apakah ia  hujjah yang bisa di amalkan.
Beliau menjawab seraya berkata: Perkataan sahabat lebih dekat kepada kebenaran  dari pada perkataan orang lain tanpa diragukan lagi. Da perkataannya juga hujjah  dengan dua sarat.
1.    Tidak bertentangan dengan nas kitabullah  taala atau sunnah  RasulNya Shallallahu alaihi wa sallam
2.    Tidak menyelisihi dengan perkataan sahabat yang lain.

Bila bertentangan dengan kitab al Quran dan sunnah  Rasul , maka yang dibuat hujjah adalah al quran atau sunnah . Dan perkataannya  termasuk kekeliruan yang di ampun.
Bila perkataan sahabat itu bertentangan dengan perkataan sahabat yang lain, maka  harus di cari jalan tarjih antara keduanya. Barang siapa yang perkataannya lebih rajih , maka lebih berhak untuk di ikuti . Jalan tarjih telah dikenal  kadang dari  kondisi sahabat atau orang yang perkataannya  dekat dengan kaidah  - kaidah umum  dalam sariat  atau sesamanya.
Komentarku ( Mahrus  ali ):
Kesan saya pendapat Syaikh Utsaimin itu hendaknya  seseorang  berpegangan kepada al quran atau hadis bila perkataan sahabat atau hadis mauquf itu bertentangan dengan al quran.
Pendapat Ibnu Abbas sbb:
وحدثنا يعقوب حدثنا ابن علية عن سليمان التيمي عن أبي مجلز عن ابن عباس في قوله" أحل لكم صيد البحر وطعامه" قال طعامه ما قذف
Ibnu Abbas tentang firmanNya:
أحل لكم صيد البحر وطعامه"
Di halalkan bagimu buruan laut dan makanannya.
Beliau menjawab: Makanan nya adalah apa yang dilemparkan ke pantai.
Dalam tafsir ar razi = Mafatihul ghaib  atau tafsir kabir 438/12

تفسير الرازي = مفاتيح الغيب أو التفسير الكبير (12/ 438)
وقال عكرمة عن ابن عباس قال طعامه ما لفظ من ميتة
Ikrimah berkata dari Ibnu Abbas berkata: Tho`aamuhu adalah bangkai  yang dilemparkan ke pantai.
حدثنا سليمان بن عمرو بن خالد البرقي , قال : ثنا محمد بن سلمة , عن خصيف , عن عكرمة , عن ابن عباس : { وطعامه } قال : طعامه المالح منه .
Intinya:
………..,  dari Ibnu Abbas , maksud tho`aamuhu  adalah ikan asin dari laut.
Pendapat Ibnu Abbas ada dua macam:
1. Apa yang dilemparkan ke pantai  mati atau hidup.
2. Ikan asin dari laut
Komentarku ( Mahrus  ali ):
Kesimpulan :
Pendapat Abu bakar tentang tho`aamuhu  :
1.    Seluruh buruan laut
2.    Ikan yang mengambang dan apa yang dilemparkan oleh laut
3.    Bangkainya.
Komentarku ( Mahrus  ali ):
Abu bakar tidak menyebut ikan asin termasuk thoaamuhu.
Pendapat Ibnu Umar tentang thoaamuhu  apa yang dilemparkan ke pantai lalu mati.
Pendapat Ibnu Abbas:
1.    Ikan asin.
2.    Apa yang terdampar di pantai.

Komentarku ( Mahrus  ali ):
Setahu saya, imam Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Nasai, Imam Ahmad  tidak mencantumkan pendapat Abu bakar, Ibn  Umar dan Ibnu Abbas tentang thoaamuhu itu dalam kitab sunan mereka.
Namun saya tidak cocok dengan pendapat yang mengartikan bangkai termasuk thoaamuhu. Pada hal bangkai ikan adalah khobits yang tidak boleh dimakan menurut ayat:
وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ
dan mengharamkan bagi mereka segala yang jember / jijik    Ala`raf 157
بيان المعاني (1/ 434)
«وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبائِثَ» كالميتة والدم ولحم الخنزير وما أهلّ به لغير اللّه والربا والرشوة والخمر والميسر ، وكل ما خبث من الفعل والقول والعمل
Dan mengharamkan bagi mereka  perkara yang khabits  seperti bangkai , darah, daging babi, dan hewan yang di sembelih dengan menyebut nama selain Allah, riba, sogok, khamer , judi dan setiap perkara yang khabits  dari perbuatan, perkataan atau perbuatan.
Bila kita makan bangkai, maka  kita termasuk melanggar ayat sbb:
وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ ۗ وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَىٰ أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ ۖ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ
 ‘Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawankawannya agar mereka membantah kamu dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.’ (al-An’am: 121).”
Bangkai termasuk hewan yang tidak menyebut nama Allah ketika menyembelihnya.
Bila kita makan bangkai ikan, maka kita termasuk melanggar ayat:
قُلْ لَا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقًا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَإِنَّ رَبَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi --karena sesungguhnya semua itu kotor-- atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Al an`am 45
Saya masih cocok dengan pendapat Abu bakar yang menyatakan bahwa  thoaamuhu adalah seluruh buruan ikan laut.
Bangkai yang mengambang  bukan buruan
Bangkai yang terdampar dipantai juga bukan  ikan buruan. Dan tidak layak dimakan manusia yang muslim. Sebab larangan bangkai dalam al quran telah jelas.
إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Al Baqarah 173

Untuk ikan asin, maka  bila ketika menjaringnya dengan membaca bismillah, lalu ada ikan yang mati sebelum di sembelih karena terlalu cepat mati, maka di hukumi halal. Karena ia disamakan dengan hewan buruan darat yang mati ketika di panah dan belum sempat di sembelih. Ia halal selama ketika memanahnya dengan baca bismillah  sebagaimana  hadis yang baru diterangkan.
Tapi bila ketika melemparkan jaringan tidak di bacakan bismillah, lalu ikan yang tertangkap mati, hukumnya bangkai yang harus dibuang, dan haram dijual belikan karena ada hadis:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ  صَلَّى اللُهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللهَ حَرَّمَ الْخَمْرَ وَثَمَنَهَا وَحَرَّمَ الْمَيْتَةَ وَثَمَنَهَا وَحَرَّمَ الْخِنْزِيرَ وَثَمَنَهُ

Dari Abu Hurairah ra , sesungguhnya Rasulullah SAW  berkata : Sesungguhnya Allah mengharamkan khomer ,bangkai.babi dan harga – harganya . HR Abu Dawud 3485
Imam Syafii pernah berkata:  

اختلاف الحديث لمحمد الشافعي (ص: 154)
وقال في الآية الاخرى " أحل لكم صيد البحر
وطعامه متاعا لكم " فاحتمل أن يصيدوا صيد البحر وأن يأكلوه إن لم
يصيدوه وأن يكون ذلك طعامه
Allah berfirman dalam ayat lain sbb:
أحل لكم صيد البحر  وطعامه متاعا لكم
 Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanannya sebagai makanan yang lezat bagimu,
Mungkin sekali mereka berburu buruan laut, dan mereka makan bila tidak berburu dan hendaklah itu sebagai tho`amnya ( makanannya ).
Saya juga bisa cocok  dengan pendapat Ibnu Abbas yang menyatakan  tho`amuhu adalah ikan asin. Tapi saratnya  tho`amuhu  di artikan makanan yang berasal  dari laut. Jadi tho`amuhu itu  adalah tho`amul bahri maksudnya makanan dari laut sebagaimana  tafsir depag terjemahan sbb:
أُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ وَطَعَامُهُ مَتَاعًا لَّكُمْ وَلِلسَّيَّارَةِ ۖ وَحُرِّمَ عَلَيْكُمْ صَيْدُ الْبَرِّ مَا دُمْتُمْ حُرُمًا ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan bertakwalah kepada Allah Yang kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan. 96 Maidah.
Tapi ada sarat dalam ikan asin disini adalah menjalanya dengan tehnis yang syar`I, yaitu membaca bismillah dulu. Bila dapat ikan hidup, sembelihlah dengan nama Allah . Caranya bukalah di bagian kepalanya yang bawah lalu putus urat insangnya  dengan pisau yang tajam, atau boleh juga di bawah kepalanya langsung. Yang penting di sembelih dengan nama Allah bukan dibiarkan mati.
Bila  ikan cepat mati sebelum di sembelih dan anda juga ingin menyembelihnya tapi tidak cukup waktunya dan ikan sudah mati, pada hal anda  sudah berusaha menyembelihnya , maka insya Allah ikan itu halal. Sebab ketika menjalanya anda sudah membaca bismillah.
Untuk ikan asin di pasar itu kebanyakan di jaring tanpa baca bismillah.Jadi hukumnya tidak boleh dimakan dan bisa dianggap bangkai yang harus dibuang dan jangan dimakan.
  Ada orang bilang, apakah tidak israf membuang bangkai itu?
Saya katakan : Itu sebagaimana Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam  menyuruh buang khamer. Pada hal ia adalah  benda yang bisa jadi uang saat itu.
Ingat! Tafsir tho`aamuhu dalam ayat 96 Maidah dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam  sendiri tidak saya jumpai dalam hadis yang sahih. Maunya saya diam saja  sebagaimana Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam  diam dalam masalah ini. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam  diam  karena tidak ada yang bertanya  tentang  masalah itu. Sedang saya mendapat banyak pertanyaan tentang hal itu.
Bila  tidak saya jawab, akan menjadi polemik berkepanjangan, bukan solusi yang baik. Akhirnya saya pilihkan dari atsar salaf yang cocok dengan al Quran bukan pendapat sahabat yang bertentangan dengannya.
وَقَالَ أَبُو حَنِيفَة - رَحِمَهُ اللَّه تَعَالَى - لَا يُؤْكَل مَا مَاتَ فِي الْبَحْر كَمَا لَا يُؤْكَل مَا مَاتَ فِي الْبَرّ لِعُمُومِ قَوْله تَعَالَى " حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ الْمَيْتَة
Imam Abu Hanifah  rahimahullah taala  berkata: Tidak boleh dimakan hewan  yang mati di laut  sebagaimana  tidak boleh dimakan hewan yang mati di darat karena firman Allah taala  yang masih umum : Yaitu bangkai diharamkan untuk mu
تفسير مفاتيح الغيب (ص: 2142)
فعن علي رضي اللّه عنه أنه قال: ما طفا من صيد البحر فلا نأكله، و هذا أيضا مروي عن ابن عباس و جابر بن عبد اللَّه،
Dari Ali ra , sesungguhnya beliau berkata: Ikan yang mengambang dari ikan buruan laut, maka kita tidak memakannya – ini juga diriwayatkan dari Ibn Abbas dan Jabir bin Abdullah.
Saya sering membeli ikan gurami yang masih hidup, lalu penjaganya mengambilnya dari kolam, lalu di ambilkan palu besar untuk memukul kepala gurami itu.Saya melarangnya. Ini tidak boleh dan termasuk hewan yang matinya dipukul yang haram di makan. Saya perintahkan kepadanya  untuk membaca bismillah  untuk menyembelhnya dengan pisau yang tajam di bawah kepalanya atau diputus insangnya.
Bila ikan gurami di sembelih dengan tidak menyebut nama Allah, maka tetap hukumnya adalah bangkai yang tidak bisa dimakan sebagaimana ayat:
وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ ۗ وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَىٰ أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ ۖ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ
 ‘Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawankawannya agar mereka membantah kamu dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.’ (al-An’am: 121).” Jadi harus di sembelih dengan nama Allah.
Bila ikan gurami itu dibiarkan mati sendiri juga termasuk bangkai yang tidak boleh dimakan, haram juga diberikan kepada orang sebagaimana ayat:
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَن تَسْتَقْسِمُوا بِالْأَزْلَامِ ۚ ذَٰلِكُمْ فِسْقٌ ۗ
   Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Maidah 3
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan