Senin, Februari 09, 2015

HIDUP ALA BIDAH



Akhwatt AL Salafiyyah

Tinggal di Daerah Khusus Ibukota Jakarta dari Riyadh menulis :

HIDUP ALA BIDAH
Sebagai 'wong jowo', saya merasakan betul betapa yang
namanya adat terkadang mbikin hidup tambah ruwet. Mungkin
tadinya bermaksud baik, namun seiring bergesernya waktu, adat
yang tadinya terlihat adiluhung, malah terasa menyesakkan hidup,
apalagi kalo diembel-embeli keyakinan....
Saya gak begitu tahu banyak adat-adat apa yang harus dilalui
seumur hidup manusia. Namun yang sedikit saya ketahui saja
sudah cukup merepotkan manusia. Di sini saya kutipkan sedikit :
FASE KEHAMILAN
Fase ini harus dilalui dengan banyak berpantang, wong jowo
nyebut "ra ilok", wong sunda bilang "pamali" atau pantangan yang
gak pantes dilakukan.
Misalnya :
- Pas hamil kalo ngidam harus dituruti, biar anaknya gak ngileran
atau ngecesan.
Wes ra usah nanyak dalile, karena mmg gk ada !!
- Kenthut jangan kenceng2, biar anaknya gak dobolen.
- Makan jangan glegeken (sendawa), biar anaknya gak buncit perutnya.
- Kalo lihat orang cacat harus bilang "amit-amit jabang bayi", biar anaknya tidak lahir cacat.
Ini semua ajaran dari mana ya ?? Yang jelas bukan dari Islam.
- Gak boleh makan ikan mujahir, biar anaknya nggak ndoweh wal
ndawir ataupun mencos
- Gak boleh nyembelih binatang, takut anaknya lahir kehilangan
organ tubuh..
Dan masih buanyaaak contoh lainnya..
Dan, kalo pengen tau dalile "adat2" diatas jangan buka kitab hadits,
gak bakal ketemu, tapi coba buka primbon atau nanya mbah dukun.
Ada juga upacara mitoni. Jangan sangka ini upacara nyembelih
ular piton, bukan. Ini upacara menyambut usia kehamilan bulan
ke tujuh.
Semua itu ntah mau disebut apa kalo bukan bid'ah dan kurafat, bahkan
bisa-bisa masuk dalam perkara syirik.
FASE KELAHIRAN SAMPAI PERNIKAHAN
Begitu lahir ceprot, ada upacara nanam ari-ari. Bayi laki ari2nya
ditanam di samping kanan rumah, bayi perempuan di samping
kiri rumah. Sambil dipasangi lampu teplok.
Lima hari kemudian "sepasaran bayi", lalu tiap selapan (35 hari)
dibancaki. Bancakan weton namanya. Dulu menunya nasi urap
(gudhangan) plus telor satu dibagi enambelas. Jan nyamleng tenan.
Ini masih ditambahi tiap tahun diulang-tahuni. Ritual yang
melelahkan.
Nah saat bisa jalan pun ada upacara "Tedhak
Sinten", yakni syukuran si anak bisa napak jalan. Mungki orangtuanya
khawatir, anaknya jalan gak ngambah lemah, kayak
kuntilanak saja.
Nah begitu puber, mulailah ritual dewasa. Yang pertama latihan
bermuka dua dengan pacaran. Muka dua ?? Lha iya, jika didepan
pacar, semua diperlihatkan yang manis-manis dan bagus2.
Meludah yang sopan, wahing diempet, angop ditutupi, kenthut
dikempit. Waaah, teori John Robert Power dijalani semuah. Begitu di
rumah ida-idu hoak-hoek, wahing gebras-gebres, angop
ngowoh, ngenthut bass bess, dst. Semua itu konangan setelah
jadi suami isteri.
Trus mulailah ritual lamaran, tukar cincin dengan sederet
upacaranya. Nah memasuki pernikahan, adat yang harus
dilaksanakan sak tumpuk. Apalagi orang jawa paling seneng
dengan yang namanya "pepindhan' alias perlambang.
Contoh :
Dipasangilah saat upacara pernikahan pohon tebu.
Maksudnya biar manteb di kalbu.
Ha ncene ilmu gathuk.
Ada juga Cengkir, agar kenceng anggone mikir. Trus ada
upacara sawat-sawatan (saling melempar) daun sirih sambil
ketawa-ketawi. Padahal boleh jadi setahun kemudian itu daun
sirih diganti batako, sambil saling pisuh-pisuhan suami isteri.
Lalu tidak lupa ritual nginjek telur.
Iki maneh, telur kok diinjek, mbok ya digoreng saja..
Di belakang upacara itu, sang pawang hujan sibuk komat-kamit
nolak hujan biar tamunya banyak yang datang. Salah satu cara
nolak hujan yang konon katanya manjur adalah dengan
melempar celana dalam sang penganten perempuan ke atas
genting rumah.
Subhanallaah, selain bertentangan dg syari'at, juga bertentangan
dg akal sehat !!
Belum lagi di dapur, mbah dukun sibuk nyajeni pawon (tungku api),
kalo sekarang kompor. Katanya biar panas apinya. Kalo kurang sajen
dan apinya gak panas, masakannya lama matengnya. Keburu tamunya
gumruduk pada ngumpul kleleran belum disuguh.
Hayyaaah, api kok kurangpanas ???, mbok dinyunyukne bathuke mbah
dukune ben kroso !!
Dan masih buannyaaak contoh adat entah berantah lainnya, semua dijalani
dengan penuh keruwetan. Lebih terasa ruwet saat dijalani oleh orang
dengan aktifitas penuh kesibukan seperti sekarang.
Saya bukan orang yang anti dengan adat istiadat. Namun adat
yang berbau bid'ah, kurafat, tahayul, atau bahkan bisa mengarah pada
syirik, dan tidak mendidik hendaknya dieliminir saja.
Ingat, Islam datang untuk membuat hidup sampeyan lebih mudah.
Itulah yang dimangsud, "Yuriidullohu bikumul yusro, walaa yuriidu bikumul 'usro"
(Allah menghendaki kemudahan buat kalian, dan tidak menghendaki kesukaran
atas kalian).
Wallahu Ta'ala A'lam bish showaab. Hanya pada Allaah kita memohon petunjuk
dan hidayah.
Semoga bisa diambil manfaatnya.

Komentarku ( Mahrus  ali ):
Itu semua adalah adat peninggalan leluhur yang hina yaitu yang agamanya Hindu  bukan leluhur yang mulia yaitu para sahabat. Buang saja dan ambillah adat orang sekarang yang cocok dengan Islam  sekalipun beda dengan hawa nafsu masarakat. Ikutilah ayat :
ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.. Jatsiyah 18


Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan