Rabu, Mei 20, 2015

Jawaban atas Taujihat Abu Thalut

 

abu tholut Oleh: Anshar Dawlah Al-Mazlumah

Beberapa waktu lalu ada makalah “Taujihat dari balik jeruji’ TULISAN ABU THALUT, di didalamnya panjang lebar Abu Thalut dengan nada emosionalnya mengatakan dan mengkritisi Dawlah Khilafah, Jubirnya yaitu Syekh Al-Adnany –hafidzhahullah– ini dan itu sehingga jihad dan pengorbanannya tidaklah bernilai dimata seorang alumni Afghan ini!, apakah Abu Thalut tidak paham makna hadits “Diam itu adalah hikmah” atau juga belum pernah baca hadits “katakanlah yang baik atau diam” ??? yang mana mayoritas manusia, mereka tidak diam dan tidak mengambil hikmah darinya! kenapa Abu Thalut tersulut dengan mayoritas manusia, berjubel dan berbusanya lisan mereka? Sedangkan versi Al-Qur’an mayoritas manusia adalah sesat!
Afalaa ta’qilun ya Aba Thalut?
Semua orang juga tahu bahwa hari ini, mata dan lisan semua musuh sedang menuju satu titik untuk dihabisi dan dibumi hanguskan dari muka bumi ini, yaitu musuh bersama mereka yang bernama Dawlah Khilafah, yang orang ’dungu’ masih menyebutnya ISIS dan orang sakit hati yang menyebutnya jama’ah Al-Bagdady atau apalah penyebutan lainnya?. Jadi, ada satu kesamaan antara musuh yang berbulu asli dangan yang berbulu domba, mereka saling melengkapi satu sama lain. Lengkap sudah dan pas dengan hadits Nabi: “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian seperti menyerbu makanan di atas piring….”[1].
Abu Thalut dengan informasi yang ada kami yakin beliau tidak buta berita dan realita yang berkembang bahwa Amerika, Yahudi beserta aliansinya tidak pernah diam untuk melumatkan kekuatan jihad dan tamkin Dawlah Khilafah, lantas apa urusanya abu Thalut  sehingga ucapan dan tindakannya menguntungkan Amerika dan sekutunya?!
Apakah ada hubungan politik dan ideologi antara Abu Thalut  dengan Amerika dan sekutunya?!
Ada hubungan apa anda wahai Abu Thalut?
Jika musuh dengan media dan misilnya sangat menyakitkan Dawlah Khilafah, sedangankan lisan dan tingkah anda juga sangat menyakitkan! Kalau begitu kenapa anda tidak menjadi bagian koalisi saja biar jelas dan terang?.
Saat ini media sekuler sedang diuntungkan oleh lisan dan media hasut kalian begitupun sebaliknya sehingga mencoloklah koalisi bersama tanapa sadar. Jika tadinya media sekuler melihat dan memandang Khilafah dengan kecamata miringnya bahwa ia adalah dawlah haus darah, dawlah membunuh wanita dan anak-anak, dawlah merampok dan memperkosa atau apa saja yang mereka sematkan dengan kecamata hitamnya. Lalu datanglah media domba semacam arrahmah, muqowamah, An-najah dan selusin media hasad lainnya dengan kemasan seolah ilmiah dan benar mengatakan bahwa dawlah khilafah ini adalah khawarij dan takfiri atau sematan lainnya yang terlihat itu adalah kajian ilmu, padahal sejatinya itu adalah kajian hasad yang memaksakan diri, terkadang tanpa malu terus menerus menyebut dawlah dengan sematan-sematan yang jauh api dari panggang, mereka sendiri masih bingung menerapkan teori dan kaidah takfir kepada dawlah karena realitanya tidak seperti yang mereka tuduhkan, bagaiamana bisa sedangkan dawlah tidak memiliki ciri-ciri itu!
Jadi, saking populernya bahasan khawarij dan takfiry[2] yang mereka sematkan kepada dawlah pada hari ini dan seterusnya, media-media sekuler pun menambah bahasan dalam berita-berita mereka seperti yang diulas oleh kompas cs dalam beberapa edisi yang pernah kami baca, dan itu sebagai hasil copy paste dari media-media hasut dan hasad diatas, tentu juga tidak lepas dari hasil lisan anda wahai Abu Thalut. Laa haulaa walaaquwwata illaa billah
Jika sebelumnya yang berteriak “Khawarij dan Takfiri” adalah salafi imitasi maka pada hari ini sudah setali tiga uang, yaitu satu dalam tiga, tiga dalam satu, itulah tiga unsur yang terdiri dari kaum shahwat (mujahid  imitasi), salafi imitasi (Maz’um) dan kaum islamiyyun (sekuler tanpa sadar) plus sekuler asli.
Setidaknya Abu Thalut dan barisannya paham apa yang dikatakan oleh Sya-ir:
“Aku kenali keburukan tidak untuk berbuat buruk, akan tetapi untuk menjaga diri”
“Barang siapa yang tidak dapat membedakan antara kebaikan dan keburukan, maka akan terjerumus ke dalamnya”
Berikut ini kiranya jawaban kami atas taujihatnya Abu Thalut (sang pendekar penentang Dawlah Khilafah)
Bagian I:
AT/Abu Thalut: Apakah  ada teladan dari Rasulullah serta assalafus shaleh apabila terjadi perbedaan maka solusinya melakukan mubahala?Setahu saya bila ada perbedaan ijtihady maka dilakukan tarjih
AD/Anshar Dawlah : Wahai AT, bukankah mubahala itu sendiri bagian dari pada sunnah ini, bukankah Rasulullah sendiri telah melakukannya? Harusnya anda tidak bertanya demikian karena pertanyaan anda terbantah oleh sunnah itu sendiri. Adanya mubahala bukan karena satu kesamaan dan kebenaran akan tetapi justru adanya perbedaan yang mendasar -bisa perbedaan fiqh, apa lagi aqidah?- pada kedua belah pihak. Tidak penting apakah itu masuk wilayah ijtihadiyah atau tidak! Bukankah urusan ijtihadiyah juga bisa menjadi polemik dan perbedaan yang mendasar, apa lagi ada unsur kedustaan dan kebohongan didalamnya? Dengan demikian bisa dan sah-sah saja jika satu pihak menginginkan jalan mubahala dengan harapan akan terbongkar dibalik sisi-sisi dustanya meskipun itu atas nama ijtihadiyah!. Jangan salah, hari ini banyak mujtahid dusta seperti ada salah satu jama’ah yang berkeyakinan bahwa ”ijtihad amir harus kalah dengan ijtihad dewan syura atau anggota”. Apakah anda salah satu berkeyakinan demikian? Jika iya maka sungguh musibah besar dibalik gamis afghan anda!
Anda mengatakan: setahu saya, itu dalam koridor mujtahid apa dulu? Jika itu mujtahid tulen yang dibalik jubah mereka ada kujujuran dan mereka lebih dekat dengan sabda nabi “warisan para Nabi” maka iya dan benar harus menempuh jalan tarjih, juga tidak ada salahnya mereka bermubahala sekalipun, semua demi kebenaran dan kejujuran! hanya saja pembelotan dan khaa-innya Jabhah Nushrah dari induk dan amirnya harus dijawab dengan mubahala, bukankah mereka lebih jujur kepada shahawat daripada kepada amir dan induknya? Apakah ada jaminan bahwa mereka adalah mujtahid tulen dan memenuhi syarat didalamnya? Apa gerangan dengan kita termasuk anda wahai Abu Thalut!
Karena Anda mengatakan: Setahu saya maka berikut ini ada ilmu mengajarkan anda, yaitu bahwa dalam hukum mubahala itu berlaku dalam segala hal yang berkaitan dien, dalam masalah fiqh maupun aqidah, tidak terbatas!
Al-Qashimi berkata dalam mahasin At-ta’wil: Diambil kesimpulan dari ayat itu (ayat tentang mubahala) kebolehan adu argument di dalam urusan dien, dan bahwa orang-orang yang mendebat yang mengingkari suatu dari syariat ini maka boleh mengajaknya untuk bermubahala, sebagai sikap mencontoh apa yang diperintahkan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Berikut ini adalah beberapa contoh salaf bermula’anah/bermubahala diantara mereka:
Al Kaziruniy berkata di dalam Tafsirnya: “Terjadi pengkajian di sisi syaikh kami Al ‘Allamah Ad Dawaniy -semoga Allah mensucikan batinnya- perihal kebolehan mubahalah setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau menulis satu risalah perihal syarat-syaratnya yang disimpulkan dari Al Kitab, As Sunnah, Atsar dan ucapan para imam. Dan kesimpulan ucapannya di dalam risalahnya itu adalah bahwa mubahalah tidak boleh kecuali dalam hal yang penting secara syari’at dan terjadi di dalamnya kesamaran dan pembangkangan yang tidak mudah dilenyapkan kecuali dengan mubahalah. Sehingga disyaratkan mubahalah itu dilakukan setelah penegakan hujjah, upaya pelenyapan syubhat dan pengedepanan nasehat dan peringatan serta ketidakmanfaatan hal ini dan juga adanya kepentingan yang mendesak terhadapnya.”
Kemudian beliau berkata: ” Al Imam Shiddiq khan berkata di dalam Tafsirnya: “Al Hafidh Ibnul Qayyim rahimahullah telah mengajak orang yang menyelisihinya di dalam permasalahan Shifat Ar Rabb Ta’ala Sya-nuhu dan pemberlakuannya sesuai dhahirnya tanpa ta’wil, tahrif dan ta’thil, (beliau mengajaknya) untuk melakukan mubahalah di antara Rukun (pilar pojok Ka’bah) dan Maqam Ibrahim, namun orang itu tidak menyambut ajakannya itu dan dia takut keburukan akibatnya.” Dan kisah ini selengkapnya bisa dilihat di dalam Kitab-nya yang terkenal dengan nama (An Nuniyyah) -selesai-.”
Dan beliau telah menyebutkan di dalam Zadul Ma’ad pada fasal fiqh kisah duta-duta Najran, yang teksnya: “Dan di antaranya bahwa sunnahnya dalam mendebat penganut kebatilan bila hujjah Allah telah tegak terhadap mereka dan mereka tidak mau rujuk namun malah bersikukuh di atas pembangkangan adalah mengajak mereka untuk melakukan mubahalah, dan Allah Subhanahu telah memerintahkan hal itu kepada Rasul-Nya, dan Allah tidak mengatakan bahwa hal itu tidak berlaku bagi umatmu sesudahmu. Dan keponakan beliau yaitu Abdullah Ibnu ‘Abbas telah mengajak mubahalah orang yang mengingkari sebagian masalah furu’ (Fiqih) terhadap beliau, dan para sahabat tidak mengingkarinya[3], dan Al Auza’iy telah mengajak Sufyan Ats Tsauriy untuk bermubahalah di dalam masalah mengangkat kedua tangan, dan ia tidak diingkari atas hal itu, dan ini adalah di antara kesempurnaan hujjah -selesai-.”
Dan berdasarkan atas hal itu, maka sesungguhnya apa yang dilakukan oleh Syaikh Al ‘Adnaniy berupa mubahalah terhadap Abu Abdillah asy Syamiy Syar’iy Jabhah Nushrah adalah hal yang syar’iy yang shahih lagi tidak apa-apa di dalamnya.

Hal ini dikuatkan lagi bahwa urusan yang mana Al ‘Adnaniy mengajak mubahalah di dalamnya adalah urusan yang besar dan perkara yang sensitif dari sekian permasalahan umat, dikarenakan ia berkaitan dengan nasib jihad di benteng penting dari sekian benteng-benteng islam dan kaum muslimin di akhir zaman, yaitu bumi Syam yang penuh berkah.

Faidah ‘Ilmiyyah:
Al Qasimiy berkata di dalam tafsirnya: “Az Zamakhsyariy berkata: Bila kamu mengatakan (bahwa) ajakannya kepada mubahalah itu tidak lain adalah untuk membuktikan siapa yang dusta apa dia atau lawannya, sedangkan itu adalah hal khusus bagi dia dan orang yang mendustakannya, maka apa makna penggabungan anak-anak dan para isteri? Maka saya katakan: Itu adalah lebih kuat di dalam menunjukkan terhadap ketsiqahannya dengan keadaannya, dan kemantapannya dengan kejujurannya, di mana dia berani menggadangkan buah hatinya dan belahan jiwanya serta orang-orang yang paling dia cinta ke dalam hal itu, dan dia tidak merasa cukup dengan penggadangan dirinya saja, dan dia mengetahui kebenarannya dengan kebohongan lawannya supaya si lawan itu binasa bersama buah hati dan belahan jiwanya dengan kebinasaan yang total bila mubahalah itu sudah terlaksana. Sebab anak-anak dan para isteri khusus disebutkan adalah dikarenakan mereka itu orang-orang yang paling dekat dengan hati, di mana orang itu rela menebus mereka dengan dirinya dan berperang untuk melindunginya sampai terbunuh, oleh karena itu orang-orang dahulu membawa para isteri-isteri mereka di dalam peperangan supaya menghalangi mereka dari melarikan diri dan mereka rela membela para isteri itu dengan jiwa mereka dengan pembelaan yang sebenarnya.  Dan Allah mengedepankan mereka (anak isteri) terhadap diri mereka sendiri di dalam penyebutan dalam rangka mengingatkan terhadap kelembutan posisi mereka dan kedekatan kedudukan mereka, dan dalam rangka mengisyaratkan bahwa anak isteri itu lebih dikedepankan atas diri sendiri lagi ditebus dengannya.” Selesai.

Silakan Rujuk Makalah: Mubahalah Al ‘Adnaniy Dalam Timbangan Syari’at. http://www.millahibrahim.wordpress.com

AT : Bila kita kaji Asbabunnuzul ayat mubahala akan dijumpai bahwa perkara ini antara Rasulullah dan ahlul kitab dalam hal persoalan ushulu diin bukan ijtihady.
AD : wahai AT, anda harus tahu bahwa ada kaidah ilmu “Sebuah hukum harus dibangun dengan keumuman lafazh bukan kehususan sabab” dari kaidah tersebut dapat dipahami bahwa hukum mubahala itu ada, dan berlaku kapan saja atas siapa pun tanpa terikat (baik ijtihadi atau tidak, muslim atau tidak). Jika kita membatasi hukum mubahala maka sama saja kita tidak paham kaidah ilmu tersebut yang berarti menyempitkan makna hukum dan islam itu sendiri. Dan saya kira apa salahnya juga Abu Thalut dengan Anshar Dawlah untuk terlibat mubahala, apakah Dawlah Islamiyah yang benar atau Abu Thalut yang salah, atau sebaliknya. Ini sah-sah saja mengingat selama ini Abu Thalut sendiri merasa benar dengan banyak mencela dan menghina Dawlah dan Junudnya. Silakan! biar siapa yang akan tenggelam lebih dahulu sebagaimana tenggelam dan hilangnya Abu Abdullah Asyami[4] sampai sekarang tidak tahu dimana rimbanya? Sedangkan Jubir Dawlah, Syekh Al-Adnany makin bersinar dan terus bermunculan audio dan videonya. Inilah keadilan Allah….
AT : Al-Adnany sendiri menyatakan didalam pidatonya bahwa perbedaan dawlahnya dengan Al-Qaeda adalah “khilaful manhaj” (perbedaan manhaj) jelas bukan perbedaan ijtihady
AD : Wahai AT, Jauh sebelum Syekh Al-Adnany menyatakan “khilaful Manhaj” maka jangan heran atau pura-pura tidak tahu bahwa Amir Al-Qaeda lebih dahulu berteriak bahwa Dawlah Khilafah adalah anak-cucu Ibnu Muljam, khawarij dan takfiri[5]. Sesungguhnya siapa sebenarnya lebih dahulu mengatakan “Khilaful Manhaj” ?, ketika Amir Al-Qaeda mengatakan Ibnu Muljam bermakna Khawarij dan Takfiri, apakah itu tidak berkonsekuensi “khilaful Manhaj” ? apakah anda membela diri, lalu mengatakan bahwa ucapan amir Al-Qaeda tersebut tidak berkonsekuensi apa-apa? Lantas kami bertanya: apakah manhaj khawarij dan manhaj Ahlus sunnah itu sama? Jika tidak sama berarti ucapan amir Al-Qaeda tersebut benar mengandung konsekuensi “khilaful manhaj”. Jadi, ternyata yang membuka koedok persoalan “khilaful manhaj” pada awalnya bukanlah Dawlah khilafah akan tetapi kalian sendiri lewat lisan “hakimul ummahat”. Sedangkan Syekh Al-Adnany hanyalah reaktif tanpa mendahului, itu pun setelah menela’ah dan pempelajari apa yang disebut Sepeniggal Syekh Usama yang berhaluan Irja’i, orang-orang yang membelotkan tujuan dan garis-garis perjungan beliau -Allahu Yarham-. Sebenarnya ucapan syekh Al-Adnany tidak berlebihan mengingat ketergelinciran tanzhim dan orang-orang yang ada didalamnya begitu jauh. Ini bisa dilihat dengan kemenangan Syi’ah Hautsi Yaman yang selama ini dibiarkan tanpa dikafirkan, apa lagi diperangi? Kemenangan Syi’ah Hautsi akibat ketergeliciran manhaj tanzhim, dan ini harus kalian pertanggung jawabkan karena kalian lebih senior di Yaman! Sedangkan saat itu kalian datang ke kota Dammaj atas undangan salafi Maz’um (Muqbiliyyun)[6] dan kalian berhasil memukul mundur Hautsi tanpa menghancurkannya, begitu pun hari ini, kalian memerangi Hautsi karena Hautsi menang dan memerangi kalian, semata-mata bukan kekafirannya! Itulah manhaj kalian yang Allah bongkar
Bagian II:
SYEKH AL-MAQDISI TENTANG PILOT YORDAN
Abu Thalut/AT dengan mengutip cerita dari Al-jazeera.net yang konon itu testimoning Al-Maqdisi, dan itu katanya hasil wawancara Al-Jazeera.net terhadap beliau. Yang kesimpulanya bahwa Syekh menjadi mediasi[7]. Terlepas itu benar  atau tidak! Yang jelas bahwa Dawlah dalam mengambil keputusan tidak membutuhkan Fatwa dan ocehan orang-orang yang bersebrangan dengannya, apa lagi orang itu cupup popular dalam penentangannya. Sebagaimana Abu Thalut tidak akan mendengar ucapan Dawlah dan Ansharnya hanya karena dalam benak Abu Thalut bahwa Dawlah dan ansharnya adalah pembunuh, penipu, khawarij, takfiri dan bodoh atau apalah kebiasaan lisan Abu Thalut? Apalagi teringat bahwa Dawlah “membunuh” gurunya yaitu Abu Khalid As-suri. Aneh, di Syam saja tidak bisa membuktikan, siapa yang membunuh Abu Khalid As-suri tapi dari balik jeruji LP Kedung Pane Semarang, Abu Thalut bisa membuktikannya? Luar biasa, begitu hebatnya media dan opini sampai-sampai Abu Thalut termakan dengannya, apa gerangan dengan orang awam?!
Dalam terstimoni tersebut Al-Maqdisi berkesimpulan “Dawlah tidak bisa dipercaya” dan mengatakan: “MEREKA (DAWLAH) PARA TUKANG TIPUDAYA DAN PARA PEMBOHONG”
Tipudaya dan pembohong? Wahai Syekh, tidak kah anda sadar bahwa anda bukanlah berada dalam barisan Dawlah bahkan juga bukan simpatisan! Kalau begitu bagaimana dawlah bisa percaya kepada orang di luar,sedangkan orang itu hanya bisa mencela dan mencela! Kalau memang Dawlah berbohong kepada anda, apa itu salah? Sedangkan dalam ilmu politik dan strategis jujur kepada interen saja salah, apa gerangan jujur kepada pencela lagi diluar pagar? Ilmu fiqih mengajarkan hal itu, fiqh siyasah dan waqi’iyah sudah ada dalam benak anda wahai syekh, tapi kenapa anda berharap dawlah jujur sedangkan anda tidak pernah jujur kepada dawlah, apakah ini adil wahai syekh? Wahai Abu Thalut, jujurlah anda kepada Dawlah dan Ansharnya jika anda menginginkan keadilan dari dawlah dan ansharnya. Tahan lisan mu, sejenak saja lisan mu berhenti itu membuat musuh marah karena pada hari ini, siapa pun yang bersebrangan dengan Dawlah maka akan di apresiasi kalau perlu menjadi mitranya! Kami yakin anda tidak ingin menjadi mitra mereka.
Jika Abu Thalut pernah menyaksikan Video pembakaran itu, harusnya sadar betapa hebatnya kejahatan sang pilot itu, betapa melelehnya darah kaum muslimin karena dahsyatnya pemboman itu. Dari tontonan itu harusnya naluri Syar’i Abu Tahlut berbicara jujur atau paling tidak diam! Ilmu Syar’i, politik dan Waqi’iyah anda harusnya diterapkan bahwa pembakaran itu pilihan yang paling Syar’i meskipun ditukar dengan kesyahidan ukhtuna Sajidah Ar-Risywah. Timbangan Syar’i yang dipilih oleh dawlah memang membingungkan dunia karena dunia pada umumnya adalah kontra dan mau menjadi rivalnya, bagaimana mungkin kalian (para pendengki) bisa menerima meskipun ilmu syar’i sudah dikuasai, dan itu tidak bermanfaat selama hati kalian terus diatas kedengkian dan selama buah pikiran kalian menguntungkan musuh?! Sungguh ilmu Syar’i kalian hanyalah teori belaka sedangkan Dawlah dalam menerapkan hal “pembakaran pilot” tsb mendahulukan  “Fiqh Al-‘Aulawiyah” plus “Asiyasah An-Nabawiyah” plus “Al-Waqi’iyah” plus “Al Mashalihu wal Mafaasid” sebagaimana juga Dawlah sudah menyajikan begitu banyak nash yang berhubugan hal tersebut. Silakan Tonton lagi videonya atau baca naskah-naskah bertebaran yang berhubungan dengannya
AT : Saya berpendapat bahwa paling tidak ditemukan ada dua bukti yang menunjukan bahwa Al-Bagdady dan Jama’ahnya hanya berkeinginan semata-mata membunuh pilot Yordan tersebut dan sama sekali tidak ada keinginan untuk membebaskan ukhti Muslimah Sajidah Ar-Risyawah:
Pertama: Kisah Syekh Al-Magdisi diatas yang menunjukan bagaimana mereka meperdaya dan membohongi Syekh Al-Maqdisi atas nama pembebasan Sajidah
Kedua: Bahwa tuntutan mereka (Dawlah) yang awal adalah uang tebusan berjumlah trilyunan rupiah untuk pembebasan pilot itu dan bukan pertukaran itu.
AD :
 Pertama: Wahai Abu Thalut, sebagaimana sudah kami jelaskan diatas bahwa Syekh Al-Maqdisi bukanlah simpatisan Dawlah, apa lagi petingginya, justru Syekh begitu jelas dan nampak penentangannya, bagaimana bisa Dawlah mempercayainya? Jika saja beliau mengambil jalan tawaquf tanpa mencela Dawlah mungkin masih ada harapan untuk dipercaya!. Lagi-lagi hal itu bersumber dari media paling sekuler di Timur tengah yaitu Al-Jazeera, apa ada jaminan bahwa testimoni/wawancara itu tidak dikebiri oleh mereka? Siapa yang menjamin bahwa beliau tidak dalam tekanan thagut Yordan? Siapa dan siapa dari kalian bisa menjaminnya? Aduhai, Sungguh dawlah Al-Mazhlumah dan kalian tanpa sadar menzholiminya.
Kedua: Dengan akar kemarahan dan tidaklah berpikir lurus, walau hanya berbaik sangka… bagaimana bisa dan dari mana sumbernya sehingga Abu Thalut menuding bahwa Dawlah hanya mencari uang trilyunan rupiah, bagaiaman itu bisa terjadi wahai Abu Thalut sedangkan hal itu/tuduhan anda  bertolak belakang dengan realita. Dawlah mengambil pilihan membakar -meski tanpa tukar dengan sajidah- itu saja menjadi pilihan terberat dan sulit! Karena timbangan antara kejahatan pilot yang harus diqishos dan pilihan membebaskan seorang muslimah! Bagaiamana bisa anda menuduh demikian wahai alumni “Jihad” Afghan? Jika saja Dawlah memilih ambil uang tentu Yordan sangat mudah mengupulkan uang yang di inginkan Dawlah, sebesar apa pun dawlah inginkan? Tapi realita membantah anda wahai Abu Thalut, yaitu dawlah tegas, jujur dan tidak sepeser pun yang diambil karena pembakaran itu menandakan “dawlah bukan mata duitan”. Sedangkan Ukhtuna muslimah Sajidah telah menang dengan kesyahidannya, dawlah telah berjasa atasnya. Lantas kenapa anda yang sewot?
Bagian III
SYEKH AL-MAQDISI TENTANG SANDERA DAWLAH BERNAMA ALAN HENING.
Untuk diketahui bersama bahwa persoalan Alan Hening harus kita dudukan sebagai timbangan untuk mengukur, apakah Alan Hening yang kita bela atau Dawlah Khilafah?. Jika Alan Hening yang masih diperdebatkan ke Islamannya dan statusnya, apakah dia benar-benar pekerja social atau agen spionase? Kenapa kita malah menzholimi Dawlah sedangkan dawlah dimata anda begitu jelas dan nampak ke islaman dan perjuangannya? Seorang muslim yang adil harusnya mengambil yang jelas bukan malah berpegang pada hal yang masih samar-samar!. Lagi pula dawlah lebih tahu siapa sesungguhnyaAlan Hening, dan apa kerjaannya? Dawlah tidaklah bodoh dan sambrono melenyapkan nyawa seseorang yang tidak bersalah, sedangkan eksekusi Alan dilakukan setelah isolasi dan interogasi yang panjang. Jika saja dawlah seperti yang anda tuduhkan tentu dawlah sejak awal sudah mengesekusinya, tidak perlu menunggu waktu! Buktinya berbulan-bulan bahkan hampir satu tahun lamanya sehingga eksekusi itu dilakukan. Sekali lagi, dawlah lebih tahu dari pada anda sedangkan anda sendiri mengatakan: “Berdasarkan Info yang kami terima berulang kali menyatakan bahwa Alan Hening adalah seorang sopir sukarelawan”. Perhatikan perkataan anda: “Berdasarkan Info”. Kami bertanya: info dari mana anda dapatkan? Anda juga mengatakan: “Diklaim oleh media sebagai seorang pekerja kemanusiaan” perhatikan ucapan anda: “Diklaim oleh media” kami pun bertanya: media iblis mana yang mengklaimnya?. Kalau memenag masih diklaim lalu kenapa anda menyimpulkan bahwa mereka adalah SUKARELAWAN??? Laa haula walaa quwwata illa billah….bagaimana anda lebih bercaya kepada yang absurd dan husnu dzhon kepadanya sedangkan anda meletakan dawlah dibawah kaki anda! Apakah ini adil wahai ulil abshar? Wahai yang tidak suka dipanggil Abu Jalut!.
Kalau mau jujur, andai saja dawlah seburuk anda tuduhkan tentu bukan seorang Alan Hening saja yang akan di eksekusi akan tetapi bisa ribuan karena di bumi syam saat ini adalah tempat terbuka bagi ribuan sukarelawan seluruh dunia, sedangkan pintu keluar masuk di Turki sebagian besar dalam control dawlah, dan sangat mudah dawlah menggiring mereka semuanya kalau memang hanya untuk membunuh orang yang tidak bersalah?, kalau dawlah seperti yang anda tuduhkan juga tentu habislah para wartawan asing! Tempo hari dawlah mengusir para wartawan dari wilayah Raqqah dan beberapa wilayah lainnya itu pun kesalahan mereka karena mereka tidak disiplin dan sesuai perjanjian yang dibuat. Sekali lagi itu pun di usir bukan di bunuh! Aduhai, kenapa anda begitu ambisius membela yang samar-samar, kenapa dawlah lebih tahu dan paham realita lapangan tapi anda seolah-olah “Berdasarkan info” lalu menjadi hujjah, paling benar dan jujur??? Kalau anda menasehati dawlah “Ittaqillah” maka kami pun menasehati anda “ Ittaqillah wa husnu dzhon bih” dan juga berbaik sangkalah kepada dawlah sebelum anda berbaik sangka kepada musuh kalau memang anda ingin melakukan itu? Janganlah anda seperti lalat yang menghinggap pada kotoran sedangakan yang bersih-bersih ia menjauhinya. Wallahu’alam
Sekian….
Bumi Allah, 30 April 2015 M
Al Faqier Ilallah
(Anshar Dawlah)
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan