Kamis, Mei 07, 2015

Kesalahan pendapat ulama ke 13




Syaikh Muhammad Mutawalli sya`rawi berkata:
إياك أن ترد الأمر على الله سبحانه وتعالى !! فإذا كنت لا تصلي ٬ فلا تقل وما فائدة الصلاة ٬ وإذا لم تكن تزكي ٬ فلا تقل تشريع الزكاة ظلم للقادرين ٬ وإذا كنت لا تطبق شرع الله ٬ فلا تقل أن هذه الشريعة لم تعد تناسب العصر الحديث ٬ فإنك بذلك تكون قد كفرت والعياذ بالله ! ولكن قل يا ربي إن فرض الصلاة حق ٬ وفرض الزكاة حق وتطبيق الشريعة حق ٬ ولكنني لا أقدر على نفسي فارحم ضعفي يا رب العالمين ٬ إن فعلت ذلك ٬ تكن عاصيا فقط

Berhati – hatilah untuk menolak perintah Allah subhanhu wata ala .
Bila kamu tidak menjalankan shalat , janganlah berkata: apa gunanya shalat
Bila kamu  tidak mengeluarkan zakat, jangan berkata: “ Ajaran zakat adalah kezaliman terhadap orang – orang mampu “.
Bila  kamu tidak mampu menjalankan sariat Allah, jangan berkata: Sariat ini tidak layak untuk zaman moderen .
Sesungguhnya kamu dengan  demikian ini telah kufur, nauudzul billah .
Tapi katakanlah ! Sesungguhnya  kewajiban shalat benar, kewajiban zakat juga benar. Penerapan sariat benar. Tapi aku tidak mampu, belas kasihanilah kelemahanku ini  wahai Rabbul alamin .
Bila kamu melakukan sedemikian maka kamu termasuk orang yang bermaksiat belaka.

Komentarku ( Mahrus ali ):
Pendapat Syaikh Mutawalli Sya`rawi dalam hal ini tidak memiliki landasan dari hadis maupun al Quran, tapi murni akal pikirannya. Jadi al Quran dan  hadis dibuang lalu akal pikirannya di pakai untuk landasan pendapat tsb.
Ini namanya tasyri` yang dilarang bukan mematuhi sariat yang diparintahkan. Saya ingat  firmanNya:
لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللهُ وَلَوْلاَ كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيم
Apakah mereka mempunyai  sekutu - sekutu selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih.  Syura 21
فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِي أُوحِيَ إِلَيْكَ إِنَّكَ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus.
 Menurut beliau orang yang tidak menjalankan shalat atau zakat termasuk orang yang bermaksiat belaka. Dan saya  sendiri  tidak mengerti apakah  itu termasuk  dosa kecil atau besar menurut beliau. Beliau hanya menyatakan: Orang yang meninggalkan shalat adalah orang yang bermaksiat. Hal ini mirip  sekali dengan perkataan : “ Orang yang menjalankan shalat wajib adalah orang yang mendapat pahala belaka, bukan pahala yang besar”.  
Bila kita mau kembali kepada sunnah sahihah ,  maka kita dapati dia adalah orang kafir  bukan muslim lagi.
. Imam  Muslim  , Abu dawud , Tirmidzi  , dan Ibnu Majah meriwayatkan hadis 
بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلَاةِ
Antara lelaki dan kekufuran  adalah meninggalkan salat .[1]
. Allah berfirman :
كُلُوا وَتَمَتَّعُوا قَلِيلًا إِنَّكُمْ مُجْرِمُونَ(46)وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ(47)وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ارْكَعُوا لَا يَرْكَعُونَ
Makanlah dan bersenang – senanglah sebentar , sesungguhnya kamu  orang – orang yang berbuat dosa . Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ruku`lah", niscaya mereka tidak mau ruku`.[2]
Dalam hadis tsb dinyatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat kafir bukan mukmin lagi. Ia didukung dengan ayat tsb yaitu  orang yang tidak mau menjalankan shalat termasuk mendustakan agama bukan membenarkannya. Bukti membenarkan agama Islam adalah menjalankan shalat. Sedang orang yang tidak mau mengerjakan shalat lalu mengaku muslim tidak punya punya buktinya. Pengakuannya  ibarat omong kosong bukan omongan yang di sertai bukti.
Ada hadis lagi:
لَيْسَ بَيْنَ الْعَبْدِ وَالشِّرْكِ إِلَّا تَرْكُ الصَّلَاةِ، فَإِذَا تَرَكَهَا فَقَدْ أَشْرَكَ
Tidak ada penghalang antara seorang hamba dengan kesyirikan kecuali meninggalkan shalat. Barangsiapa yang meninggalkannya, sungguh ia telah berbuat kesyirikan” [Diriwayatkan oleh Ibnu Maajah no. 1080, Al-Marwaziy dalam Ta’dhiim Qadrish-Shalaah 1/572-573, Abul-‘Abbaas Al-Asham dalam Hadiits-nya no. 54 & 130, Duhaim dalam Al-Fawaaid no. 49 & 150, ‘Abdullah bin Ahmad dalam As-Sunnah 1/345, dan yang lainnya; shahih - dari Anas radliyallaahu ‘anhu].

الْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ

Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani. Lihat Misykatul Mashobih no. 574)
Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu -bekas budak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بَيْنَ العَبْدِ وَبَيْنَ الكُفْرِ وَالإِيْمَانِ الصَّلَاةُ فَإِذَا تَرَكَهَا فَقَدْ أَشْرَكَ

“Pemisah Antara seorang hamba dengan kekufuran dan keimanan adalah shalat. Apabila dia meninggalkannya, maka dia melakukan kesyirikan.” (HR. Ath Thobariy dengan sanad shohih. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targib wa At Tarhib no. 566)




[1] HR Tirmidzi / Iman / 2630 . Dan beliau menyatakan  hasan sahih .   , Muslim , Iman / 83.  Ibnu Majah / Iqamataussholah / 1087 . Ahmad / Baqi musnad muktsirin / 14561.

[2] Almursalat 46-48
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan