Jumat, Juni 12, 2015

Pejabat Intelijen AS : 10.000 Pejuang ISIS Tewas di Irak, Tapi Belum Kalah





WASHINGTON (voa-islam.com) – ISIS menguras habis energi negara-negara Barat, khususnya AS dan Uni Eropa. Pertemuan KTT negara industri maju yang tergabung dalam G7, salah satu agendanya, membahas keamanan global, dan intinya tentang strategi memerangi ISIS.

Di jantung pusat kekuasaan AS, Gedung Putih, yang berada di Washington DC, terjadi hiruk-pikuk yang memanas terkait  dengan kebijakan Presiden Barack Obama menghadapi ISIS. Pertemuan pekan lalu, Presiden Obama dengan sejumlah pejabat bidang politik,  intelijen, dan keamanan, di mana para ahli strategi mengkritik strategi Presiden AS Barack Obama.

Semua strategi perang yang dijalankan tujuan hanya dengan komitmen memerangi dan mengalahkan ISIS melalui aliansi militer. Sudah ribuan ton dan ribuan rudal yang dijatuhkan kepada posisi-posisi ISIS. AS mendukung dengan senjata kepada rezim Syi’ah di Baghdad,  dan berdampak kerugian besar terhadap ISIS, tapi ini tidak berarti ISIS kalah.

Menurut pejabat intelijen dan keamanan AS lebih dari 10.000 pejuang ISIS diperkirakan tewas, dan secara gerakan menyurut. Namun, ISIS  masih membuat kemajuan di Irak dan Suriah. Dengan jatuhnya ibukota provinsi Anbar, Ramadi menggambarkan ISIS, belum tamat.

Dibagian lain, sidang DPR AS Sub-Komite  Timur Tengah dan Afrika Utara, mengatakan kerugian ISIS di medan tempur tidak menunjukan kekalahannya, sebaliknya perkembangan  yang terakhir, ISIS justru tumbuh dan memperkuat posisinya di Irak dan Suriah.

Pemboman yang dipimpin AS  berlangsung selama berbulan-bulan, dan lebih dari 4.000 serangan udara dilancarkan kepada posisi ISIS. Lebih dari 10.000 pejuang ISIS diperkirakan  tewas, namun belum dapat mengakhiri ISIS. ISIS terus berkembang seperti ‘jamur’ di musim hujan. Berdatangan orang-orang yang mencari ‘kematian’, tanpa ragu bergabung dengan ISIS.

Angka-angka jumlah tewasnya pejuang ISIS tidak bisa memberi gambaran lengkap dari kenyataan di lapangan di Irak dan Suriah. Dalam beberapa bulan terakhir, kekuatan  ISIS telah berkembang bersama dengan kekuatan lokal dalam skala yang lebih luas. Keterlibatan suku-suku Sunni di Irak, semakin menambah kemampuan militer ISIS, menghadapi pasukan Irak dan milisi Syi’ah.

Menurut kalangan intelijen dan fihak keamanan AS, pejuang ISIS berhasil melakukan langkah paling penting, yaitu  berhasil merekrut lebih banyak pejuang, terutama dari kalangan pemuda Sunni Irak. 

Ini akibat pemerintah Irak gagal mencegah  milisi teroris Syi'ah yang membakar dan membunuh orang hanya karena mereka Sunni. Semua tindakan AS dan Perdana Menteri Irak al-Abadi yang tergantung kepada milisi Syi’ah,  justru semakin memperkuat ISIs.

Kesalahan Washington terletak pada mengadopsi kebijakan yang mendukung Teheran yang ikut campur dalam urusan dalam negeri Irak, dan Iran memoblisasi milisi Syi’ah dan Garda Republik bertempur di Anbar, dan sejumlah wilayah lainnya di Irak. Tindakan Teheran dan Bagdad yang mendapatkan dukungan Washington itu, semakin meneguhkan suku-suku di Anbar bergabung kepada ISIS.

Washington melalui Duta Besar AS di Irak, berusaha mendekati suku-suku Sunni di Anbar, agar  mendukung  dan bekerja sama dengan aliansi pimpinan AS menghadapi ISIS,  namun Duta Besar AS mundur setelah pihak Perdana Menteri Irak al-Abadi  keberatan.

Washington tentaranya dan pemerintahannya sudah  letih, dan kehilangan semangat berperang. Washington hanya ingin duduk manis di kursi belakang Baghdad. Washington ingin menjadikan Bagdad sebagai ‘proxy’ (tangannya)  menghadapi ISIS. Tapi,  sekarang Washangton  telah  kehilangan kontrol dan di bawah tekanan Iran.

Semua orang mengharapkan AS memimpin dalam perang melawan ISIS, tapi sekarang AS dikendalikan oleh  Iran.

Apa yang dikatakan selama pertemuan antara Obama dengan pejabat tinggi dibidang politik, intelijen dan keamanan, dan Obama  mendengarkan pandangan  Pejabat Dewan Keamanan Nasional (NSC) Anthony Cordesman bahwa Iran mempunyai tujuan strategis di Irak


Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan