Senin, Juli 20, 2015

Memoar Mujahid Lebaran di Bumi Syam, Menepis Fitnah tentang Salat Eid di Wilayah Daulah Islam


Hari ke-29 Ramadan, matahari masih bersinar terang saat waktu menunjukkan pukul 18.00. Warga masih memenuhi jalan-jalan dan toko-toko mempersiapkan hari lebaran di wilayah Daulah Islam. Kebanyakan warga mendatangi toko makanan dan manisan untuk menyiapkan hadiah bagi sesama muslim, terutama anak-anak. Suasana lebaran telah terasa di Daulah Islam beberapa hari ini. Banyak barang habis diborong warga. Hal yang membedakan dengan di Indonesia adalah kenaikan harga barang tidak terlalu signifikan di sini, di wilayah Daulah Islam.
Maghrib di tempat kami tinggal berlangsung pada pukul 19.51. Biasanya sejam menjelang pelaksanaan sholat Maghrib, toko-toko telah tutup. Namun kali ini beberapa toko masih buka untuk melayani kebutuhan warga yang berbelanja. Alhasil tim hisbah berkeliling agar warga segera mempersiapkan diri untuk sholat Maghrib.
Azan Maghrib pun tiba. Warga berbuka puasa, mungkin yang terakhir kalinya (karena banyak di antara mereka yang merindukan syahid-red). Kemudian mereka berbondong-bondong datang ke masjid menanti pengumuman dari pihak Daulah Islam. Sementara itu pesawat koalisi mulai melakukan takhaluf (serangan udara) di berbagai tempat. Alhasil listrik padam sehingga akses komunikasi menjadi terhambat.
Azan Isya berkumandang, warga masih menunggu pengumuman dari pihak Daulah. Alhamdulillah selang beberapa saat mobil hisbah keliling kota mengumandangkan takbir dan warga mulai bertakbiran di masjid-masjid. Dipastikan besok hari adalah hari raya.
Kumandang azan subuh membahana di semua penjuru kota. Warga berbondong datang ke masjid untuk salat Subuh. Di Daulah Islam, salat Subuh bagaikan salat Jumat karena masyarakat ramai mendatanginya. Salat Subuh kali ini berbeda karena warga juga menunggu informasi pelaksanaan salat Eid. Suasana pagi ini dimeriahkan oleh pesawat koalisi yang masih meraung-raung di atas kami. Alhasil mujahidin dalam posisi istinfar (berjaga-jaga) apabila ada serangan mendadak. Gema takbir masih bergelora dari dalam masjid.
Matahari terbit sempurna, pelaksanaan salat Eid dimulai. Kali ini salat Eid terpaksa dilakukan di dalam masjid, dalam penjagaan mujahidin. Sebelum pelaksanaan salat Eid, seorang ulama memberikan penjelasan tentang adab dan sunah pelaksanaan salat Eid. Sebagian mujahidin berada di luar masjid. Bisa jadi inilah sebab situs berita sekuler memfitnah Daulah Islam melarang pelaksanaan salat Eid. Padahal jelas-jelas sumbernya dari komandan komunis Kurdi. Sayangnya, banyak situs yang katanya Islam di Indonesia mengutip tanpa tabayun kepada sumber aslinya. Padahal faktanya Daulah hanya memindah pelaksanan dari lapangan ke masjid-masjid. Hal itu dimaksudkan untuk mencegah korban jiwa dari kaum muslimin apabila salat Eid dilaksanakan di lapangan.
Beberapa saat kemudian Alhamdulillah, pelaksanaan salat Eid selesai dilaksanakan. Warga keluar masjid satu persatu bersalaman kepada kaum muslimin lainnya. Ada hal menarik dalam naungan Khilafah ini yaitu warga saling mengingatkan satu sama lain untuk menjaga keimanan, ibadah, dan perkara bid'ah yang harus dihindari. Mereka juga saling berpelukan dan mengungkapkan saling mencintai karena Allah. Suasana ukhuwah (persaudaraan) antara muhajirin dan anshar begitu kuat.
Sesampainya di rumah, anak-anak kecil di sekitar rumah sudah berkerumun di depan rumah dan berebut untuk bersalaman dan bercerita kepada mujahidin. Mereka bermain senjata mainan dan bangga menunjukannya kepada mujahidin. Sebagian dari mereka berpakaian ala mujahidin dan memperagakan gaya iqtiham (penyerangan) kepada musuh.
Tak berapa lama warga keluar dan saling bersalaman satu dengan yang lain. Tradisi di sini adalah warga berebut mengundang mujahidin untuk makan dan bertamu di rumahnya. Mereka merasa bahagia akan hal tersebut. Dalam peristiwa inilah banyak mujahidin yang memanfaatkannya sebagai sarana berdakwah untuk menguatkan keimanan kaum anshar dalam suasana jihad fi sabilillah.
Beberapa ikhwah mujahidin menyampaikan keutamaan jihad fisabilillah, mencintai karena Allah, menjadi ansharullah, dan keutamaan syahid di jalan Allah. Warga mendengarkan dengan seksama terutama saat mendengar cerita gugurnya mujahidin dan tanda-tanda kesyahidan yang muncul. Diantara mereka ada yang meneteskan air mata saat mujahidin menyampaikan beberapa nasihat. Ada juga yang bertakbir saat mendengar cerita heroik oleh pasukan inghimasiyyin (khusus), maupun istisyhadiyyin (bom syahid). Alhasil, suasana lebaran di Daulah Islam tidak semata mata kegembiraan yang melupakan keimanan dan jihad fisabilillah.
Beberapa ikhwah juga saling mengingatkan satu sama lainnya dalam keimanan dan semangat jihad fisabilillah. Hingga salah seorang mujahidin mengungkapkan kesedihannya karena tidak dapat syahid di bulan Ramadhan.
Inilah lebaran dalam naungan khilafah. Kaum muslimin bukan tersibukkan dengan baju baru maupun makanan enak. Kami di sini disibukkan dalam situasi jihad fisabilillah dan keimanan kepada Allah. Wallahu alam. (BN/riafariana/voa-islam.com)


Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan