Minggu, Agustus 23, 2015

Kesalahan ulama ke 29





وقد أجابت اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء على سؤال ورد إليها عن الصلاة في الطائرة والسفينة، بالآتي: (إذا حان وقت الصلاة في الطائرة أو السفينة وجب على من فيها من المسلمين أن يصلي الصلاة الحاضرة على حسب حاله وقدرته، فإن وجد ماء وجب عليه التطهر به، وإن لم يجد ماء أو وجده وعجز عن استعماله تيمم، إن وجد تراباً أو نحوه، فإن لم يجد ماء ولا تراباً ولا ما يقوم مقام التراب سقط عنه ذلك وصلى على حسب حاله؛ لقوله تعالى: {فاتقوا الله ما استطعتم}[التغابن: 16] وعليه أن يتوجه للقبلة، ويدور مع الطائرة أين دارت، في صلاة الفرض حسب الطاقة)3.
3 فتاوى اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء برقم (6275).

Sungguh komite tetap untuk pengkajian ilmiyah dan fatwa saudi menjawab pertanyaan yg di ajukan kepadanya tentang  melakukan shalat di atas kapal terbang atau kapal laut sbb:
Bila waktu shalat telah tiba di kapal terbang atau kapal laut, maka bagi kaum muslimin yg ada di dalamnya  untuk menjalankan  shalat yg telah tiba waktunya sesuai dengan keadaannya dan kondisinya.
Bila menjumpai air, maka  wajib berwudhu dengannya  atau bersuci dengannya. Bila tidak menjumpai air  atau ada air tp tidak bisa memakainya maka bertayammum bila ada  debu atau  sesamanya.
Bila tdk menjumpai air  dan debu atau hal yg fungsinya  spt debu, maka  sudh gugur dan menjalankan  shalat sesuai dengan kondisinya ( tanpa wudhu atau tayammum )  sebab Allah:
فاتقوا الله ما استطعتم}[التغابن: 16]
Bertakwalah kpd Alah  semampumu.
Dia harus menghadap kiblat  dan berputar – putar sebagaimana arah kapal terbang berputar dlm menjalankan   shalat wajib sesuai  dengan kemampuannya. Fatwa komite tetap untuk pengkajian ilmiyah dan fatwa Saudi 6275.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Ternyata Komite tetap untuk pengkajian ilmyah dan fatwa Saudi dlm hal memperbolehkan  shalat wajib di kapal  terbang  dan kapal laut tidak memiiki dalil sama sekali. Mereka menggunakan akal murni.

Manshur al Buraidi mengatakan:
أجمع العلماء أنه لا يجوز أن يصلي أحد فريضةً على الدابة من غير عذر ، وأنه لا يجوز له ترك القبلة إلا فى شدة الخوف8، لحديث عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ ، قَالَ : رَأَيْتُ النَّبِيّ وَهُوَ عَلَى الرَّاحِلَةِ يُسَبِّحُ ، يُومِئُ بِرَأْسِهِ قِبَلَ أَىِّ وَجْهٍ تَوَجَّهَ ، وَلَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ يَصْنَعُ ذَلِكَ فِي الصَّلاةِ الْمَكْتُوبَةِ .رواه البخاري ومسلم . وروى ابن عُمَرَ وَجَابِر مثله ، وَقَالَ جَابِر : فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يُصَلِّىَ الْمَكْتُوبَةَ نَزَلَ ، فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ
Ulama telah ijma` tidak diperkenankan menjalankan shalat wajib di atas binatang ( unta atau lainnya ) tanpa ada uzur. Tidak diperkenankan meninggalkan menghadap kiblat kecuali dalam keada an sangat takut karena ada  hadis Amir bin Rabi`ah  yang berkata: Aku melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam  menjalankan shalat  sunat di atas kendaraannya   dengan berisarat dengan kepalanya  dan menghadap kemana saja. Namun hal itu tidak di lakukan oleh beliau dalam shalat wajib. HR Bukhari dan Muslim.
Ibnu Umar dan Jabir juga meriwayatkan hadis yang sama denganya.
Jabir sendiri berkata: Bila berkehendak untuk menjalankan shalat wajib, maka beliau turun dan menghadap kiblat.
-         
-        وقال الأثرم سمعت أحمد بن حنبل يسأل عن الصلاة المكتوبة على الراحلة فقال في شدة الحرب وأما الأمن فلا إلا في موضعين التطوع وفي الطين المحيط به10

Al atsram berkata: Aku mendengar Imam Ahmad bin Hambal ketika di tanya  tentang shalat wajib di atas kendaraan . Beliau menjawab: Boleh di kondisi perang yg sangat. Untuk masa aman , maka tdk diperbolehkan kecuali dlm dua perkara  yaitu  shalat sunat atau tanah sekelilingnya  dlm kondisi berlumpur.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Ada kekeiruan  dlm perkataan Imam Ahmad ini yaitu boleh menjalankan shalat wajib  di kendaraan bila kondisi tanah berlumpur. Pada hal, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam  pernah menjalakan shalat di tanah berlumpur tanpa tikar. Lihat hadis  sbb:
Abu Said AlKhudri ra berkata :
جَاءَتْ سَحَابَةٌ فَمَطَرَتْ حَتَّى سَالَ السَّقْفُ وَكَانَ مِنْ جَرِيدِ النَّخْلِ فَأُقِيمَتِ الصَّلَاةُ فَرَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْجُدُ فِي الْمَاءِ وَالطِّينِ حَتَّى رَأَيْتُ أَثَرَ الطِّينِ فِي جَبْهَتِهِ *
  Ada awan lalu menurunkan hujan hingga air mengalir dari atap yang terdiri dari pelepah kurma
. Qamat di bacakan ,aku melihat Rasulullah SAW  bersujud ditanah yang berair,aku melihat tanahnya menempel ke dahinya .Muttafaq alaih
Mengapa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam waktu mukim  bukan berpergian menjalankan  shalat di tanahberlumpur, tidak menggunakan tikar. Sebab, shalat wajib harus di tanah, tidak boleh di tikar, apalagi dikendaraan. Shalat sunat silahkan di tikar atau dikendaraan. Harus dibedakan antara shalat wajib dan sunat menurut hadis, bukan  menurut fiqih.
Untuk pernyataan salah dari  Komite tetap untuk pengkajian ilmyah dan fatwa Saudi sbb:
فإن لم يجد ماء ولا تراباً ولا ما يقوم مقام التراب سقط عنه ذلك وصلى على حسب حاله؛ لقوله تعالى: {فاتقوا الله ما استطعتم}[التغابن: 16] وعليه أن يتوجه للقبلة، ويدور مع الطائرة أين دارت، في صلاة الفرض حسب الطاقة)3.
3 فتاوى اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء برقم (6275).
Bila tdk menjumpai air  dan debu atau hal yg fungsinya  spt debu, maka  sudh gugur dan menjalankan  shalat sesuai dengan kondisinya ( tanpa wudhu atau tayammum )  sebab Allah:
فاتقوا الله ما استطعتم}[التغابن: 16]
Bertakwalah kpd Alah  semampumu.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabat memahami ayat itu, tp selama hidupnya tdk pernah menjalankan shalat  tanpa wudhu atau tayammum. Bila fatwa itu diikuti maka kita boleh mengerjakan shalat di kereta api tanpa wudu  dan tayammum bila  tidak menjumpai keduanya . Bgmn  bila tiap hari naik kereta api sampai mati disana.
Jadi solusinya bila akan naik kapal terbang atau kapal laut harus dipikirkan terlebih dahulu apakah salatnya tidak ketinggalan. Lalu mencari waktu pemberangkatan yg tidak sampai mengorbankan salatnya. 


Mau nanya hubungi kami:
088803080803( Smartfren). 081935056529 (XL )  https://www.facebook.com/mahrusali.ali.50
 

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan