Senin, Februari 01, 2016

Jawabanku untuk Ibn Hazem



قال ابن حزم في المحلي :
ويستحب الجهر في ركعتي صلاة الصبح ، والأولتين من المغرب ، والأولتين من العتمة ، وفي الركعتين من الجمعة ، والإسرار في الظهر كلها ، وفي العصر كلها ، وفي الثالثة من المغرب ، وفي الآخرتين من العتمة ، فإن فعل خلاف ذلك كرهناه ، وأجزأه ؟
Ibnu Hazem berkata: 
 Di sunatkan membaca dengan keras ( jaher ) dlm dua rakaat salat Subuh, dua rakaat pertama Maghrib dan Isya`, dua rakaat Jumat . Dan di sunatkan membaca  dengan sirri ( berbisik , pelan ) dalam  seluruh salat lohor dan Asar , ketika  salat Maghrib, dua rakaat terahir Isya` . Bila melakukan   selain itu , kami  tidak suka tapi  masih di bilang  cukup ( sah salatnya ).

Komentarku ( Mahrus ali ):
Saya  disini  akan mengomentari perkataan Ibnu Hazem “  Dan di sunatkan membaca  dengan sirri ( berbisik , pelan ) dalam  seluruh salat lohor dan Asar”
Untuk  lainnya akan saya bahas dlm bab tersendiri.
Mana dalil  yang mensunnahkan israr ( baca dengan berbisik atau dipelankan dalam  salat  lohor dan Asar ). Ibn  Hazem  dlm hal ini tidak membawakan dalil sama sekali. Artinya beliau mensunnahkan tanpa dalil, berpendapat tanpa ilmu. Dan berpendapat tanpa  ilmu atau dalil dlm masalah agama menyesatkan, tidak mengarahkan ke jalan yang lurus.
Berpendapat  dlm masalah agama  tanpa  dalil adalah larangan  . Allah berfirman:
  وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً

               Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui dalilnya.  Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. [1]
قُلْ هَلْ عِنْدَكُمْ مِنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوهُ لَنَا إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ أَنْتُمْ إِلَّا تَخْرُصُونَ(148)
Katakanlah: "Adakah kamu mempunyai dalil sehingga dapat kamu mengemukakannya kepada Kami?" Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanya berdusta.[2]
Pendapat  Ibn  Hazem yang  memperkenankan membaca  ayat dengan  berbisik – bisik  waktu lohor dan Asar itu  bila  diikuti, maka  kita akan menentang ayat :
وَلَاتَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا
dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya (seperti orang berbisik )  dan carilah jalan tengah di antara kedua itu"[3]
Kita juga akan bertentangan dengan hadis  sbb:
Jabir   bin Samurah ra  berkata :
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الظُّهْرِ بِاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى وَفِي الْعَصْرِ نَحْوَ ذَلِكَ وَفِي الصُّبْحِ أَطْوَلَ مِنْ ذَلِكَ
 Waktu salat Dhohor , Nabi saw,   membaca  :  Wallaili idza  Yaghsya  , salat Asar  membaca surat yang mirip dengannya  . Waktu salat Subuh , beliau membaca  surat  yang lebih panjang lagi [4]
Jabir bin Samurah ra berkata :
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْرَأُ فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ بِالسَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوجِ وَالسَّمَاءِ وَالطَّارِقِ وَشِبْهِهِمَا
Sesungguhnya    Rasulullah  saw,   dim salat  Dhohor membaca   ِالسَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوجِ وَالسَّمَاءِ وَالطَّارِقِdan sesamanya.
[6] HR  Tirmidzi  307  Hadis hasan sahih,kata lmam Tirmizi.

Bila  kita ikut Ibnu Hazem , kita menyalahi tuntunan Rasulullah shallahu alaihi wasallam. Dan sayang sekali bila tuntunan kita buang untuk mengambil pendapat tanpa dalil. Kita akan melanggar ayat :
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Dan barangsiapa menta`ati Allah dan Rasul -Nya,maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.[5]

Ibnu Hazem manusia biasa, pendapatnya kadang menyesatkan , kadang mengarahkan kepada kebenaran. Ingat
Imam Ahmad berkata : .
لاَ تُقَلِّدْنِي وَلاَ مَالِكًا وَلاَ الثَّوْرِيَّ وَلاَ الشَّافِعِيَّ ;
Jangan ikut kepadaku ,atau Imam Malik , Tsauri atau Syafii 

Ali ra  berkata :
مَا كُنْتُ لِأَدَعَ سُنَّةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِقَوْلِ أَحَدٍ *
Aku  tidak akan meninggalkan sunah Nabi  S.A.W.    karena  perkataan orang “. [6]
Imam Malik berkata :
إنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أُصِيبُ وَأُخْطِئُ فَاعْرِضُوا قَوْلِي عَلَى الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ
        Aku hanyalah manusia , terkadang pendapatku benar , di lain waktu kadang salah . Karena itu , cocokkan perkataanku ini dengan kitabullah dan hadis Rasulullah .
Bila kita ikut Ibnu Hazem , kita akan buang ayat 110 al Isra` yang  melarang berbisik dalam shalat. Kita akan mirip dengan ayat :
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.[7]
Ikut pendapat ulama yang  salah , lalu buang ayat Allah sama dengan syirik.
Bangsa lalu mengikuti pendapat ulama dan pendetanya yang  sesat. Lalu mereka menjadi sesat, syirik. Begitu  juga bangsa sekarang bila mengikuti jejak seperti itu dari  bangsa ahli kitab yang  lampau.   


[1] Al isra` 36 Al isra` 36
[2] Alan`am 148
[3] Al isra` 110
[4] HR Muslim  459
[5] Al ahzab 70
[6] HR Bukhori  1563
[7] Attaubah 31
Artikel Terkait

2 komentar:

  1. Assalamualaikum,ustaz kalau berjamah gimana ustaz apa imam aja yg agak keras suaranya(tidak berbisik)kitanya mendengarkan aja atau bersuara juga , afwan ana belum paham pas sholad berjamaahnya mohon dijelaskan jazakhallahu khoir

    BalasHapus
  2. wss. wr wb. Hanya imam yg bersuara ketika membaca surat ,bukan makmum

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan