Rabu, Juni 12, 2019

Fase ke 4 kajian tentang wanita haid wajib berpuasa Ramadhan, haram berbuka di siang hari bulan Ramadhan.


Fase ke 4 kajian tentang  wanita haid wajib berpuasa Ramadhan, haram berbuka di siang hari bulan Ramadhan.

سنن أبي داود ت الأرنؤوط (1/ 189)
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ مُعَاذَةَ
ABUDAUD - 229) : Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il telah menceritakan kepada kami Wuhaib telah menceritakan kepada kami Ayyub dari Abu Qilabah dari Mu'adzah
أَنَّ امْرَأَةً سَأَلَتْ عَائِشَةَ أَتَقْضِي الْحَائِضُ الصَّلَاةَ فَقَالَتْ أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ لَقَدْ كُنَّا نَحِيضُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَا نَقْضِي وَلَا نُؤْمَرُ بِالْقَضَاءِ
(bahwasanya ada seorang wanita bertanya kepada Aisyah; Apakah wanita yang haidl harus mengqadla` shalat? Aisyah berkata; Apakah kamu orang Haruriah? kami biasa haidl pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu kami tidak mengqadla` (shalat) dan tidak pula diperintahkan untuk mengqadla`nya.
- حدَّثنا الحسنُ بنُ عَمرو، أخبرنا سُفيان -يعني ابنَ عبد الملك-, عن ابن المُبارَك، عن مَعمَر، عن أيوب، عن مُعاذة العَدَويَّةِ، عن عائشة بهذا الحديث.
وزادَ فيه: فنُؤمَرُ بقضاءِ الصَّومِ، ولا نُؤمَرُ بقضاءِ الصَّلاةِ (1).
Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Amru telah mengabarkan kepada kami Sufyan bin Abdul Malik dari Ibnu Al-Mubarak dari Ma'mar dari Ayyub dari Mu'adzah Al-Adawiyyah dari Aisyah dengan hadits ini. Abu Dawud berkata; Dan dia menambahkan padanya; Kami diperintahkan mengqadla puasa dan tidak diperintahkan mengqadla shalat.
Saya katakan :

وهو حديث ضعيف!

ولفظة «فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ، وَلَا نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ» انفرد بها مَعمر، وهو إسناد ضعيف.
Ia hadis lemah, kalimat “ Kami diperintahkan  untuk mengqadha` puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha` salat “ hanya diriwayatkan oleh Ma`mar secara sendirian . Sanadnya  juga  lemah.
Komentarku ( Mahrus ali ) . Jadi perintah mengqadha` puasa itu tambahan perawi , bukan dari Nabi shallahu alaihi wasallam.
قال البخاري: "ما أعجب حديث معمر عن غير الزهري، فإنه لا يكاد يوجد فيه حديث صحيح" [شعب الإيمان للبيهقي: 6/458].
Aku tidak  heran hadis Ma`mar yang tidak dari Zuhri , hampir tidak ada yang sahih. Lihat Syuabul iman  karya al baihaqi 458/6
وقال ابن أبي خيثمة: سمعت يحيى بن معين يقول: "إذا حدثك معمر عن العراقيين فخفه، إلا عن الزهري، وابن طاوس، فإن حديثه عنهما مستقيم، فأما أهل الكوفة والبصرة فلا، وما عمل في حديث الأعمش شيئاً" [تاريخ ابن أبي خيثمة: 3/1/325].
Ibn Abi Khaythamah berkata: Aku mendengar Yahya bin Ma'in berkata: "Jika Ma`mmar menyampaikan hadis dari orang Irak, dia takutlah ( abaikan saja   ) , kecuali dari az zuhri dan Ibn Tawus, karena haditsnya dari keduanya lurus. Bila dari perawi Kufa dan Basra tidak. 3/1/325].
وقد تفرد عبدالرزاق بهذا اللفظ عن معمر، وعبدالرزاق لا يُحتج به
Hanya Abd Razzaq yang meriwayatkan  dengan redaksi itu  dari Ma`mar . dan Abd Razzaq tidak bisa di buat hujjah.
Boleh dilihat dalam hadis dibawah ini   sama dari Aisyah, tapi tidak menyebut mengqadha`puasa bagi orang haid. . Atau haid boleh meninggalkan puasa . Aisyah hanya membahas masalah salat saja .
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ قَالَ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ قَالَ حَدَّثَتْنِي مُعَاذَةُ
(BUKHARI - 310) : Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il berkata, telah menceritakan kepada kami Hammam berkata, telah menceritakan kepada kami Qatadah berkata,
telah menceritakan kepadaku Mu'adzah
أَنَّ امْرَأَةً قَالَتْ لِعَائِشَةَ أَتَجْزِي إِحْدَانَا صَلَاتَهَا إِذَا طَهُرَتْ فَقَالَتْ أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ كُنَّا نَحِيضُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَا يَأْمُرُنَا بِهِ أَوْ قَالَتْ فَلَا نَفْعَلُهُ
, bahwa ada seorang wanita bertanya kepada 'Aisyah, "Apakah seorang dari kita harus melaksanakan shalat yang ditinggalkannya bila sudah suci?" 'Aisyah menjawab, "Apakah kamu dari kelompok Haruri ! Sungguh kami pernah mengalami haid di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan beliau tidak memerintahkan kami untuk itu." Atau Aisyah mengatakan, "Kami tidak melakukannya (mengqadla` salat )."
Hadis  di sahih Bukhari itu didukung oleh riwayat Muslim sbb:
حَدَّثَنَا أَبُو الرَّبِيعِ الزَّهْرَانِيُّ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ مُعَاذَةَ ح و حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ يَزِيدَ الرِّشْكِ عَنْ مُعَاذَةَ
(MUSLIM - 506) : Telah menceritakan kepada kami Abu ar-Rabi' az-Zahrani telah menceritakan kepada kami Hammad dari Ayyub dari Abu Qilabah dari Mu'adzah --lewat jalur periwayatan lain--, dan telah menceritakan kepada kami Hammad dari Yazid ar-Rasyk dari Mu'adzah
 أَنَّ امْرَأَةً سَأَلَتْ عَائِشَةَ فَقَالَتْ أَتَقْضِي إِحْدَانَا الصَّلَاةَ أَيَّامَ مَحِيضِهَا فَقَالَتْ عَائِشَةُ أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ قَدْ كَانَتْ إِحْدَانَا تَحِيضُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ لَا تُؤْمَرُ بِقَضَاءٍ
bahwa seorang perempuan bertanya kepada Aisyah seraya berkata, "Apakah salah seorang di antara kami harus mengqadha' shalat semasa didatangi haid kami?" Aisyah menjawab, "Apakah kamu dari golongan Haruriyyah? Suatu ketika dulu ada di antara kami yang didatangi haid pada masa Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam tetapi kami tidak diperintahkan mengqadha shalat."
أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالَ أَنْبَأَنَا عَلِيٌّ يَعْنِي ابْنَ مُسْهِرٍ عَنْ سَعِيدٍ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ مُعَاذَةَ الْعَدَوِيَّةِ
NASAI - 2279) : Telah mengabarkan kepada kami 'Ali bin Hujr dia berkata; telah memberitakan kepada kami 'Ali bin Mushir dari Sa'id dari Qatadah dari Mu'adzah Al 'Adawiyyah
أَنَّ امْرَأَةً سَأَلَتْ عَائِشَةَ أَتَقْضِي الْحَائِضُ الصَّلَاةَ إِذَا طَهُرَتْ قَالَتْ أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ كُنَّا نَحِيضُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ نَطْهُرُ فَيَأْمُرُنَا بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلَا يَأْمُرُنَا بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ
(bahwasanya seorang wanita bertanya kepada 'Aisyah, "Apakah seorang wanita yang haidl  mengqadla shalat jika telah suci?" Aisyah berkata; "Apakah kamu berpaham Haruriyah (golongan Khawarij)? Kami pernah mengalami haidl pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, setelah suci, beliau menyuruh kami untuk mengganti puasa dan tidak menyuruh kami untuk mengqadla shalat."
Komentarku ( Mahrus ali ).  Hadis di atas bertentangan  dengan hadis   di BUKHARI – 310 dengan perawi yang sama. Di sana tidak ada keterangan mengqadha` puasa lalu di sini dimuat. Ia juga bertentangan dengan hadis  sbb:
أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ زُرَارَةَ قَالَ أَنْبَأَنَا إِسْمَعِيلُ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ مُعَاذَةَ الْعَدَوِيَّةِ قَالَتْ
(NASAI - 379) : Telah mengabarkan kepada kami Amr bin Zurarah dia berkata; telah menceritakan kepada kami Isma'il dari Ayyub dari Abu Qilabah dari Mu'adzah Al 'Adawiyah dari dia berkata;
سَأَلَتْ امْرَأَةٌ عَائِشَةَ أَتَقْضِي الْحَائِضُ الصَّلَاةَ فَقَالَتْ أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ قَدْ كُنَّا نَحِيضُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَا نَقْضِي وَلَا نُؤْمَرُ بِقَضَاءٍ
"Seorang perempuan bertanya kepada Aisyah, 'Apakah orang haidl harus mengqadla shalat? ' dia menjawab, 'Apakah kamu orang Haruriyah? Kita dahulu mengalami haidl pada zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan kita tidak mengqadlanya, dan juga tidak disuruh mengqadlanya."
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ عَنْ عُبَيْدَةَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كُنَّا نَحِيضُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَأْمُرُنَا بِقَضَاءِ الصَّوْمِ
(IBNUMAJAH - 1660) : Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dari Ubaidah dari Ibrahim dari Al Aswad dari 'Aisyah ia berkata, "Kami pernah mengalami haidl di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau memerintahkan kami untuk mengqadla puasa. "
سنن ابن ماجه ت الأرنؤوط (2/ 577)
 وهذا إسناد ضعيف لضعف عبيدة: وهو ابن معتِّب الضبي.
Ini sanad yang lemah karena perawi bernama Ubaidah bin Muattib al dhobbi yang lemah.
   عبيدة بن معتب الضبى ، أبو عبد الكريم الكوفى الضرير
الطبقة : 8  : من الوسطى من أتباع التابعين
مرتبته عند ابن حجر : ضعيف ، و اختلط بأخرة
مرتبته عند الذهبـي : قال أحمد : تركوا حديثه
4416  موسوعة رواة الحديث
Ubaidah bin muattib al dhobbi – julukannya  Abul abd karim al kufi yang buta.
Tingkatan : ke 8 dari pertengahan pengikut tabiin
Martabat menurut Ibn Hajar :Lemah dan kabur hapalannya di usia lanjut
Martabatnya menurut dzahabi : Imam Ahmad berkata : Para ulama meninggalkan hadisnya ( tidak dipakai ).
Jadi hadis yang memerintahkan untuk meninggalkan puasa dibulan Ramadhan bagi orang haid adalah pengertiannya kacau belau. Satu hadis menjelaskan wanita haid meninggalkan puasa dan di hadis yang lain tidak ada keterangan itu. Lalu mana yang benar dari Rasul dan mana yang tambahan perawi. Hadis sedemikian ini harus di tinggalkan , tidak boleh dipakai. Bila di pakai, maka pilih yang mana ? Bila di tinggalkan , maka bagi wanita haid tetap berpuasa di bulan Ramadhan sebagaimana wanita lain. Dan berdosalah bila berbuka di dalamnya. Kembalilah kpd ayat 185 Baqarah yang menyatakan hanya orang sakit atau berpergian yang boleh meninggalkan puasa di bulan ramadhan.


Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan