Kamis, Maret 28, 2019

Jawabanku yang kedua untuk ust Dadi Herdiansah / Kajian mi`raj ke 20



  Jawabanku yang kedua untuk ust Dadi Herdiansah
Tanggapanku (Dadi Herdiansah):

Memang benar bukan di Babun Nabi tapi dekat, coba cek lagi tanggapan ana sebelumnya dan Babun Nabi itu juga memang artinya bukan rumah Nabi, oleh sebab itu ana pertegas kasih terjemah dalam kurung (pintu Nabi).
Untuk tahun 2015 mungkin belum, namun sekarang tahun 2019 proyek terus berlangsung untuk melayani para kaum muslimin beribadah haji menjadi nyaman.
Namun intinya pada tanggapan ana ini bukan itu tapi intinya lafadz ’indal bait itu maksudnya adalah daerah dekat baitullah bukan maksud disisi baitullah dalam arti dekat sekali.

Komentarku ( Mahrus ali
Saya sudah menemukan data  sbb:
مسقط رأس النبي محمد – عليه الصلاة والسلام – في مكة على وشك "أن يختفي تحت الإسمنت والرخام" ليحل محله قصر ملكي ضخم. تأتي هذه الخطوة ضمن مشروع تتجاوز قيمته مليارات الدولارات في إطار عمليات توسعة في الحرم المكي؛ والتي بدأت منذ أعوام، وأسفرت حتى الآن عن تدمير مئات المناطق الأثرية. هذا ما كشفت عنه صحيفة الإندبندنت البريطانية.
Tempat kelahiran Nabi Muhammad - saw - di Mekah akan "menghilang di bawah semen dan marmer"  istana kerajaan yang besar. Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari proyek multi-miliar dolar dalam perluasan masjidil haram Mekah, yang dimulai bertahun-tahun lalu dan sejauh ini telah    di hancurkan ratusan situs arkeologi. Ini diungkapkan oleh koran British Independent.

Dulu sudah saya katakan :
Hadis  pertama menjelaskan bahwa malam mi`raj ,Rasul berada di rumahnya lalu atapnya  di buka
Hadis kedua menjelaskan bahwa saat itu ( Mi`raj )  Rasul berada di masjidil haram atau dekat baitullah , lalu mana yg benar yg bisa di buat pegangan?   Redaksi hadis  kacau
Lalu nda bilang tidak kacau , karena rumah Nabi itu dekat dengan masjidil haram.
Saya ( Mahrus ali ) katakan : Dekat atau jauh itu bukan persoalan sebab yang penting rumah Rasul  diluar masjidil haram dan dari situ Mi`raj dan hadis yang lain menyatakan bahwa Rasul saat itu tidak dirumah tapi di masjidil haram.

Tanggapanku, (Dadi Herdiansah);

Pak Kyai Mahrus mengutip pendapat Ibnu Hajar di kitab Fathu al-Bāri belum lengkap, ana lengkapi meneruskan kutipan diatas:
وَقَدْ تَقَدَّمَ فِي أَوَّلِ بَدْءِ الْخَلْقِ بِلَفْظِ بَيْنَا أَنَا عِنْدَ الْبَيْتِ وَهُوَ أَعَمُّ
وَوَقَعَ فِي رِوَايَةِ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَنَسٍ عَنْ أَبِي ذَرٍّ فُرِّجَ سَقْفُ بَيْتِي وَأَنَا بِمَكَّةَ وَفِي رِوَايَةِ الْوَاقِدِيِّ بِأَسَانِيدِهِ أَنَّهُ أُسْرِيَ بِهِ مِنْ شِعْبِ أَبِي طَالِبٍ وَفِي حَدِيثِ أُمِّ هَانِئٍ عِنْدَ الطَّبَرَانِيِّ أَنَّهُ بَاتَ فِي بَيْتِهَا قَالَ فَفَقَدْتُهُ مِنَ اللَّيْلِ فَقَالَ إِنَّ جِبْرِيلَ أَتَانِي وَالْجَمْعُ بَيْنَ هَذِهِ الْأَقْوَالِ أَنَّهُ نَامَ فِي بَيْتِ أُمِّ هَانِئٍ وَبَيْتُهَا عِنْدَ شِعْبِ أَبِي طَالِبٍ فَفُرِّجَ سَقْفُ بَيْتِهِ وَأَضَافَ الْبَيْتَ إِلَيْهِ لِكَوْنِهِ كَانَ يَسْكُنُهُ فَنَزَلَ مِنْهُ الْمَلَكُ فَأَخْرَجَهُ مِنَ الْبَيْتِ إِلَى الْمَسْجِدِ فَكَانَ بِهِ مُضْطَجِعًا وَبِهِ أَثَرُ النُّعَاسِ ثُمَّ أَخْرَجَهُ الْمَلَكُ إِلَى بَابِ الْمَسْجِدِ

Ini lanjutan catatan Ibnu Hajar al-‘Asqālani yang keulamaan fiqih dan ilmu hadisnya tidak diragukan lagi banyak dijadikan referensi.

Pada kutipan lanjutan ini secara umumnya menurut beliau adalah:
… bahwa lafadz baina Ana ‘Indal Bait adalah Umum (selain ada riwayat yang mengkhususkan yang dikutip oleh Ibnu Hajar sebelumnya yaitu di Hatim, atau Hajar) dan juga riwayat lain yang mengkhususkan pada riwayat Imam az-Zuhri dari Abi Dzar yang narasinya menyebutkan Furrija Saqfu Baitihi (dibobol atap rumahnya). Kemudian Ibnu Hajar juga mengutip riwayat lain dari jalur al-Waqidi bahwa riwayatnya menyebutkan syi’bi abi thalib (kampung/suku abi thalib) dan diriwayat Ummi Hani r.a riwayat Imam ath-Thabarani menyebutkan rumah itu maksudnya adalah rumah Ummu hani, namun Rasulullah saw. hilang di malam harinya.


Komentarku ( Mahrus ali
Riwayat Malik bin Sho`shoah yang menyatakan : Rasul shallahu alaihi wasallam  saat di mi`rajkan berada di sisi baitullah / ka`bah lalu di hususkan dengan riwayat  Abu Dzar  yang menyatakan  saat itu atap rumah Rasul di bobol …………………  perkataan  di hususkan ini yang tidak tepat , seolah tidak bertentangan.
Bila di ikuti  terus yang benar Rasul shallahu alaihi wasallam di mi`rajkan  dari mana ? dari rumah beliau  atau dari sisi ka`bah , maka tidak bisa di jawab.
Anda berkomentar lagi :
Setelah mengutip banyak jalur tersebut Ibnu Hajar tidak gegabah menilai dari perbedaan narasi tersebut menunjukkan cerita ini tidak ada alias dusta, sebab berita ini melewati rawi-rawi yang terpercaya, tidak ada sejarah dusta diantara mereka. Mereka para rawi yang terpercaya. oleh sebab itu al-Hafidz Ibnu Hajar menegaskan bahwa bentuk kompromi dari hal itu adalah bahwa Nabi SAW waktu itu kedatangan Jibril a.s di saat Nabi tidur di rumah Ummu Hani dan rumah itu ada di kampungnya Abu thalib dekat baitullah.

Komentarku ( Mahrus ali
Kalau Ibn Hajar menyatakan  seperti itu , maka tidak punya landasan  dalil , sebab hadis yang menyatakan Rasul shallahu alaihi wasallam isra` dari rumah Ummu Hani hadisnya lemah. Lihat dalam arsip pertemuan  ahli hadis  ( ملتقى أهل الحديث         (
لم يصح حديث في إسراء النبي صلى الله عليه وسلم من بيت أم هانئ، وإنما أسري به من الحجر.
--------
ص405 - أرشيف ملتقى أهل الحديث - الدرر الحسان من مجالس العلوان - المكتبة الشاملة الحديثة
Hadis yang menjelaskan bahwa Rasul shallahu alaihi wasallam  isra` dari rumah Ummu Hani` tidak ada yang sahih. Dan yang benar dari Hijir Ismail .
الرابط:https://al-maktaba.org/book/31615/26907#p22
Komentarku ( Mahrus ali
Bukan  di isra`kan dari hijir Ismail tapi di mi`rajkan , lihat  dalilnya yang muttafaq alaih sbb.
صحيح البخاري (4/ 109)
 - حَدَّثَنَا هُدْبَةُ بْنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنَا هَمَّامٌ، عَنْ قَتَادَةَ، ح وقَالَ لِي خَلِيفَةُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ، حَدَّثَنَا سَعِيدٌ، وَهِشَامٌ، قَالاَ: حَدَّثَنَا قَتَادَةُ،
حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ صَعْصَعَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَا أَنَا عِنْدَ الْبَيْتِ بَيْنَ النَّائِمِ وَالْيَقْظَانِ وَذَكَرَ يَعْنِي رَجُلًا بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ فَأُتِيتُ بِطَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ مُلِئَ حِكْمَةً وَإِيمَانًا فَشُقَّ مِنْ النَّحْرِ إِلَى مَرَاقِّ الْبَطْنِ ثُمَّ غُسِلَ الْبَطْنُ بِمَاءِ زَمْزَمَ ثُمَّ مُلِئَ حِكْمَةً وَإِيمَانًا وَأُتِيتُ بِدَابَّةٍ أَبْيَضَ دُونَ الْبَغْلِ وَفَوْقَ الْحِمَارِ الْبُرَاقُ فَانْطَلَقْتُ مَعَ جِبْرِيلَ حَتَّى أَتَيْنَا السَّمَاءَ الدُّنْيَا
2. Telah bercerita kepada kami Anas bin Malik dari Malik bin Sha'sha'ah radliallahu 'anhuma berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ketika aku berada di sisi Baitullah antara tidur dan sadar". Lalu Beliau menyebutkan, yaitu: "Ada seorang laki-laki diantara dua laki-laki yang datang kepadaku membawa baskom terbuat dari emas yang dipenuhi dengan hikmah dan dan iman lalu orang itu membelah badanku dari atas dada hingga bawah perut, lalu dia mencuci perutku dengan air zamzam kemudian mengisinya dengan hikmah dan iman. Kemudian aku diberi seekor hewan tunggangan putih yang lebih kecil dari pada baghal namun lebih besar dibanding keledai bernama al-Buraq. Maka aku berangkat bersama Jibril Alaihissalam, hingga sampai di langit dunia.
Komentarku ( Mahrus ali
Hadis tsb menyatakan di  mi`rajkan dari Hijir Ismail bukan di isra`kan.   Dan  hadis itu sudah dikatakan lemah karena bertentangan . Kalau kita mau ikut Al Qu`ran, mengikuti Al Qu`ran , memang beliau di isra`kan  dari masjidil haram. Lihat ayatnya :
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Al Isra` 1
Jadi isra` itu dari masjid ke masjid , bukan dari rumah ke masjidil aqsha. Ikut quran ini sj lebih mantap.

Anda menyatakan:
oleh sebab itu al-Hafidz Ibnu Hajar menegaskan bahwa bentuk kompromi dari hal itu adalah bahwa Nabi SAW waktu itu kedatangan Jibril a.s di saat Nabi tidur di rumah Ummu Hani dan rumah itu ada di kampungnya Abu thalib dekat baitullah.

Komentarku ( Mahrus ali
Sayang pernyataan Ibnu Hajar di potong hingga artinya janggal . mestinya di tambah “ lalu  di keluarkan oleh malaikat ke pintu masjid”. Lengkapnya sbb:
وَالْجَمْعُ بَيْنَ هَذِهِ الْأَقْوَالِ أَنَّهُ نَامَ فِي بَيْتِ أُمِّ هَانِئٍ وَبَيْتُهَا عِنْدَ شِعْبِ أَبِي طَالِبٍ فَفُرِّجَ سَقْفُ بَيْتِهِ وَأَضَافَ الْبَيْتَ إِلَيْهِ لِكَوْنِهِ كَانَ يَسْكُنُهُ فَنَزَلَ مِنْهُ الْمَلَكُ فَأَخْرَجَهُ مِنَ الْبَيْتِ إِلَى الْمَسْجِدِ فَكَانَ بِهِ مُضْطَجِعًا وَبِهِ أَثَرُ النُّعَاسِ ثُمَّ أَخْرَجَهُ الْمَلَكُ إِلَى بَابِ الْمَسْجِدِ

Dan kompromi  dari  perkataan perkataan ini adalah bahwa rasul tidur di rumah Ummu Hani` di  syi`eb  Abu Thalib.  Malaikat  membuka atap rumahnya dan lalu disebut dengan redaksi “ Rumahku “  karena rumah itu  dihuni Nabi , lalu malaikat turun lalu  membawanya keluar dari rumah ke masjid dan berbaring di sana dengan bekas kantuk. Lalu malaikat mengeluarkan ke pintu masjid.
Komentarku ( Mahrus ali
Kalau dilihat perkataan kompromi ibnu Hajar ini  tambah banyak tambahan seolah beliau yang bikin cerita baru, bukan hadis Muttafaq alaih . Jadi  dua hadis Muttafaq alaih yang berbeda maknanya lalu dikelola. Ini namanya mengarang cerita baru . lalu maksud hadis yang kacau redaksinya  ( mudhthorib ) yang di tolak itu yang mana?
Menurut saya dua hadis sahih yang redaksinya kacau itu harus di tolak dan dikatakan  lemah menurut kaidahnya  sbb”
وَذُو اخْتِلاَفِ سَنَدٍ أَوْ مَتْنٍ    مُضْطَرِبٌ عِنْدَ أُهَيْلِ اْلفَنِ
      Kekacauan sanad atau redaksi termasuk mudhtharib menurut ahli mustholah hadis  
Jadi solusinya dua hadis yang kontradiksi itu di buang  bukan di carikan jalan kompromi. Lalu bikin cerita baru.
Dalam hadis Muttafaq alaih dikatakn Rasul shallahu alaihi wasallam dimi`rajkan  dari “rumahku “ sampai rumahku di bobol , lo kok malah dikatakan oleh Ibnu Hajar saat itu Rasul shallahu alaihi wasallam di isra`kan dari rumah Ummu Hani`. Tambah keliru lagi . Bahkan hadis yang dibuat sandaran hadis lemah . Ini kan tambah menyesatkan.
Sudah kembalilah kpd Al Qu`ran yang menyatakan  Rasul shallahu alaihi wasallam diisra`kan dari masjidil haram.
Anda menyatakan:

Selesai sudah difahami.
Komentarku ( Mahrus ali
 Tambah morat marit .
 Anda menyatakan:
Atas pemahaman al-Hafidz diatas nampak jelas bahwa para ahli hadis begitu cantiknya memperlakukan hadis. Intinya jelas cerita ini ada dari para shahabat nabi, adapun perbedaan narasi penyampaian maka perbedaan-perbedaan itulah yang perlu dikritisinya bukan lantas seluruh cerita itu tidak ada.
Komentarku ( Mahrus ali
Kita tolak Mi`raj karena hadisnya kacau belau dan bertentangan dengan banyak ayat.

Tanggapanku (Dadi Herdiansah):

Menyaksikan yang ana maksud adalah mereka menyaksikan Nabi saw bercerita kisah Isra Mi’raj ini. Abu Dzar, Malik bin sha’sha’ah dan sahabat-shahabat yang lain langsung mendengar cerita ini dari Nabi saw. bukan benar-benar melihat pertemuan beliau dengan Jibril as. Semua sudah pada mafhum peristiwa ini hanya Nabi saja yang mengalami tanpa disaksikan langsung kejadiannya oleh para shahabat.
Komentarku ( Mahrus ali
Hadis Mi`raj riwayat Abu Dzar itu

مسند البزار = البحر الزخار (9/ 337)
 - حَدَّثَنِي عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ، قَالَ: نَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ صَالِحٍ، قَالَ: نَا اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي يُونُسُ يَعْنِي ابْنَ يَزِيدَ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: كَانَ أَبُو ذَرٍّ يُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
مسند البزار = البحر الزخار (9/ 339)
وَهَذَا الْكَلَامُ قَدْ رُوِيَ نَحْوَهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ وَلَا نَعْلَمُ يُرْوَى عَنْ أَبِي ذَرٍّ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ
Imam Al Bazzar menyatakan :
Maksudnya hadis Abu Dzar tentang Isra` Mi`raj itu hanya di riwayatkan oleh Abu dzar dari jalur ini ……..
Kalimat sedemikian ini biasanya sebagai pernyataan sanad yang gharib yang ganjil . Dan kebanyakan yang gharib itu lemah .
- كراهية المتقدمين لرواية الغريب:
كان المتقدمون من علماء الحديث يكرهون رواية الغرائب وما تفرد به الرواة، ويعدونه من شَرِّ الحديث، كما قال الإمام مالك رحمه الله: "شَرُّ العلم الغريبُ، وخيرُ العلم الظاهرُ الذي قد رواه الناس" 1،
Hukum hanya seorang perawi yang meriwayatkan  hadis.( tafarrud )
1.     Ulama hadis  dahulu tidak suka atau benci terhadap riwayat  gharib ( nyeleneh )
Ulama hadis dahulu benci  terhadap  terhadap riwayat – riwayat yang gharib ( nyeleneh )  dan  hadis yang  di riwayatkan   oleh seorang  perawi , lalu di anggap   sebagai  hadis yang  terjelek  sebagaimana  di katakan   oleh Imam Malik rahimahullah: Ilmu  terjelek  adalah  yang gharib  dan  ilmu yang  terbaik adalah  yang tampak yang di riwayatkan oleh manusia. ( banyak ).
Km hrs bisa menyimpulkan bahwa riwayat dr perawi tunggal menurut pakar hadis dulu tertolak. …………..
Setahu saya kisah Mi`raj yang panjang itu  tafarrud pada Anas bin Malik, makanya mayoritas sahabat dan tabiin tidak paham tentang Mi`raj .

Tanggapanku (Dadi Herdiansah):

Kurang tepat jika mempersalahkan apakah zamzam ada di dalam atau di luar masjidil haram, atau mempermasalahkan rumah nabi waktu kedatangan jibril di dalam atau diluar masjidil haram sebab waktu itu masjidil haram sewaktu peristiwa isra mi’raj belum dibangun. Intinya baik zamzam atau rumah nabi saw pada waktu itu jalasnya ada dekat baitullah.
Wallahu a'lam. Nanti dilanjut tanggapan yg lainnya.
Komentarku ( Mahrus ali
Meski “ dekat ka`bah “ yang dipermasalahkan , lalu anda katakan bahwa rumah Nabi  termasuk dekat ka`bah.
Pada hal persoalan yang penting  itu dua hadis itu bertentangan karena  hadis yang satu menjelaskan Mi`raj dari rumah Nabi shallahu alaihi wasallam yang atapnya di bobol dan  hadis yang lain menyatakan Mi`raj dimulai dari Rasul shallahu alaihi wasallam yang tidur di dekat ka`bah tanpa membobol atap.
Silahkan dilanjut ……………………………….  Dan saya tunggu.

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan