Fase ke 4 kajian tentang wanita
haid wajib berpuasa Ramadhan, haram berbuka di siang hari bulan Ramadhan.
سنن أبي داود ت الأرنؤوط (1/ 189)
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا
أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ مُعَاذَةَ
ABUDAUD - 229) : Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il telah
menceritakan kepada kami Wuhaib telah menceritakan kepada kami Ayyub dari Abu
Qilabah dari Mu'adzah
أَنَّ امْرَأَةً سَأَلَتْ عَائِشَةَ أَتَقْضِي الْحَائِضُ الصَّلَاةَ
فَقَالَتْ أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ لَقَدْ كُنَّا نَحِيضُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَا نَقْضِي وَلَا نُؤْمَرُ بِالْقَضَاءِ
(bahwasanya ada seorang wanita bertanya kepada
Aisyah; Apakah wanita yang haidl harus mengqadla` shalat? Aisyah berkata;
Apakah kamu orang Haruriah? kami biasa haidl pada masa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, lalu kami tidak mengqadla` (shalat) dan tidak pula
diperintahkan untuk mengqadla`nya.
- حدَّثنا الحسنُ بنُ عَمرو،
أخبرنا سُفيان -يعني ابنَ عبد الملك-, عن ابن المُبارَك، عن مَعمَر، عن أيوب، عن
مُعاذة العَدَويَّةِ، عن عائشة بهذا الحديث.
وزادَ فيه: فنُؤمَرُ بقضاءِ الصَّومِ، ولا نُؤمَرُ بقضاءِ الصَّلاةِ (1).
Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Amru telah mengabarkan
kepada kami Sufyan bin Abdul Malik dari Ibnu Al-Mubarak dari Ma'mar dari Ayyub
dari Mu'adzah Al-Adawiyyah dari Aisyah dengan hadits ini. Abu Dawud berkata;
Dan dia menambahkan padanya; Kami diperintahkan mengqadla puasa dan tidak
diperintahkan mengqadla shalat.
Saya katakan :
وهو حديث ضعيف!
ولفظة «فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ، وَلَا نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ
الصَّلَاةِ» انفرد بها مَعمر، وهو إسناد ضعيف.
Ia hadis lemah, kalimat “ Kami diperintahkan untuk mengqadha` puasa dan tidak
diperintahkan untuk mengqadha` salat “ hanya diriwayatkan oleh Ma`mar secara
sendirian . Sanadnya juga lemah.
Komentarku ( Mahrus ali ) . Jadi perintah mengqadha`
puasa itu tambahan perawi , bukan dari Nabi shallahu alaihi wasallam.
قال البخاري: "ما أعجب حديث معمر عن غير الزهري، فإنه لا يكاد يوجد
فيه حديث صحيح" [شعب الإيمان للبيهقي: 6/458].
Aku tidak heran hadis Ma`mar yang
tidak dari Zuhri , hampir tidak ada yang sahih. Lihat Syuabul iman karya al baihaqi 458/6
وقال ابن أبي خيثمة: سمعت يحيى بن معين يقول: "إذا حدثك معمر عن
العراقيين فخفه، إلا عن الزهري، وابن طاوس، فإن حديثه عنهما مستقيم، فأما أهل
الكوفة والبصرة فلا، وما عمل في حديث الأعمش شيئاً" [تاريخ ابن أبي خيثمة:
3/1/325].
Ibn Abi Khaythamah berkata: Aku mendengar Yahya bin Ma'in berkata:
"Jika Ma`mmar menyampaikan hadis dari orang Irak, dia takutlah ( abaikan
saja ) , kecuali dari az zuhri dan Ibn Tawus,
karena haditsnya dari keduanya lurus. Bila dari perawi Kufa dan Basra tidak.
3/1/325].
وقد تفرد عبدالرزاق بهذا اللفظ عن معمر، وعبدالرزاق لا يُحتج به
Hanya Abd Razzaq yang meriwayatkan dengan redaksi itu dari Ma`mar . dan Abd Razzaq tidak bisa di
buat hujjah.
Boleh dilihat dalam hadis dibawah ini sama dari Aisyah, tapi tidak menyebut
mengqadha`puasa bagi orang haid. . Atau haid boleh meninggalkan puasa . Aisyah
hanya membahas masalah salat saja .
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ قَالَ
حَدَّثَنَا قَتَادَةُ قَالَ حَدَّثَتْنِي مُعَاذَةُ
(BUKHARI - 310) : Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il
berkata, telah menceritakan kepada kami Hammam berkata, telah menceritakan
kepada kami Qatadah berkata,
telah menceritakan kepadaku Mu'adzah
أَنَّ امْرَأَةً قَالَتْ لِعَائِشَةَ أَتَجْزِي إِحْدَانَا صَلَاتَهَا
إِذَا طَهُرَتْ فَقَالَتْ أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ كُنَّا نَحِيضُ مَعَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَا يَأْمُرُنَا بِهِ أَوْ قَالَتْ فَلَا
نَفْعَلُهُ
, bahwa ada seorang wanita bertanya kepada 'Aisyah, "Apakah seorang
dari kita harus melaksanakan shalat yang ditinggalkannya bila sudah suci?"
'Aisyah menjawab, "Apakah kamu dari kelompok Haruri ! Sungguh kami pernah
mengalami haid di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan beliau tidak
memerintahkan kami untuk itu." Atau Aisyah mengatakan, "Kami tidak
melakukannya (mengqadla` salat )."
Hadis di sahih Bukhari itu
didukung oleh riwayat Muslim sbb:
حَدَّثَنَا أَبُو الرَّبِيعِ الزَّهْرَانِيُّ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ
أَيُّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ مُعَاذَةَ ح و حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ
يَزِيدَ الرِّشْكِ عَنْ مُعَاذَةَ
(MUSLIM - 506) : Telah menceritakan kepada kami Abu ar-Rabi' az-Zahrani
telah menceritakan kepada kami Hammad dari Ayyub dari Abu Qilabah dari Mu'adzah
--lewat jalur periwayatan lain--, dan telah menceritakan kepada kami Hammad
dari Yazid ar-Rasyk dari Mu'adzah
أَنَّ امْرَأَةً سَأَلَتْ عَائِشَةَ فَقَالَتْ أَتَقْضِي إِحْدَانَا الصَّلَاةَ
أَيَّامَ مَحِيضِهَا فَقَالَتْ عَائِشَةُ أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ قَدْ كَانَتْ
إِحْدَانَا تَحِيضُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ثُمَّ لَا تُؤْمَرُ بِقَضَاءٍ
bahwa seorang perempuan bertanya kepada Aisyah seraya berkata,
"Apakah salah seorang di antara kami harus mengqadha' shalat semasa
didatangi haid kami?" Aisyah menjawab, "Apakah kamu dari golongan
Haruriyyah? Suatu ketika dulu ada di antara kami yang didatangi haid pada masa
Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam tetapi kami tidak diperintahkan mengqadha
shalat."
أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالَ أَنْبَأَنَا عَلِيٌّ يَعْنِي ابْنَ
مُسْهِرٍ عَنْ سَعِيدٍ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ مُعَاذَةَ الْعَدَوِيَّةِ
NASAI - 2279) : Telah mengabarkan kepada kami 'Ali bin Hujr dia berkata;
telah memberitakan kepada kami 'Ali bin Mushir dari Sa'id dari Qatadah dari
Mu'adzah Al 'Adawiyyah
أَنَّ امْرَأَةً سَأَلَتْ عَائِشَةَ أَتَقْضِي الْحَائِضُ الصَّلَاةَ إِذَا
طَهُرَتْ قَالَتْ أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ كُنَّا نَحِيضُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ نَطْهُرُ فَيَأْمُرُنَا
بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلَا يَأْمُرُنَا بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ
(bahwasanya
seorang wanita bertanya kepada 'Aisyah, "Apakah seorang wanita yang haidl mengqadla shalat jika telah suci?" Aisyah
berkata; "Apakah kamu berpaham Haruriyah (golongan Khawarij)? Kami pernah
mengalami haidl pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, setelah
suci, beliau menyuruh kami untuk mengganti puasa dan tidak menyuruh kami untuk
mengqadla shalat."
Komentarku ( Mahrus ali ). Hadis di atas bertentangan dengan hadis
di BUKHARI – 310 dengan perawi yang sama. Di sana tidak ada keterangan
mengqadha` puasa lalu di sini dimuat. Ia juga bertentangan dengan hadis sbb:
أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ زُرَارَةَ قَالَ أَنْبَأَنَا إِسْمَعِيلُ عَنْ
أَيُّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ مُعَاذَةَ الْعَدَوِيَّةِ قَالَتْ
(NASAI - 379) : Telah mengabarkan kepada kami Amr bin Zurarah dia
berkata; telah menceritakan kepada kami Isma'il dari Ayyub dari Abu Qilabah
dari Mu'adzah Al 'Adawiyah dari dia berkata;
سَأَلَتْ امْرَأَةٌ عَائِشَةَ أَتَقْضِي الْحَائِضُ الصَّلَاةَ فَقَالَتْ
أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ قَدْ كُنَّا نَحِيضُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَا نَقْضِي وَلَا نُؤْمَرُ بِقَضَاءٍ
"Seorang perempuan bertanya kepada Aisyah,
'Apakah orang haidl harus mengqadla shalat? ' dia menjawab, 'Apakah kamu orang
Haruriyah? Kita dahulu mengalami haidl pada zaman Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, dan kita tidak mengqadlanya, dan juga tidak disuruh
mengqadlanya."
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
نُمَيْرٍ عَنْ عُبَيْدَةَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ
قَالَتْ كُنَّا نَحِيضُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَأْمُرُنَا بِقَضَاءِ الصَّوْمِ
(IBNUMAJAH - 1660) : Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad
berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dari Ubaidah dari
Ibrahim dari Al Aswad dari 'Aisyah ia berkata, "Kami pernah mengalami
haidl di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau memerintahkan kami
untuk mengqadla puasa. "
سنن ابن ماجه ت الأرنؤوط (2/ 577)
وهذا إسناد ضعيف لضعف عبيدة: وهو ابن معتِّب الضبي.
Ini sanad yang lemah karena perawi bernama Ubaidah bin Muattib al dhobbi
yang lemah.
عبيدة بن معتب الضبى ، أبو عبد
الكريم الكوفى الضرير
الطبقة : 8 : من الوسطى من أتباع
التابعين
مرتبته عند ابن حجر : ضعيف ، و اختلط بأخرة
مرتبته عند الذهبـي : قال أحمد : تركوا حديثه
4416 موسوعة رواة الحديث
Ubaidah bin muattib al dhobbi – julukannya Abul abd karim al kufi yang buta.
Tingkatan : ke 8 dari pertengahan pengikut tabiin
Martabat menurut Ibn Hajar :Lemah dan kabur hapalannya di usia lanjut
Martabatnya menurut dzahabi : Imam Ahmad berkata : Para ulama
meninggalkan hadisnya ( tidak dipakai ).
Jadi hadis yang memerintahkan untuk meninggalkan puasa dibulan Ramadhan
bagi orang haid adalah pengertiannya kacau belau. Satu hadis menjelaskan wanita
haid meninggalkan puasa dan di hadis yang lain tidak ada keterangan itu. Lalu
mana yang benar dari Rasul dan mana yang tambahan perawi. Hadis sedemikian ini
harus di tinggalkan , tidak boleh dipakai. Bila di pakai, maka pilih yang mana
? Bila di tinggalkan , maka bagi wanita haid tetap berpuasa di bulan Ramadhan
sebagaimana wanita lain. Dan berdosalah bila berbuka di dalamnya. Kembalilah
kpd ayat 185 Baqarah yang menyatakan hanya orang sakit atau berpergian yang
boleh meninggalkan puasa di bulan ramadhan.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan