Fase ke 3 kajian tentang wanita
haid wajib berpuasa Ramadhan, haram berbuka di siang hari bulan Ramadhan.
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ قَالَ أَخْبَرَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ قَالَ أَخْبَرَنِي زَيْدٌ هُوَ ابْنُ أَسْلَمَ عَنْ
عِيَاضِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ
(BUKHARI - 293) : Telah menceritakan kepada
kami Sa'id bin Abu Maryam berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin
Ja'far berkata, telah mengabarkan kepadaku Zaid -yaitu Ibnu Aslam- dari 'Iyadl
bin 'Abdullah dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata
خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَضْحَى أَوْ فِطْرٍ إِلَى الْمُصَلَّى
فَمَرَّ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي
أُرِيتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ فَقُلْنَ وَبِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ
تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada hari raya
'Iedul Adlha atau Fitri keluar menuju tempat shalat, beliau melewati para
wanita seraya bersabda: "Wahai para wanita! Hendaklah kalian
bersedekahlah, sebab diperlihatkan kepadaku bahwa kalian adalah yang paling
banyak menghuni neraka." Kami bertanya, "Apa sebabnya wahai
Rasulullah?" beliau menjawab: "Kalian banyak melaknat dan banyak mengingkari
jasa
suami.
مَا رَأَيْتُ مِنْ
نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ
إِحْدَاكُنَّ قُلْنَ وَمَا نُقْصَانُ دِينِنَا وَعَقْلِنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
قَالَ أَلَيْسَ شَهَادَةُ الْمَرْأَةِ مِثْلَ نِصْفِ شَهَادَةِ الرَّجُلِ قُلْنَ
بَلَى قَالَ فَذَلِكِ مِنْ نُقْصَانِ عَقْلِهَا أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ
تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ قُلْنَ بَلَى قَالَ فَذَلِكِ مِنْ نُقْصَانِ دِينِهَا
, Dan aku tidak pernah melihat wanita yang kurang agama dan
akalnya yang lebih bisa melenyapkan hati
lelaki yang tangguh dari pada seseorang dari kalian . " Kami bertanya
lagi, "Wahai Rasulullah, apa tanda dari kurangnya akal dan lemahnya
agama?" Beliau menjawab: "Bukankah persaksian seorang wanita setengah
dari persaksian laki-laki?" Kami jawab, "Benar." Beliau berkata
lagi: "Itulah kekurangan akalnya. Dan bukankah seorang wanita bila dia
sedang haid dia tidak shalat dan puasa?" Kami jawab, "Benar."
Beliau berkata: "Itulah kekurangan agamanya."
Komentarku ( Mahrus
ali ).
Dalam hadis diatas dijelaskan tentang
wanita haid tidak berpuasa dibulan Ramadhan. Silahkan cek di hadis
berikutnya yang pengertiannya
beda dengan hadis di atas. Hadis berikutnya tidak ada keterangan wanita
haid boleh meninggalkan puasa. Pada hal sama dari Abu Said al khudri dan juga sama tercantum dalam
hadis Bukhari . Lalu mana yang asli dari Nabi shallahu alaihi wasallam dan mana
yang palsu atau mana yang bisa di buat
pedoman hukum dan mana yang tidak . Hadis sedemikian ini namanya kacau redaksi dan sebagai sinyal kelemahan.
Hadis sahih tidak begitu .
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي
مَرْيَمَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ قَالَ أَخْبَرَنِي زَيْدٌ هُوَ
ابْنُ أَسْلَمَ عَنْ عِيَاضِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
Telah
menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam telah mengabarkan kepada kami Muhammad
bin Ja'far berkata, telah mengabarkan kepada saya Zaid dia adalah putra Aslam
dari 'Iyadh bin 'Abdullah dari Abu Sa'id Al Khurdri radliallahu 'anhu;
خَرَجَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَضْحًى أَوْ فِطْرٍ إِلَى
الْمُصَلَّى ثُمَّ انْصَرَفَ فَوَعَظَ النَّاسَ وَأَمَرَهُمْ بِالصَّدَقَةِ
فَقَالَ أَيُّهَا النَّاسُ تَصَدَّقُوا فَمَرَّ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ يَا
مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ
فَقُلْنَ وَبِمَ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ
وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ
لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ
Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam keluar menuju lapangan
tempat shalat untuk melaksanakan shalat 'Iedul Adhha atau 'Iedul Fithri.
Setelah selesai Beliau memberi nasehat kepada manusia dan memerintahkan mereka
untuk menunaikan bersedekah seraya bersabda:
"Wahai manusia, bershadaqahlah ". Kemudian Beliau mendatangi jama'ah
wanita lalu bersabda: "Wahai kaum wanita, bershadaqahlah. Sungguh aku
melihat kalian adalah yang paling banyak akan menjadi penghuni neraka".
Mereka bertanya: "Mengapa begitu, wahai Rasulullah?". Beliau menjawab:
"Kalian banyak melaknat dan mengingkari
jasa suami. Tidaklah aku
melihat orang yang lebih kurang akal dan agamanya melebihi seorang dari kalian,
wahai para wanita".
ثُمَّ
انْصَرَفَ فَلَمَّا صَارَ إِلَى مَنْزِلِهِ جَاءَتْ زَيْنَبُ امْرَأَةُ ابْنِ
مَسْعُودٍ تَسْتَأْذِنُ عَلَيْهِ فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذِهِ زَيْنَبُ
فَقَالَ أَيُّ الزَّيَانِبِ فَقِيلَ امْرَأَةُ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ نَعَمْ
ائْذَنُوا لَهَا فَأُذِنَ لَهَا قَالَتْ يَا نَبِيَّ اللَّهِ إِنَّكَ أَمَرْتَ
الْيَوْمَ بِالصَّدَقَةِ وَكَانَ عِنْدِي حُلِيٌّ لِي فَأَرَدْتُ أَنْ أَتَصَدَّقَ
بِهِ فَزَعَمَ ابْنُ مَسْعُودٍ أَنَّهُ وَوَلَدَهُ أَحَقُّ مَنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ
عَلَيْهِمْ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَدَقَ ابْنُ
مَسْعُودٍ زَوْجُكِ وَوَلَدُكِ أَحَقُّ مَنْ تَصَدَّقْتِ بِهِ عَلَيْهِمْ
Kemudian Beliau mengakhiri khuthbahnya lalu pergi. Sesampainya
Beliau di tempat tinggalnya, datanglah Zainab, isteri Ibu Mas'ud meminta izin
kepada Beliau, lalu dikatakan kepada Beliau; "Wahai Rasulullah , ini
adalah Zainab". Beliau bertanya: "Zainab siapa?". Dikatakan:
"Zainab isteri dari Ibnu Mas'ud". Beliau berkata,: "Oh ya,
persilakanlah dia". Maka dia diizinkan kemudian berkata,: "Wahai Nabi
Allah, sungguh anda hari ini sudah memerintahkan shadaqah sedangkan aku memiliki emas yang aku
berkendak bersedekah namun Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa dia dan anaknya lebih
berhak terhadap apa yang akan aku sedekahkan ini dibandingkan mereka
(mustahiq). Maka Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Ibnu Mas'ud
benar, suamimu dan anak-anakmu lebih barhak kamu berikan shadaqah dari pada
mereka". HADIST
NO – 1369 Bukhari
المسند الجامع
- بشار عواد (6/ 431)
أخرجه
البُخَارِي 1/83(304) و2/149(1462) و3/45(1951) و3/226(2658. و"مسلم"
1/61(155) قال : حدَّثني الحَسَن بن علي الحُلواني ، وأبو بَكْر بن إِسْحَاق.
و"ابن خزيمة" 1430 و2045 و2462 قال : حدَّثنا مُحَمد بن يَحيى ، وزكريا
بن يَحيى بن أَبَان.
خمستهم (البُخَارِي ، والحَسَن ، وأبو بَكْر ، ومُحَمد
بن يَحيى ، وزكريا) عن سَعِيد بن أَبي مَرْيم. قال : حدَّثنا مُحَمد بن جَعْفَر.
قال : أخبرني زَيْد بن أَسْلم ، عن عِيَاض بن عَبْد اللهِ ، فذكره.
Intinya hadis Abu Said al Khudri ini tafarrud kepada Said
bin Abi Maryam
Identitasnya sbb:
ــ سعيد بن
الحكم بن محمد بن سالم ، المعروف بابن أبى مريم ، الجمحى ، أبو محمد المصرى ، مولى
أبى الصبيغ ، مولى بنى جمح
المولد : 144 هـ
الطبقة : 10 :
كبارالآخذين عن تبع الأتباع
الوفاة : 224
هـ
روى له : خ م د
ت س ق
مرتبته عند ابن
حجر : ثقة ثبت فقيه
مرتبته عند
الذهبـي : الحافظ ، قال أبو حاتم : ثقة
Said ibn al-Hakam ibn Muhammad ibn Salim, yang dikenal sebagai Ibn Abi
Maryam, al-Jumahi, Abu Muhammad al-Masri, Mawla Abi al-Sabeegh, Mawla Bani
Jamah
Lahir : 144 H
Tingkat ke 10: Tokoh penuntut ilmu dari pengikut tabiin
Wafat : 224 H
الطبقة
العاشرة : كبار الآخذين عن تبع التابعين ممن لم يلق التابعين كأحمد بن حنبل.
* الطبقة الحادية عشرة: الطبقة الوسطى من ذلك كالذهلي والبخاري.
* الطبقة الثانية عشرة: صغار الآخذين عن تبع الأتباع كالترمذي وباقى شيوخ الأئمة الستة الذين تأخرت وفاتهم قليلاً كبعض شيوخ النسائي.
* الطبقة الحادية عشرة: الطبقة الوسطى من ذلك كالذهلي والبخاري.
* الطبقة الثانية عشرة: صغار الآخذين عن تبع الأتباع كالترمذي وباقى شيوخ الأئمة الستة الذين تأخرت وفاتهم قليلاً كبعض شيوخ النسائي.
Jadi pada masa 200 tahun hijriyah hadis itu masih di anggap nyeleneh
dan tidak ada yang mengerti. Apalagi
dimasa tabiin atau sahabat . Mayoritas mereka tidak mengerti hadis itu. Artinya
perintah seorang haid tidak
berpuasa dimasa sahabat itu tidak
dikenal , begitu juga dimasa tabiin.
Timbulnya ajaran wanita hadis boleh
meninggalkan puasa ramadahan itu setelah priode tsb.
Bila tidak begitu, maka apa maksudnya
di priode perawi Ibn Abi Maryam saja
yang paham yaitu 200 tahun hijriyah
hanya beliau yang tahu. Mayoritas generasi manusia saat itu tidak paham . Bila benar, maka
banyak sahabat yang paham masalah tsb.
Aneh jg perawi Madinah tidak paham hadis itu, lalu perawi Mesir saja
yang satu ini yang meriwayatkannya dan lainnya tidak mengerti. Ini namanya
sinya l kelemahan hadis.
وَذُو اخْتِلاَفِ سَنَدٍ أَوْ مَتْنٍ
مُضْطَرِبٌ عِنْدَ أُهَيْلِ اْلفَنِ
Kekacauan sanad atau redaksi
termasuk mudhtharib menurut ahli mustholah hadis.
Karena dari perawi tunggal dan
redaksi hadis yang kacau belau itu , ia
tidak bisa dibuat rujukan hukum untuk
orang haid boleh meninggalkan puasa.
حَدَّثَنَا
أَبُو عَبْدِ اللَّهِ هُرَيْمُ بْنُ مِسْعَرٍ الْأَزْدِيُّ التِّرْمِذِيُّ
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِي صَالِحٍ
عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
(TIRMIDZI - 2538) :
Telah bercerita kepada kami
Abu Abdillah
Huraim bin Mis'ar Al Azdi At Tirmdzi telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz
bin Muhammad dari Suhail bin Abu Shalih dari bapaknya dari Abu Hurairah
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَبَ النَّاسَ فَوَعَظَهُمْ
ثُمَّ قَالَ يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنَّكُنَّ أَكْثَرُ أَهْلِ
النَّارِ فَقَالَتْ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ وَلِمَ ذَاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ
لِكَثْرَةِ لَعْنِكُنَّ يَعْنِي وَكُفْرِكُنَّ الْعَشِيرَ
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkhutbah
di hadapan para sahabat lalu menasehati mereka kemudian berkata: "Wahai
para wanita berinfaqlah karena kalian adalah penghuni neraka yang paling
banyak". Maka salah seorang wanita bertanya; 'Kenapa demikian wahai
Rasulullah? ' Beliau menjawab: "Karena kalian banyak melaknat yaitu
mengingkari terhadap (nikmat) suami,
قَالَ
وَمَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَغْلَبَ لِذَوِي الْأَلْبَابِ
وَذَوِي الرَّأْيِ مِنْكُنَّ قَالَتْ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ وَمَا نُقْصَانُ
دِينِهَا وَعَقْلِهَا قَالَ شَهَادَةُ امْرَأَتَيْنِ مِنْكُنَّ بِشَهَادَةِ رَجُلٍ
وَنُقْصَانُ دِينِكُنَّ الْحَيْضَةُ تَمْكُثُ إِحْدَاكُنَّ الثَّلَاثَ
وَالْأَرْبَعَ لَا تُصَلِّي سنن الترمذي ت شاكر (5/ 10)
وَفِي
البَابِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، وَابْنِ عُمَرَ: هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ [حكم الألباني] : صحيح
" lalu beliau
bersabda: "Dan aku tidak melihat dari wanita wanita yang sedikit akal dan
agamanya lebih bisa mengalahkan orang – orang yang punya hati mantap dan
pendapat yang baik daripada
kalian", salah seorang wanita bertanya, 'Apa kekurangan agama dan akal
wanita? ' Beliau menjawab: "Persaksian dua orang wanita dari kalian adalah
sama dengan persaksian seorang lelaki sedangkan kekurangan din (agama) kalian
adalah adanya masa haid yang dapat menahan salah seorang dari kalian tiga
sampai empat hari dari melaksanakan sholat." Dan dalam bab ini ada hadits
dari Abu Sa'id dan Ibnu Umar, Abu Isa berkata; 'Hadits ini hasan ".
Dalam hadis Tirmidzi yang terahir ini tidak ada keterangan wanita haid boleh tidak
berpuasa. Malah cukup meninggalkan salat saja selama tiga atau empat hari. Ini
suatu bukti bahwa hadis perintah berbuka untuk wanita haid tidak akurat, tidak
valid, rapuh sekali karena bertentangan dengan banyak hadis.
Kita kembali
saja kepada ayat :
شَهْرُ
رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ
الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَن
شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن
كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ
الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا
هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
(Beberapa hari
yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena
itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan
itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau
dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak
hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya
yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. 185 Baqarah
Sebab yang memperbolehkan seorang untuk
meninggalkan puasa atau berbuka di siang hari bulan Ramadhan adalah ketika
sakit atau berpergian. Bukan ketika haid, tiada
ada dalam Al Qu`ran ajaran yang memperbolehkan wanita haid untuk meninggalkan
puasa.
Kadang orang bilang : Wanita yang haid itu dalam keada
an tubuh yang lemah.
Saya katakan : Tapi kebanyakan wanita haid masih bisa kerja ke pabrik, ke
pasar atau di rumah. Jadi aneh , bila
dia diperbolehkan untuk meninggalkan puasa.
Bila dikatakan : Bagaimana kalau tubuh lemas dan tidak mampu melanjutkan
puasa.
Saya katakan : Bila begitu, maka bagi wanita haid atau
lainnya bila tidak mampu silahkan tinggalkan puasa dan nanti di qadha` pada
hari – hari diluar bulan Ramadhan.
Bila dikatakan : Kebanyakan ulama mengajarkan wanita
haid boleh tinggalkan puasa.
Saya katakan : Mana dalilnya , saya tidak menjumpai
dalilnya . Saya dulu juga menerima ajaran seperti itu . Dan saya juga pernah ajarkan seperti itu Sekarang saya tinggalkan karena sudah tidak
cocok dengan dalil. Allah berfirman :
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ
كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.
Al isra` 36
Berikut ini adalah
Pernyataan Imam Abu Hanifah tentang larangan bertaqlid buta:
إِذَا صَحَّ الْحَديثُ
فَهُوَ مَذْهَبِي
“Jika suatu Hadits
shahih, itulah madzhabku.” [Ibnu Abidin dalam al-Haasiyah (1/63) dan di dalam
risalahnya Rasmun al-Mufti (1/4) dari Majmuu’atur Rasaa`il Ibnu Abidin dan
Syaikh Shalah Al-Falaani dalam Iqaazhul Himam (hlm. 62)]
لاَ يَحِلُّ لِأَحَدٍ
أَنْ يَأْخُذَ بِقَولِنَا مَا لَمْ يَعْلَمْ مِنْ أَيْنَ أَخَذْنَاهُ * فإِنَّنَا
بَشَرٌ نَقُولُ القَولَ اليّومَ ونَرْجِعُ عَنْهُ غَدًا
“Tidak halal bagi
seseorang mengikuti perkataan kami bila ia tidak tahu dari mana kami
mengambilnya.” [Ibnu Abdil Barr dalam al-Intiqaa` dalam Fadhaa`il ats-Tsalatsah
al-A`immah al-Fuqahaa` (hlm. 145) Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam I’laamu
al-Muwaq’iin (hlm. 2/309) dan Ibnu Abidin dalam catatan-kakinya terhadap kitab
al-Bahrur Raa`iq (6/293)]
Imam Malik berkata:
(لْيسَ أَحَدٌ بَعْدَ النَّبِي صلى الله عليه وسلم إِلاَّ وَيُؤْخَذُ من قَوْلِهِ وَيُتْرَكُ إِلاَّ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم) . (ابْنُ عَبْدِ الْبَرِّ فِي اْلجَامِع 2 / 91)
“Tidak ada seorang pun
setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melainkan perkataannya bisa diambil
dan bisa ditinggalkan, kecuali perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
[Ibnu Abdil Barr dalam al-Jaami’ (2/91)]
Imm Syafii berkata:
(أَجْمَعَ الْمُسْلِمُوْنَ عَلَى أَنَّ مَنِ اسْتَبَانَ لَهُ سُنَّةٌ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم لَمْ يَحِلَّ لَهُ أَنْ يَدَعَهَا لِقَوْلِ أَحَدٍ) . (الفلاني ص 68)
“Kaum muslimin
bersepakat bahwasanya barangsiapa yang telah jelas sunnah baginya dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka tidak dihalalkan baginya
meninggalkannya dikarenakan perkataan seseorang.” [Al-Fallani (hlm.68)]
Bila di katakan : Mana ulama
salaf yang mengatakan seperti anda .
Saya katakan : Maksud salaf
disini genarasi sahabat , tabiin , atau pengikut tabiin . atau ulama sekarang?
Sebab , dikalangan sahabat tidak ada yang menyatakan bahwa wanita haid
itu boleh meninggalkan puasa . Bagaimana
mrk tahu , hadisnya saja di masa
200 tahun hijriyah masih di anggap nyeleneh. Atau termasuk ajaran
nyeleneh. Dan paling tepat adalah ikuti sj Al Qu`ran ayat 185 baqarah itu. Bila
kita ikut ajaran yang membudaya yaitu
wanita haid boleh meninggalkan puasa , maka kita tidak punya dalil yang kuat.
Ada murid saya punya istri yang
berpuasa ketika haid dan dia tahu setelah membaca artikel saya tentang masalah
tsb, dia berkata : Istrinya merasakan enak dan kuat, lebih enak dibuat puasa.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan