Tampilkan postingan dengan label tarawih. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tarawih. Tampilkan semua postingan

Selasa, Juni 23, 2015

Sejak sepuluh tahun yang lalu saya tidak menjalankan tarawih, tapi tahajjud saja . Seri ke 7










-       Komentarku ( Mahrus ali ):
-       Dlm hadis  itu disebutkan tarawih  sebelas rakaat, beda  dengan atsar yg lalu  dua puluh rakaat. Di hadis itu juga  tidak ada keterangan  tarawih tsb di masa Usman bin Affan  sebagaimana atsar pertama tadi. Hanya disini ada tambahan selesainya ketika permulaan fajar terbit. Jadi redaksinya  antara keduanya  tidak sama, beda sekali. Dan ini dikatakan idhtirab – kacau redaksi, tidak singkron.
-      عون المعبود لمحمد آبادي (9/ 214)
-      وأخرج محمد بن نصر في قيام الليل حدثنا محمد بن إسحاق حدثني محمد بن يوسف عن جده السائب بن يزيد قال كنا نصلي في زمن عمر في رمضان ثلاث عشرة
……….. , assa`ib bin Yazid berkata: Kami menjalankan shalat di bulan Ramadhan  tiga belas rakaat ( bukan dua puluh atau sebelas rakaat ).
Komentarku ( Mahrus ali ):
Tiga hadis itu, dari segi sanadnya insya Allah sahih dan bersumber  dari seorang sahabat bukan dua atau tiga. Atsar itu sebetulnya dibuat  pegangan untuk jumlah rakaat tarawih. Tapi redaksinya kacau belau, tidak singkron satu sama lainnya.  Saling menyalahkan. Lalu mana  yang benar. Ada yg mengatakan  11 Rakaat, 20 rakaat , 13 rakaat.
Terus mana yg di buat pegangan untuk jumlah tarawih. Bila di ambil salah satunya, maka yg dua atsar itu harus di buang.
Bila mengambil yang  11 rakaat, maka  yg 20 atau 13 rakaat dibuang. Begitu juga sebaliknya.
Ini mesti ada perawi terpercaya yang dusta, entah siapa? Bila tdk begitu, mesti redaksinya  tidak kacau spt itu. Makanya dlm ilmu musthalah hadis yang redaksinya kacau belau itu dikatakan lemah.
وَذُو اخْتِلاَفِ سَنَدٍ أَوْ مَتْنٍ    مُضْطَرِبٌ عِنْدَ أُهَيْلِ اْلفَنِ
      Kekacauan sanad atau redaksi termasuk mudhtharib menurut ahli mustholah hadis.
Jadi  hadis  tsb lemah sekali, tidak boleh dibuat pegangan tapi lepaskan saja.
-       Hadis itu bersumber  dari …….
-      جامع الأحاديث للسيوطي (25/ 409)
-      مالك ، وابن وهب ، وعبد الرزاق ، والضياء ، والطحاوى ، وجعفر الفريابى فى السنن ، البيهقى) [كنز العمال 23465]
-      أخرجه مالك (1/115 ، رقم 251) ، وعبد الرزاق (4/260 ، رقم 7730) ، والطحاوى (1/293) ، والبيهقى (2/496 ، رقم 4392)

Komentarku ( Mahrus ali ):
Anehnya tiada  sahabat yang mengerti berapa jumlah tarawih di bulan Ramadhan, baik khulafaur rasidin  atau  istri – istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Aneh kita paham, mereka tidak ngerti tentang  jumlah rakaat tarawih itu.  Saya  tidak menemui hadis  sahih tentang hal itu. Lalu bagaimana   mereka di katakan menjalankan shalat tarawih ? Mana hadis yg sahih tentang hal itu ?

Ada  atsar sbb:
قَالَ الطَّحَاوِيُّ: ثَنَا فَهْدٌ ثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ ثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ كَانَ لَا يُصَلِّي خَلْفَ الْإِمَامِ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ،
…………., dari Ibnu Umar , sesungguhnya beliau  tidak melakukan shalat  di belakang imam di bulan Ramadhan.
الرواية صحيحة الإسناد ولا شك في صحتها
Komentarku ( Mahrus ali ):
Pengertian atsar tsb masih umum, mungkin shalat jamaah biasa atau  shalat tarawih. Tapi insya Allah mengarah shalat tarawih. Beliau  tidak ikut tarawih.
Tarawih tsb tidak dijelaskan  sewaktu  khulafaur rasyidin atau sesudahnya. Jadi belum jelas, masih kabur. Harus ada atsar lain yang menjelaskan  dan kita belum mendapatkannya. Bila  kita menjalankan  atas dasar atsar tsb. Kita juga belum tahu berapa rakaatnya.
  Setelah khulafaur rasyidin baru terjadi perobahan yaitu  mulai di adakan salat tarawih. Entah caranya  berjamaah  terfokus kpd satu imam dlm satu masjid atau beberapa imam.
مصنف ابن أبي شيبة (2/ 34)
6152 - حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ مُعَاوِيَةَ، عَنْ عُمَرَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِيِّ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَرْفَجَةُ، قَالَ: «كَانَ عَلِيٌّ، يَأْمُرُ النَّاسَ بِقِيَامِ رَمَضَانَ، وَكَانَ يَجْعَلُ لِلرِّجَالِ إِمَامًا، وَلِلنِّسَاءِ إِمَامًا» قَالَ عَرْفَجَةُ: «فَأَمَرَنِي عَلِيٌّ، فَكُنْتُ إِمَامَ النِّسَاءِ»
………..,  Arfajah berkata : Ali memerintah manusia  agar menjalankan tarawih  Ramdhan > Lalu beliau mengangkat  seorang imam untuk kaum lelaki  dan seorang imam untuk perempuan.  
Lantas Ali  ra  memerintah aku  dan aku menjadi imam kalangan perempuan.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Atsar  tsb lemah , keterangannya  sbb.
قال الحافظ فى "تهذيب التهذيب" 7/177 :
و قال ابن القطان : مجهول 
عرفجة الثقفي
Al Hafidh  Ibn Hajar berkata dalam kitab Tahdzib tahdzib  177/7
Ibn Qatthan berkata : Arfajah adalah  majhul – tidak dikenal identitasnya. 
Komentarku ( Mahrus ali ):
Perawi sebelumnya bernama Umar bin Abdullah al tsaqafi juga lemah.
مرتبته عند ابن حجر : ضعيف
مرتبته عند الذهبـي : ضعفوه
Martabatnya menurut Ibnu Hajar : Dia lemah
Menurut Dzahabi : Mereka melemahkannya.

  ، كما في سنن البيهقي رحمه الله عن قتادة عن الحسن قال: "أمّنا علي بن أبي طالب في زمن عثمان بن عفان رضي الله عنه عشرين ليلة، ثم احتبس، فقال بعضهم: قد تفرغ لنفسه، ثم أمهم أبو حليمة معاذ القارئ، فكان يقنت".

ضعيف
Sebagaimana   dalam sunan Baihaqi  rahimahullah  dari Qatadah  dari al Hasan berkata:  Ali bin Abu Thalib  di masa Usman bin Affan  ra menjalankan tarawih dua puluh malam lalu beliau  tidak keluar.
Sebagian mereka  berkata:  Beliau sibuk  untuk dirinya . lalu di Imami  oleh Abu Halimah – Mu adz al qari , lalu beliau melakukan qunut.
Atsar tsb  lemah.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Karena sanadnya  kurang, sulit ditentukan apakah atsar itu  sahih, lemah atau hasan. Lalu kita telusuri  di kitab Sunan al Baihaqi dan sy tdak menjumpainya  di kitab kutubut tis`ah karya  ulama  mashur ahli hadis . Sanadnya  dlm sunan baihaqi sbb:

السنن الكبرى للبيهقي (2/ 702)
-     وَأنبأ أَبُو عَبْدِ اللهِ الْحَافِظُ، وَأَبُو بَكْرِ بْنُ الْحَسَنِ الْقَاضِي قَالَا: ثنا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، ثنا الْعَبَّاسُ الدُّورِيُّ، ثنا الْحَسَنُ بْنُ بِشْرٍ، ثنا الْحَكَمُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنِ الْحَسَنِ قَالَ: " أَمَّنَا عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ فِي زَمَنِ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عِشْرِينَ لَيْلَةً، ثُمَّ احْتَبَسَ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: قَدْ تَفَرَّغَ لِنَفْسِهِ، ثُمَّ أَمَّهُمْ أَبُو حَلِيمَةَ مُعَاذٌ الْقَارِيُّ فَكَانَ يَقْنُتُ "
-       Perawi bernama  Al Hakam bin Abd Malik  tingkat  7  dari kibarut tabiin
-     مرتبته عند ابن حجر : ضعيف
-     مرتبته عند الذهبـي : ضعف
Menurut Ibn Hajar, martabatnya  : Dia adalah lemah
Menurut Dzahabi martabatnya : Lemah. [1]



Mau nanya hubungi kami:
088803080803( Smartfren). 081935056529 (XL ) atau  08819386306   ( smartfren)





[1] Mausuah ruwatil hadis. 1451

Sejak sepuluh tahun yang lalu saya tidak menjalankan tarawih, tapi tahajjud saja. Seri ke 6





Dalam dalil lain disebutkan:
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ *  

“Berhati-hatilah terhadap perkara baru. Sesungguhnya setiap perkara baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat (bid’ah dholalah)”. (Hadits Riwayat Abu Dawud / As-Sunnah /4607. Darimi /Muqaddimah /95).

Seluruh shahabat Rasulullah tidak kenal terhadap perkataan ‘Umar tadi kecuali satu orang. Kita punya konsep bila ada hilaf (perbedaan) maka harus dikembalikan kepada Al-Qur’an sebagaimana ayat:
وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِنْ شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللهِ ذَلِكُمُ اللهُ رَبِّي عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ  
Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Allah. (Yang mempunyai sifat-sifat demikian) itulah Allah Tuhanku. Kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan kepada-Nya-lah aku kembali”. (QS As-Syura: 10).
Dan Al-Qur’an menyatakan agar kita ini tidak mengikuti perbedaan itu dimanapun dan kapanpun, tapi ikutilah ayat Allah bukan undang-undang Thaghut atau pendapat ulama’, profesor, sarjana dll. Allah -‘Azza wa Jalla- menyatakan:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ  

Katakanlah (hai Muhammad): “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu!”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Ali ‘Imran: 31).
Di dalam ayat lain dijelaskan:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوُلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ اْلآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرً
ا  
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, bagi mereka yang mengharap Allah dan hari kiamat, dan dia banyak mengingat Allah!”. (QS Al-Ahzab: 21).

Jadi hadits “Sebaik-baik bid’ah” ini tertolak, tidak usah dipakai karena segi redaksi hadits, sanadnya cacat dan ganjil, juga bertentangan dengan hadits shahih lainnya dan ayat bukan ayat-ayatan.
Bila kita mensahihkan lalu kita  mengerjakan hadis  di atas, kita tidak mengerti  berapa rakaat tarawihnya saat itu. Sebab  dalam hadis  itu  tidak ada keterangan rakaatnya. Lihat hadisnya  sbb:
Dari Ibnu Syihab dari ‘Urwah bin Az-Zubair dari Abdur Rahman bin Abd Qari, dia berkata: Aku keluar bersama ‘Umar bin Al-Khatthab RA pada suatu malam di bulan Ramadhan ke masjid. Tahu-tahu orang-orang sudah berkelompok-kelompok. Seorang lelaki melakukan sholat sendirian. Ada seorang lelaki yang menjadi imam dengan suatu kelompok. Akhirnya Umar bin Al-Khatthab berkata: “Bagaimanakah kalau aku mengumpulkan mereka dengan satu imam saja, akan lebih baik”. ‘Umar bin Al-Khattab sengaja berbuat seperti itu lalu mengangkat Ubay bin Ka’ab menjadi imam. Lantas aku keluar di malam lain, sedangkan orang-orang sedang melakukan sholat berjama’ah bersama satu imam. ‘Umar bin Al-Khattab berkata: “Sebaik-baik bid’ah adalah ini (Sholat Tarawih  berjama’ah). Dan sholat di akhir malam lebih baik daripada tarawih berjamaah ini. Orang-orang sama melakukan tarawih”.
(Hadits riwayat Bukhari nomor 2010 & riwayat Malik nomor 252).
Jumlah rakaat dalam hadis  tsb tidak dijelaskan. Sulit sekali  untuk diperaktekkan seandainya  hadis itu sahih.


Ada hadis sbb:

روى مالك عن يزيد بن رومان قال: كان الناس يقومون في زمن عمر في رمضان بثلاث وعشرين ركعة.
Imam Malik meriwayatkan  dari Yazid bin Ruman berkata: Orang – orang mengadakan tarawih 23 rakaat di bulan Ramadhan di masa Umar.

رواه البيهقي لكنه مرسل فإن يزيد بن رومان لم يدرك عمر
HR Al Baihaqi , tapi mursal. Sesungguhnya  Yazid bin Ruman tidak menjumpai Umar.
http://vb.tafsir.net/tafsir6547/#.VYWCrlK1_IU

Komentarku ( Mahrus ali ):
 Kisah itu lemah, sebab perawinya  bernama  Yazid bin Ruman  tidak berjumpa dengan Umar , juga  tidak semasa dengannya, lalu begaimana bisa berkisah spt itu Mestinya ada perawi lain terpercaya yang  semasa  dengan Umar  lalu dia bercerita kepadanya , sehingga  kisahnya bisa dipercaya. Kalau sanad yg  terputus itu, maka kisah itu tdk akurat, rapuh sekali, tidak bisa dipercaya, layak didustakan  dan tidak wajar untuk dibenarkan.
Ada  hadis  lagi sbb:
سنن البيهقى (2/ 224)
4801- وَقَدْ أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ : الْحُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْحُسَيْنِ بْنِ فَنْجُوَيْهِ الدِّينَوَرِىُّ بِالدَّامِغَانِ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ السُّنِّىُّ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ الْبَغَوِىُّ حَدَّثَنَا عَلِىُّ بْنُ الْجَعْدِ أَخْبَرَنَا ابْنُ أَبِى ذِئْبٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ خُصَيْفَةَ عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ : كَانُوا يَقُومُونَ عَلَى عَهْدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ بِعِشْرِينَ رَكْعَةً - قَالَ - وَكَانُوا يَقْرَءُونَ بِالْمِئِينِ ، وَكَانُوا يَتَوَكَّئُونَ عَلَى عُصِيِّهِمْ فِى عَهْدِ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ مِنْ شِدَّةِ الْقِيَامِ.
Assa `ib bin  Zaid berkata:  Mereka  ( para sahabat ) melakukan qiyamullail  pada  era Umar bin Al Khattab ra   di bulan Ramadhan    dua puluh rakaat .
Beliau berkata:
Mereka membaca  seratus ayat. Mereka  juga bersandar kepada tongkat – tongkat mereka di masa Usman bin Affan  ra  karena  sangat lama berdiri.
وإسناده صحيح كما قال النووي في المجموع ورواه مالك في الموطأ.
Sanadnya sahih sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi  dlm kitab al Majmu` . Ia juga diriwayatkan oleh Imam Malik  dlm kitab al Muwattha`.
نصب الراية (2/ 154)
 رجال هذا الاسناد كلهم ثقات، ذكرها "المحقق النيموي الهندي" في "آثار السنن" ص 54 ج 2 رجلاً رجلاً.
نصب الراية (2/ 154)
Imam Ibn Hajar berkata: Perawi – perawi sanad tsb terpercaya seluruhnya . Demikian di sebutkan  oleh

Komentarku ( Mahrus ali ):
Imam Malik meriwayatkan hadis tsb dlm muwattha`  sepengetahuanku  adalah 11 Rakaat bukan dua puluh rakaat. Imam Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud , Ibn Majah, Nasai dan Imam Ahmad tidak mencantumkannya  dalam kitab sunan mereka atau kitab musnadnya. Bila Imam Nawawi  menyatakan hadis tsb sahih, maka mereka pengarang kutubut tis`ah  itu tidak berani menyatakan hadis tsb sahih. Ia hadis mauquf bukan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam  tapi dari Assa`ib bin Yazid. Setahu  sy hanya  dia seorang yang meriwayatkannya. Tiada sahabat yang lain yang tahu tentang perintah Umar ini.
Di masa Abu bakar menjadi Khalifah, tarawih ditiadakan sebagaimana masa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam .
Di masa Umar pun hakikatnya  tidak ada Tarawih dan Umar  tidak mengadakannya bila  di teliti dari hadis – hadis sahih bukan dari omongan orang. Lihat  atsar  dari Assa ib  lagi yang beda dengan atsar itu sbb:  

الموطأ - رواية يحيى الليثي (1/ 115)
-      وحدثني عن مالك عن محمد بن يوسف عن السائب بن يزيد أنه قال :أمر عمر بن الخطاب أبي بن كعب وتميما الداري أن يقوما للناس بإحدى عشرة ركعة قال وقد كان القارئ يقرأ بالمئين حتى كنا نعتمد على العصي من طول القيام وما كنا ننصرف إلا في فروع الفجر
-       
-       ……….., Assa`ib berkata: Umar bin Al khatthab memerintah kepada  Ubay bin Ka`ab dan Tamim ad dari  agar menjadi imam manusia   dalam tarawih  sebelas rakaat .
-       Dia berkata: Sungguh seorang qari ( imam ) membaca  seratusan ayat, hingga  kita bersandar dengan  tongkat karena  berdiri yg panjang . Dan kita  tidak bubar kecuali ketika permulaan terbitnya fajar.
-      الشافي في شرح مسند الشافعي (2/ 267)
-      وفي رواية القعنبي عنه "بزوغ الفجر" (2).
-       ...menurutriwayat al qa`nabi dari dia …………  terbitnya fajar.


Mau nanya hubungi kami:
088803080803( Smartfren). 081935056529 (XL ) atau  08819386306   ( smartfren)

Sejak sepuluh tahun yang lalu saya tidak menjalankan tarawih, tapi tahajjud saja . Seri ke 4





يَزِيْدُ بْنُ عَبْدِ الْلَّهِ بْنِ خُصَيْفَةَ ( مْ)
يَزِيْدُ بْنُ عَبْدِ الْلَّهِ بْنِ قُسَيْطٍ ( مَ دَ)
يَزِيْدُ بِنُ أَبِىْ يَزِيْدَ الْمَصْرَىً

Yazid bin Abdullah bin _khusaifah
Yazid bin Abdullah bin Kusait
Yazid bin Abi Yazid Al masri.

أَبُوْ بُرْدَةَ بْنُ أُبَىٍّ مُوْسَىْ الْأَشْعَرِىِّ ( مْ) ( وَ هُوَ مِنْ أَقْرَانِهِ)
أَبُوْ بَكْرِ بْنُ حَفْصِ بْنِ عُمَرَ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِىْ وَقَّاصٍ ( خَ مْ)
أَبُوْ سَلَمَةَ بْنُ عَبِدِ الْرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ ( خَ مْ سَ) ( وَ هُوَ مِنْ أَقْرَانِهِ) .


Abu Burdah bin Abi Musa Ashari (dan merupakan salah satu rekan-rekannya)
Abu Bakar bin Hafsh bin Umar bin Saad bin Abi Waqas
Abu Salamah bin Abd al-Rahman bin Auf (dan merupakan salah satu dari rekan-rekan).

Komentarku (Mahrus ali ): 
Murid ‘Urwah yang  sekitar 64 orang , semuanya tidak mengerti tentang hadits “sebaik-baik bid’ah adalah ini (sholat Tarawih  berjama’ah)”, kecuali Muhammad bin Muslim Al-Zuhri. Jadi dia adalah perawi tunggal dari seluruh perawi di dunia yang meriwayatkan hadits tersebut. Ini suatu keganjilan yang perlu dikaji ulang, bukan sekedar diikuti yang nantinya kita sesat dan oranglain juga sesat. Di kalangan shahabat, hadits itu tidak populer. Istri-istri Rasulullah SAW, Utsman, dan Ali RA sendiri tidak tahu hadits itu, bahkan kebanyakan para shahabat tidak kenal. Ia populer di zaman kita, tidak dikenal di kalangan shahabat.
Jadi bukan Ibn Syihab sj yang  tafarrud, tapi Abd Rahman bin  Abd Qari dan Urwah juga  perawi tunggal dari  guru ke murid.
Murid Abd Rahman al Qari perawi tunggal hadis  sebaik – baik  bid`ah ……….. sebagai berikut:
حُمِيْدُ بْنُ عَبْدِ الْرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ
الْسَّائِبُ بْنُ يَزِيْدَ ( مَ دَ تْ سَ قَ ) ، وَ هُوَ مِنْ أَقْرَانِهِ
عَبْدُ الْرَّحْمَنِ بْنُ هُرْمُزَ الْأَعْرَجِ ( سَ )
عُبَيْدُ الْلَّهِ بْنُ عَبْدِ الْلَّهِ بْنِ عُتْبَةَ ( مَ دَ تْ سَ قَ )
عُرْوَةُ بْنُ الْزُّ بَيْرِ ( خَ مَ دَ تْ سَ )
مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِىِّ ( ابْنَهُ )
مُحَمَّدُ بْنُ مُسَلَّمْ بْنِ شِهَابٍ الْزُّ هْرِىِّ ( قَ )
يَحْيَى بْنُ جَعْدَةَ بْنِ هُبَيْرَةَ الْمَخْزُومِىُّ .

Humaid bin Abdul Rahman bin Auf
Assaib bin Yazid . dan dia merupakan salah satu dari rekan-rekan
Abd al-Rahman bin Hormuz al a’raj
Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah
Urwah bin Zubair
Muhammad ibn Abd al-Rahman bin Abdul-qari (anaknya)
Muhammad bin Muslim bin Shihab al-Zuhri (s)
Yahya bin Ja`dah bin Hubairah alMakhzumi.

Komentarku (Mahrus ali ):
Abdurrahman Al-Qari yang ketika Umar RA wafat masih berumur 13 tahun -Perawi tunggal, tiada pendukungnya yang meriwayatkan hadis “sebaik-baiknya bid’ah adalah ini (sholat Tarawih  berjama’ah)”-.
Untuk perawi tunggal ini, kebanyakan ulama’ menyatakan menolak.


DR Abu Lubabah At-Thahir Shalih Husain kepala bagian dirosah Islamiyah di Emirat menyatakan:

وَإِطْلاَقُ الْحُكْمِ عَلَى التَّفَرُّدِ بِالرَّدِّ وَالنَّكَارَةِ أَوِ الشُّذُوْذِ مَوْجُوْدٌ فِي كَلاَمِ كَثِيْرٍ مِنْ أَهْلِ الْحَدِيْثِ  


“Menghukumi perawi yang secara sendirian meriwayatkan agar riwayatnya tertolak, dikatakan mungkar, syadz memang ada dalam perkataan kebanyakan ahlul hadits”. (Ulumul Hadits 12/1).
Kelemahan perkataan Umar “sebaik-baik bid’ah adalah ini (sholat Tarawih  berjama’ah)” itu bertentangan dengan hadits:

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هٰذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ   
‘Aisyah RA menuturkan: Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang membuat perkara yang baru dalam agama kami tanpa petunjuk dari kamu, maka perkaranya itu ditolak (bid’ah dholalah)!”.
(Hadits Riwayat Bukhari, 53, Kitabush Shulukh, 5, Bab jika berdamai dalam masalah dosa, maka perdamaiannya ditolak).
(Allu`lu` wal marjan 537/1 Al-Albani berkata: “Muttafaq ‘alaih”. Lihatlah di dalam kitab karyanya: Misykatul mashobih, nomor hadits: 140).
Disaat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sendiri menyatakan bahwa bid`ah tertolak, masak Umar bin Khatthab menerima bid`ah lalu menyatakan  “ Sebaik – baik  bid`ah adalah  ini shalat tarawih berjamaah “
Umar bin  Al khattab tidak mau menyelisihi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, begitu juga para  sahabat yang ikut berjamaah  . Masak mereka setuju juga berbuat kebid`ahan atas saran Umar itu.
Pada hal  sudah di contohkan sebelumnya oleh khalifah Abu bakar yg tidak mengadakan shalat tarawih berjamaah. Para  sahabat  akan  senang ikut Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan sahabat Abu bakar dari pada ikut Umar bin Al Khatthab yang mengadakan kebid`ahan itu.
Ada  juga yang berupaya  untuk mempertahanakan diri dan gensi lalu mentakwil  perkataan Umar itu dengan bid`ah  lughowiyah.
Ketika terdesak , dia menyatakan  itu maksudnya  bid`ah lughowiyah  bukan bid`ah istilahiyah. Menurut sy ini sekadar pembelaan belaka untuk mendukung  hadis  riwayat Bukhari yang mutafarrid  atau  tafarrud – tunggal itu. 


Mau nanya hubungi kami:
088803080803( Smartfren). 081935056529 (XL ) atau  08819386306   ( smartfren)