Jawabanku kepada Ustadz Muhammad
Fairouz Al Abqariy ke 2.
Sambungan dari jawaban yang lalu .
توجيه النظر إلى أصول الأثر (1/ 308)
وَأَن قَول البُخَارِيّ مَا أدخلت فِي
كتاب الْجَامِع إِلَّا مَا صَحَّ مَحْمُول على مَا وضع الْكتاب لأَجله وَهُوَ
الْأَحَادِيث الصَّحِيحَة المسندة دون المعلقات والْآثَار الْمَوْقُوفَة على
الصَّحَابَة فَمن بعدهمْ وَالْأَحَادِيث المترجم بهَا وَنَحْو ذَلِك فَإِن فِيهَا
مَا لَا يجْزم بِصِحَّتِهِ
Sesungguhnya perkataan Imam Bukhari : Aku tidak akan
memasukkan dalam kitab al jami`( sahih Bukhari ) ini kecuali yang sahih - itu terkait dengan tujuan kitab itu dikarang – yaitu hadis –
hadis yang sanadnya bersambung bukan
hadis muallaq , atsar – atsar yang maukuf
pada sahabat atau generasi setelahnya dan hadis yang diterjemahkan didalamnya ( biasanya dibuat bab atau sebagai keterangannya ) dll.
Sesungguhnya ia tidak bisa dipastikan
sahih.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Jangankan hadis yang muallaq, hadis
yang jelas sanadnya bersambung masih
banyak ulama yang mengkeritisinya. Boleh
anda lihat di sini:
Muhammad al amin mengatakan sbb:
اعلم
أن هناك أحاديثاً في الصحيحين ضعفها علماءٌ محدثون كثر. وما
حصل إجماعٌ على صحة كل حديثٍ في الصحيحين، لا
قبل البخاري ومسلم ولا بعدهما. فممن انتقد بعض تلك الأحاديث: أحمد بن حنبل وعلي بن
المديني ويحيى بن معين وأبو داود السجستاني والبخاري نفسه (ضعف حديثاً عند مسلم)
وأبو حاتم وأبو زرعة الرازيان وأبو عيسى الترمذي والعقيلي والنسائي وأبو علي النيسابوري
وأبو بكر الإسماعيلي وأبو نعيم الأصبهاني وأبو الحسن الدارقطني وابن مندة
والبيهقي والعطار والغساني الجياني وأبو الفضل الهروي بن عمار الشهيد وابن الجوزي
وابن حزم وابن عبد البر وابن تيمية وابن القيم والألباني وكثير غيرهم.
Ketahuilah
bahwa banyak hadis dalam kitab sahih Bukhari dan Muslim yang telah
dilemahkan oleh pakar – pakar ahli
hadis. Dan tidak terdapat Ijma` untuk mensahihkan setiap hadis dalam sahih Bukhari dan Muslim .
Baik dari Bukhari dan Muslim sendiri
atau ulama setelah keduanya.
Diantara imam yang mengkritisi sebagaian hadis – hadis tsb adalah Imam Ahmad
bin Hambal , Ali bin Al madini, Yahya
bin Ma`in , Abu Dawud al Sijistani, Bukhari sendiri ( juga melemahkan
hadis di sahih Muslim ), Abu Hatim, Abu
Zar`ah al raziyan, Abu Isa al Tirmidzi, al Uqaili, Nasa`I , Abu ali al
Naisaburi , Abu Bakar al Ismaili , Abu
Nuaim al asbihani, Abul Hasan al daroquthni, Ibnu Mandah, Baihaqi , al
atthar , Al Ghassani al jiyani, Abul fadhel al harawi bin Ammar al Syahid , Ibn Jauzi, Ibn Hazm , Ibn Abdil
bar, Ibn Taimiyah, Ibn Qayyim , Al Bani dan masih banyak selain mereka.
Anda menyatakan lagi:
Poin
pentingnya ada pada kalimat ini;
وإنما أورده معلقا اختصارا ومجانبة للتكرار.
"Imam
Bukhari meriwayatkan dengan mu'allaq hanya untuk meringkas -sanad- dan agar
sanadnya tidak sering terulang-ulang" #Kesimpulan Imam Suyuthi ini Yai Mahrus Ali tarok dimana? Justeru kesimpulannya adalah; Imam Bukhari meriwayatkan secara muallaq guna meringkas sanad dan menghindari pengulangan, bukan untuk didhaifkan oleh Yai Mahrus Ali, begitu kira2 Yai...
Komentarku ( Mahrus ali ):
Sayang sekali , bila maksud Bukhari tidak menyebut sanad hanya karena meringkas dan tidak mau mengulang . Lihat ini di kitab tadrib juga, mengapa anda tidak mencantumkannya…………., apa sengaja di simpan? Atau kah anda seperti saya dulu belum membaca? Atau hal itu tidak igin diketahui orang, hanya engkau saja yang tahu .
تدريب الراوي في شرح
تقريب النواوي (1/ 71، بترقيم الشاملة آليا)
لكن لا يُحكم بصحة الحديث مُطْلقًا, بل يتوقف
على النَّظر فيمن أبرزَ من رجاله, وذلك أقْسَام:
أحدها:
ما يلتحق بِشَرطهِ, والسَّبب في عدم إيصَاله, إمَّا الاستغناء بغيره عنه مع إفَادة
الإشَارة إليه, وعدم إهْمَاله بإيراده مُعَلَّقا اختصارًا, وإمَّا كونه لم يسمعه
من شيخه, أو سمعهُ مُذَاكرة, أو شكَّ في سَمَاعه, فما رأى أنَّه يَسُوقه مَسَاق
الأصُول, ومن أمثلة ذلك قوله في الوكالة(151): قال عُثمان بن الهيثم: حدَّثنا عون,
حدثنا محمَّد بن سيرين, عن أبي هُريرة قال: وكَّلني رَسُول الله - صلى الله عليه
وسلم - بحفْظِ بِزَكاةِ رَمَضَان... الحديث, وأورده في فضائل القرآن(152), وذكر
إبليس(153), ولم يقل في موضع منها: حدَّثنا عثمان, فالظَّاهر عدم سَمَاعه له منه.
Ini hal yang penting :
وإمَّا
كونه لم يسمعه من شيخه, أو سمعهُ مُذَاكرة, أو شكَّ في سَمَاعه,
Bukhari menyampaikan hadis Muallaq – tanpa sanad kadang
karena tidak mendengar hadis itu dari gurunya, atau hanya didengar secara
mudzakarah ( saling ingat mengingat hadis atau sanad ) atau Bukhari meragukan apakah beliau
mendengarnya.
تدريب
الراوي في شرح تقريب النواوي (1/ 72، بترقيم الشاملة آليا)
الرَّابع:
ما هو ضعيف, لا من جهة قدح في رجاله, بل من جهة انقطاع يسير في إسناده.
4. Ada
yang karena lemah ( hadis muallaq di Bukhari )
bukan karena cacat perawi – perawinya
tapi terputus sedikit dalam sanadnya. Tadrib 72/1
قال
الإسْمَاعيلي: قد يصنع البُخَاري ذلك, إمَّا لأنَّه سمعهُ من ذلك الشَّيخ بواسطة
من يثق به عنه, وهو معروفٌ مشهور عن ذلك الشَّيخ, أو لأنَّه سمعهُ مِمَّن ليسَ من
شرط الكِتَاب, فنبَّه على ذلك الحديث بتسمية من حدَّث به, لا على التحديث به عنه,
كقوله
في الزَّكاة(161): وقال طاووس: قال مُعاذ بن جبل لأهل اليمن: ائتوني بعرض ثياب...
الحديث, فإسْنَاده إلى طاووس صحيح, إلاَّ أن طاووسًا لم يسمع من معاذ.
Al Ismaili berkata: Kadang Bukhari menyampaikan hadis dengan muallaq karena beliau mendengar dari syaikh itu dengan perantara yang diaggap terpercaya .
Dan dia telah dikenal mendengar hadis dari Syaikh itu. Atau
Imam Bukhari mendengar hadis dari
orang yang tidak sesuai dengan
sarat perawi kitab sahih Bukhari. Lalu beliau mengingatkan hadis itu dengan menyebut nama orang yang menyampaikan
hadis pada beliau bukan untuk menyampaikan hadis itu dari dia. Seperti Imam Bukhari berkata dalam bab
Zakat > Thawus berkata: Muadz
bin Jabal berkata kepada penduduk Yaman:
Berilah aku pakaian …………………, Sanadnya sampai Thawus sahih, hanya saja
Thawus tidak mendengar dari Muadz.Anda menyatakan:
Ketiga, Yai Mahrus Ali seakan lupa bahwa Tadrib Rawi ini adalah Syarah dari Matan Taqrib Imam Nawawi. Nah, mari kita simak matannya, soal Muallaq ini;
الرَّابِعَةُ: مَا رَوَيَاهُ بِالْإِسْنَادِ الْمُتَّصِلِ فَهُوَ
الْمَحْكُومُ بِصِحَّتِهِ، وَأَمَّا مَا حُذِفَ مِنْ مُبْتَدَأِ إِسْنَادِهِ
وَاحِدٌ أَوْ أَكْثَرُ فَمَا كَانَ مِنْهُ بِصِيغَةِ الْجَزْمِ كَقَالَ، وَفَعَلَ،
وَأَمَرَ، وَرَوَى، وَذَكَرَ فُلَانٌ، فَهُوَ حُكْمٌ بِصِحَّتِهِ عَنِ الْمُضَافِ
إِلَيْهِ. وَمَا لَيْسَ فِيهِ جَزْمٌ كَيُرْوَى، وَيُذْكَرُ، وَيُحْكَى،
وَيُقَالُ، وَرُوِيَ، وَذُكِرَ، وَحُكِيَ عَنْ فُلَانٍ كَذَا، فَلَيْسَ فِيهِ
حُكْمٌ بِصِحَّتِهِ عَنِ الْمُضَافِ إِلَيْهِ. وَلَيْسَ بِوَاهٍ لِإِدْخَالِهِ فِي
الْكِتَابِ الْمَوْسُومِ بِالصَّحِيحِ.
Yang ke empat; Hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dengan sanad muttashil, maka jelas dihukumi shahih. Adapun jika satu orang atau lebih tidak disebutkan dari awal sanadnya, namun dengan shighat Jazam (bukan Tamridh) seperti shighat Qaala, Amara, Rawaa, Dzakara Fulan, tetap dihukui shahih. Dan jika redaksi yang digunakan bukan shighat Jazam, seperti Yurwaa, Yudzkaru, Yuhkaa, Yuqaalu, Ruwiya, Dzukira, Hukiya 'an Fulaan, maka belum dapat dihukumi shahih. -Namun ingat!!- Riwayatnya tetap bukan dhaif (waah) karena terdapat dalam kitab yang memuat hadis shahih (seperti shahih bukhari).
#Begitu kata Imam Nawawi. Nah, riwayat dalam shahih bukhari ini shighat yang digunakan Jazam atau Tamriidh? Jazam tentunya.
Nah, keterangan ini Yai Mahrus Ali letakkan dimana gerangan?
Komentarku ( Mahrus ali ):
Sekalipun shighat yang digunakan Jazm, belum tentu sahih sebagaimana saya kutipkan tadi keterangan dari Ibn Hajar .
Tentang masalah atsar yang sedang kita perbencangkan:
Ada perawi dalam kisah Jabir menjalankan shalat d kapal bernama Humaid termasuk yunior tabiin, dia adalah perawi terpercaya yang suka tadlis dan Zaidah mencelanya karena dia masuk ke pintu para amir. ( senang masuk ke pintu – pintu amir ).
مرتبته عند الذهبـي : وثقوه ، يدلس عن
أنس
Martabatnya menurut Dzahabi : Mereka menyatakan dia
terpercaya, tapi mentadlis dari Anas. ( menyelinapkan perawi lain dari Anas ).
و قال أبو بكر البرديجى : و أما حديث
حميد ، فلا يحتج منه إلا بما قال حدثنا أنس .
Abu bakar al bardiji berkata: Adapun hadis Humaid, maka tidak boleh dibuat pegangan kecuali dia menyatakan haddasana Anas. Mausuah ruwatil hadis. 1544.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Atsar yang menerangkan bahwa sahabat Jabir, Abud darda` dan Abu Said al Khudri menjalankan shalat di kapal dengan berdri itu tidak bisa dibuat pegangan, lepaskan saja menurut Abu bakar al Bardiji. Bila dipaksa berpegangan dengannya maka menyesatkan. Dan ia tidak boleh dibuat landasan untuk memperkenankan shalat wajib di kapal. Apalagi untuk memperbolehkan shalat wajib di karpet masjid. Jarang kitab = kitab hadis yang menjelaskannya dengan sanadnya yang bersambung kepada Anas . Setahu saya , mushannaf Ibnu Abi Syaibah itu. Anggap saja kisah itu tidak ada agar tidak membingungkan atau dibuat pegangan lalu kita menjalankan shalat di kapal dengan dasar atsar itu.
Bila kisah itu sahih, sekedar perbuatan sahabat yang mungkin benar dan mungkin salah. Dan perbuatan sahabat atau perkataannya bukan pedoman mutlak, atau pedoman husus. Apalagi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah menjalankan shalat berjamaah di kapal selama hidupnya walaupun sekali, bukan dua atau tiga.
Anda menyatakan lagi:
Oiya, dimana bisa kita temukan sanad lengkap riwayat-riwayat muallaq dlm shahih Bukhari ini? Kata Imam Suyuthi dalam Tadrib Rawi, dapat ditemukan dalam kitab karya Imam Ibnu Shalah yang bernama; al-Tawfiq. Atau kalau ingin langsung, bisa selidiki semua lembaran kitab al-Jami' al-Shahih al-Musnad al-Mukhtashar min Umuuri Rasulillah shallallahu 'alahi wa sallam wa Sunanihi wa Ayyamihi atau bisa juga dalam Tarikh Kabir, dll. Dan saya agak ragu kalau Yai Mahrus Ali belum membaca kitab Taghliqutta'liiq yang Yai sebut2 di atas. Semoga saja sudah baca.
+++++++++++
Komentarku ( Mahrus ali ):
Sekalipun telah bersambung sanadnya, masih belum menjamin kesahihannya. Ya`ni boleh jadi lemah, hasan dll.
Anda menyatakan:
Anggaplah kita tidak menemukan sanad hadis yang Yai Mahrus Ali pakai untuk catatan yang berjudul; "Jangan menjalankan shalat wajib di kapal atau kendaraan", ini.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Jangan menganggap gitu, ya`ni tidak menjumpai sanad hadis yang kita bahas, tapi harus di cari. Bila tidak dicari, takkan ketemu. Lalu sampai kapan anda menemukannya. Inilah sanadnya yang saya jumpai dan anda tidak menjumpainya sbb:
تغليق التعليق (2/ 217)
وَصلى جَابر وَأَبُو سعيد فِي
السَّفِينَة قَائِما وَقَالَ الْحسن تصلي قَائِما مَا لم تشق على أَصْحَابك تَدور
مَعهَا وَإِلَّا فقاعدا
أما فعل جَابر وَأبي سعيد فَقَالَ أَبُو
بكر بن أبي شيبَة فِي المُصَنّف حَدَّثنا مَرْوَانُ بْنُ مُعَاوِيَةَ عَنْ
حُمَيْدٍ قَالَ سُئِلَ أَنَسٌ عَنِ الصَّلاةِ فِي السَّفِينَةِ فَقَالَ عَبْدُ
الله ابْن أبي عتبَة مولى أنس وهومعنا جَالِسٌ سَافَرْتُ مَعَ أَبِي سَعِيدٍ
الْخُدْرِيِّ وَأَبِي الدَّرْدَاءِ وَجَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حُمَيْدٌ
وَأُنَاسٍ قَدْ سَمَّاهُمْ فَكَانَ إِمَامُنَا يُصَلِّي بِنَا فِي السَّفِينَةِ
قَائِمًا وَنُصَلِّي خَلْفَهُ قِيَاما وَلَوْ شِئْنَا لأَرْفَأْنَا أَيْ
أَرْسَيْنَا وَخَرَجْنَا
………….., Anas di
tanya tentang shalat di kapal, lalu Adullah bin Abi Utbah – maula Anas yang
duduk bersama kami berkata: Aku pergi bersama Abu Sa`id al Khudri, Abud Dar`da`
dan Jabir bin Abdillah……….., lantas Humaid berkata: ……… juga beberapa orang
yang disebut namnya. Imam kita saat itu berjamaah shalat bersama
kami di kapal dengan berdiri , dan kami melakukan shalat di belakangnya dengan
berdiri. Seandainya kita mau, kita bisa hentikan kapal itu dan kita keluar.Komentarku ( Mahrus ali ):
Atsar tersebut adalah lemah sebagaimana kita terangkan dulu.
Kesimpulan:
Bukhari menyampaikan hadis Muallaq – tanpa sanad kadang karena tidak mendengar hadis itu dari gurunya, atau hanya didengar secara mudzakarah ( saling ingat mengingat hadis atau sanad ) atau Bukhari meragukan apakah beliau mendengarnya.
Sekalipun shighat yang digunakan Jazm, belum tentu sahih sebagaimana saya kutipkan tadi keterangan dari Ibn Hajar .
Atsar yang menerangkan bahwa sahabat Jabir, Abud darda` dan Abu Said al Khudri menjalankan shalat di kapal dengan berdri itu tidak bisa dibuat pegangan, lepaskan saja menurut Abu bakar al Bardiji.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan