Selasa, Maret 03, 2015

Hadis tentang khilafah ala minhaj Nubuwah di akhir zaman munkar dan Syadz.




 Hadis tentang  adanya “ Khilafah ala minhaj Nubuwah  di akhir zaman adalah dusta, bukan sungguhan, munkar dan syadz , tidak populer dikalangan tabiin apa lagi para  sahabat karena seorang perawi Habib bin Salim yang tafarrud dalam meriwayatkan hadis ini:

قال البخاري : حبيب بن سالم مولى النعمان بن بشير الأنصاري، وهو كاتب النعمان فيه نظر، وضعفه العقيلي
Bukari berkata: Habib bin Salim – maula Nu`man bin Basyir al anshari – penuis Nu`man masih perlu di pertimbangkan lagi. Al Uqaili menyatakan lemah.

اصطلاحات الإمام البخاري رحمه الله . معنى قوله : ( في حديثه نظر ) .
قال المحدث الألباني في ( الضعيفة ) تحت حديث رقم ( 5986 ) :
(
وهذا إسناد ضعيف جِدًّا ؛ عمرو بن عطية هذا ؛ روى العقيلي في
"
الضعفاء " عن البخاري أنه قال :
"
في حديثه نظر " .
وهذا كناية عن أنه شديد الضعف عنده . )
Istilah Imam Bukhari rahimahullah tentang pengertian perkataannya “ Hadisnya masih perlu di pertimbangkan “
Al Muhaddits al albani  dalam al dhoifah  di bawah hadis nomer 5986 :
Ini sanad yang paling lemah. Amar bin Athiyah ini , Imam Al Uqaili meriwayatkan  dalam kitab al Dhu`afa` dari Bukhari  bahwa beliau berkata  :
" في حديثه نظر "
Hadisnya masih perlu di pertimbangkan”

Ini sindiran halus  bahwa hadis tsb sangat lemah menurut beliau.

Komentarku ( Mahrus ali ):
Perkataan Imam Bukhari tentang Habib bin Salim  juga sama : “
قال البخاري : حبيب بن سالم مولى النعمان بن بشير الأنصاري، وهو كاتب النعمان فيه نظر، وضعفه العقيلي
Bukhari berkata: Habib bin Salim – maula Nu`man bin Basyir al anshari – penuis Nu`man masih perlu di pertimbangkan lagi. Al Uqaili menyatakan lemah.
Dan Imam Al bani menyatakan : Perkataan Imam Bukhari sedemikian ini sebagai tanda bahwa  hadis itu bersanad lemah sekali. ( Bukan saya – Mahrus ali ). Al Bani yang menurut anda mensahihkan , juga melemahkan disini karena perkataan Imam Bukhari: “Hadisnya masih perlu dipertimbangkan “
، قال الحافظ ابن كثير في " اختصار علوم الحديث " ( ص 118 تحقيق الشيخ أحمد شاكر رحمه الله ) : " إذ قال البخاري في الرجل : " سكتوا عنه " ، أو " فيه نظر " ، فإنه يكون في أدنى المنازل وأردئها عنده ، ولكنه لطيف العبارة في التجريح ، فليعلم ذلك
Al Hafidh Ibn katsir  dalam kitab :” Ikhtshar ulumil hadis  hal 118 tahkik Syaikh Ahmad Syakir rahimahullah .
Bila Bukhari menyatakan :
سكتوا عنه " ، أو " فيه نظر "
Ulama  tidak memberikan komentar kepadanya  atau masih perlu dipertimbangkan”
Kalimat tsb menunjukkan  bahwa perawi tersebut termasuk berderajat paling rendah menurut beliau. Tapi karena beliau lembut  dalam bertutur kata dalam masalah tajrih . Hendaklah masalah itu diketahui .
Komentarku ( Mahrus ali ):
Hadis kembalinya khilafah ala manhaj nubuwah di rwayatkan oleh Habib bin Salim yang di katakan oleh Imam Bukhari “ Masih perlu dipertimbangkan”  Ia derajatnya paling rendah. Jadi menurut Bukhari tidak termasuk hadis yang sahih. Apalagi sudah dilemahkan oleh Imam al Uqaili seperti itu. Maksud masih dipertimbangkan Bukhari masih meragukan identitasnya.
Menurut saya : Hal yang perlu di pertimbangka lagi adalah mengapa murid selain Habib tidak meriwayatkannya.   
Bila  hadis “ Khilafah ala minhajin nubuwah “  di hasankan oleh al arnauth atau al albani , hakikatnya adalah di lemahkan oleh al Uqaili dan Imam Bukhari sendiri  menyatakan “ Dia perlu dipertimbangkan “ . Karena itu, jangan langsung diterima, apalagi di sahihkan. Imam Bukhari sendiri tidak berani menyatakan sahih.  Albani  sendiri  juga pernah menyatakan sangat lemah karena ada perawi yang dikatakan oleh Bukhari “ Perlu dipertimbangkan”.  
Memang benar apa yang dinyatakan oleh Bukhari, tidak salah. Sebab, murid Nu`man bin Basyir  sebagai teman seperguruan Habib  bin Salim  adalah banyak sekali, bahkan puluhan . Tapi selain Habin bin Salim tidak ada yang merwayatkan  “ Khilafah  ala minhajin nubuwah di akhir  zaman itu “. Apakah mereka  tidak tahu semuanya. Ataukah Nu`man bin Basyir tidak pernah meriwayatkan hal itu. Atau kalimat tsb hanya sekedar tambahan perawi. Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah menyatakan seperti itu.
Karena itu, Imam Bukhari, Muslim , Nasai, Ibn Majah dan Imam Malik sendiri  tidak mencantumkan hadis tsb didalam kitab Muwattha`nya. Atau ada kemungkinan Imam Malik – sebagai tokoh ulama Medinah tidak mengerti hadis itu.  Atau mengerti, tapi tidak dicantumkan  dalam kitab Muwattha`nya karena masih di ragukan kevalidannya. Masih banyak alternatifnya. Dan
Ini Murid Nu`man bin Basyir sbb:

أزهر بن عبد الله الحرازى الحمصى ( د س )
حبيب بن سالم ( مولاه و كاتبه ) ( م د ت س ق )
حبيب بن يساف ( س ) ( على خلاف فيه )
الحسن البصرى ( س )
أبو القاسم حسين بن الحارث الجدلى ( د )
حميد بن عبد الرحمن بن عوف ( خ م ت س ق )
خيثمة بن عبد الرحمن الجعفى ( م )
سالم بن أبى الجعد الغطفانى ( خ م )
سماك بن حرب ( م د ت س ق )
عامر الشعبى ( خ م د ت س ق )
عبد الله بن عتبة بن مسعود ( ق ) ( على شك فى ذلك )
عبد الرحمن بن عرق الحمصى ( ق )
عبيد الله بن عبد الله بن عتبة بن مسعود ( م د س ق )
عروة بن الزبير بن العوام ( م د س )
أبو ميسرة عمرو بن شرحبيل
العيزار بن حريث العبدى ( د س )
مالك بن أدى بن زياد الأشجعى الحمصى
محمد بن النعمان بن بشير ( ابنه ) ( خ م ت س ق )
أبو الضحى مسلم بن صبيح الكوفى ( س )
المفضل بن المهلب بن أبى صفرة الأزدى ( د س )
أبو طلحة نعيم بن زياد الأنمارى ( ف س )
الهيثم بن مالك الطائى ( بخ )
يسيع الحضرمى ( بخ د ت س ق )
أبو إسحاق السبيعى ( خ م ت )
أبو الأشعث الصنعانى ( ت سى )
أبو سلام الأسود ( م )
أبو صالح الحارثى ( سى )
أبو عازب ( ق )
أبو قلابة الجرمى ( د س ق )
Lihat di Mausuah ruwatil hadis 7152.
Jadi hadis” Kihlafah ala minhaj Nubuwah di akhir zaman  itu” tafarrud redaksinya  juga sanadnya Dan hanya Habib yang meriwayatkannya. .
Bila  anda menyatakan:
Habib bin Salim ini riwayatnya bisa diterima. Imam at-Tirmizi mengakuinya sebagai orang yg banyak meriwayatkan hadits dari Nu'man bin Basyir. Salah satu hadits yg perawinya Habib bin Salim dan dinilai Hasan Shahih oleh Abu Isa, dan dinilai Shahih oleh Syaikh al-Albani adalah hadits mengenai bacaan surat ketika dua hari raya dan shalat jum'at dalam Shahih Sunan Tirmidzi no.533.

Komentarku ( Mahrus ali ):
Habib bin Salim pernah meriwayatkan dalam sunan Tirmidzi lalu dikatakan hadisnya  hasan sahih  karena tidak tafarrud. Beda kasusnya dalam hadis  “ Akhir zaman ada khilafah ala minhaj Nubuwah itu “ . Di sini terdapat tafarrud yaitu hanya Habib bin Salim yang meriwayatkannya, tidak ada orang lain. Beliau adalah Tabiin pertengahan tingkat tiga. Imam Bukhari tidak berani mencantumkan dia dalam kitab sahihnya. Beliau tidak mengangkatnya sebagai perawinya dalam kitab sahihnya.
Bahkan Imam Suyuthi menyatakan lemah  pada hadis “ Khilafah aa minhaj Nubuwah di akhir zaman  itu “
جامع المسانيد والسنن (2/ 399)
(2) قال السيوطي: أخرجه الطبراني وأحمد البزار والروياني، ورمز له بالضعف. جمع الجوامع: 2/1191،
Imam Suyuthi berkata: Ia diriwayatkan oleh Thabrani, Ahmad, Al Bazzar dan al ruyani , lalu diberi tanda lemah . Jam ul jawami`  1191/2 .
Perawi bernama Habib bin Salim sendiri menyatakan bahwa :
إِنِّي لَأَرْجُوَ أَنْ يَكُونَ أَمِيرُ الْمُؤْمِنِينَ - يَعْنِي عُمَرَ - بَعْدَ الْمُلْكِ الْعَاضِّ وَالْجَبْرِيَّةِ فَأَدْخَلَ كِتَابِي عَلَى عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ فَسُّرَ بِهِ وَأَعْجَبَهُ.
Sesungguhnya aku berharap amirul mukminin  - Umar ( bin  Abd Aziz )  setelah raja yang menggigit  ( zalim ) dan otoriter  atau diktator. Lalu beliau memasukkan tulisanku  kepada Umar bin Abd Aziz, lalu beliau bergembira dan kagum padanya.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Ada menyataka bahwa “ Khilafah ala minhaj Nubuwah “  di akhir zaman , Pada hal, perawinya sendiri menyatakan  khalifah tsb adalah Umar bin Abd Aziz yang lalu  - yaitu dari kalangan raja – raja Banu Umayyah. Bukan di akhir zaman sekarang atau nanti yang masih ditunggu.
Al bani sendiri juga tidak menyetujui hal itu, karena terlalu dekat dengan khilafah rasyidah. Disini sudah terdapat kontradiksi pemahaman  antara perawinya sendiri dan bukan perawinya yaitu Al bani.
Saya sendiri tidak perduli kontradiksi pemahaman itu, sebab hadisnya tentang  “khilafah ala  minhaj nubuwah di akhir zaman “ adalah munkar, syadz  bukan hadis yang populer , baik di kalangan tabiin apalagi dikalangan sahabat.
Ia harus dibuang, tidak perlu diambil lagi, tidak perlu disebarluaskan kecuali  diterangkan syadznya dan munkarnya.

أبو صاعد الفضلي
. وأن هذه الكلمة التي في آخر الحديث "ثم تكون خلافة على منهاج النبوة" هي مما يجب أن يُتوقف فيه، بسبب الشك في معرفة حال أحد رواة السند وتفرده بها. والله أعلم.
Abu Shoid al fadhli menyatakan: Sesungguhnya  kalimat ini di akhir hadis : “ Lantas khilafah ala minhaj nubuwah “ harus di hentikan  dulu ( masih di ragukan )  sebab adanya keraguan tentang kondisi  salah satu perawi sanadnya. Dan dia juga tafarrud .
http://www.ahlalhdeeth.com/vb/archive/index.php/t-155508.html
محمد السالم
 
ورد في عودة الخلافة بعض الأحاديث ، أشهرها حديث حذيفة رضي الله عنه ، وحاصل الكلام على هذه الرواية أنها على أحسن الأحوال شاذة، أو منكرة
Muhammad Salim berkata:
Dalam sebagian hadis terdapat keterangan tentang  kembalinya khilafah. Paling populer adalah hadis  Hudzaifah  ra . Perkataan terahir dalam riwayat ini bahwa paling baik baginya adalah  syadz dan munkar.
قال الحافظ الدارقطني : تفرد به أبو داود الطيالسي عن داود بن إبراهيم الواسطي عن حبيب بن سالم عن النعمان.
Al hafidh Daroquthni berkata:  Abu Dawud Thoyalisi  meriwayatkan secara sendirian   dari Dawud bin Ibrahim al wasithi  dari Habib bin Salim dari al Nu`man.
- كراهية المتقدمين لرواية الغريب:
كان المتقدمون من علماء الحديث يكرهون رواية الغرائب وما تفرد به الرواة، ويعدونه من شَرِّ الحديث، كما قال الإمام مالك رحمه الله: "شَرُّ العلم الغريبُ، وخيرُ العلم الظاهرُ الذي قد رواه الناس" 1،
 
Hukum hanya seorang perawi yang meriwayatkan hadis.( tafarrud )
1. Ulama hadis dahulu tidak suka atau benci terhadap riwayat gharib ( nyeleneh )
Ulama hadis dahulu benci terhadap terhadap riwayat – riwayat yang gharib ( nyeleneh ) dan hadis yang di riwayatkan oleh seorang perawi , lalu di anggap sebagai hadis yang terjelek sebagaimana di katakan oleh Imam Malik rahimahullah: Ilmu terjelek adalah yang gharib dan ilmu yang terbaik adalah yang tampak yang di riwayatkan oleh manusia. ( banyak ).
 
      DR Abu Lubabah At thahir Shalih Husain kepala bagian dirosah Islamiyah  di Emirat menyatakan :
وَإِطْلاَقُ الْحُكْمِ عَلَى التَّفَرُّدِ بِالرَّدِّ وَالنَّكَارَةِ أَوِ الشُّذُوْذِ مَوْجُوْدٌ فِي كَلاَمِ كَثِيْرٍ مِنْ أَهْلِ الْحَدِيْثِ
 Mengghukumi perawi yang secara sendirian meriwayatkan agar riwayatnya  tertolak , dikatakan mungkar , syadz memang ada dlm perkataan kebanyakan ahli hadis . Ulumul hadis 12/1

Kesimpulan:
1.Bila Bukhari menyatakan :
سكتوا عنه " ، أو " فيه نظر "
Ulama  tidak memberikan komentar kepadanya  atau masih perlu dipertimbangkan”
Kalimat tsb menunjukkan  bahwa perawi tersebut termasuk berderajat paling rendah menurut beliau. Tapi karena beliau lembut  dalam bertutur kata dalam masalah tajrih . Hendaklah masalah itu diketahui .
2.Bila  hadis “ Khilafah ala minhajin nubuwah “  di hasankan oleh al arnauth atau al albani , hakikatnya adalah di lemahkan oleh al Uqaili dan Imam Bukhari sendiri  menyatakan “ Dia perlu dipertimbangkan “ . Karena itu, jangan langsung diterima, apalagi di sahihkan. Imam Bukhari sendiri tidak berani menyatakan sahih.  Albani  sendiri  juga pernah menyatakan sangat lemah karena ada perawi yang dikatakan oleh Bukhari “ Perlu dipertimbangkan”.
3.Imam Bukhari, Muslim , Nasai, Ibn Majah dan Imam Malik sendiri  tidak mencantumkan hadis tsb didalam kitab Muwattha`nya. Atau ada kemungkinan Imam Malik – sebagai tokoh ulama Medinah tidak mengerti hadis itu.  Atau mengerti, tapi tidak dicantumkan  dalam kitab Muwattha`nya karena masih di ragukan kevalidannya. Masih banyak alternatifnya.
Artikel Terkait

1 komentar:

  1. PEWARIS MISI KENABIAN, BUKAN SEKEDAR ULAMA TAPI YANG UTAMA MALAH SANG KHALIFAH


    Dan Dia lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah (penguasa-penguasa, ada yang jadi raja, sultan, presiden, gubernur dll.) di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. 6:165 merujuk pada QS. 38:26 dan 35:39).


    Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir" (QS. 3:32).


    Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan (QS. 4:14)


    Ayat-ayat di atas di dukung dengan Hadits Nabi Muhammad SAW sbb.:


    42. 118/3196. Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Basysyar telah bercerita kepada kami Muhammad bin Ja'far telah bercerita kepada kami Syu'bah dari Furat Al Qazaz berkata, aku mendengar Abu Hazim berkata; Aku hidup mendampingi Abu Hurairah radliallahu 'anhu selama lima tahun dan aku mendengar dia bercerita dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang besabda: Bani Isra'il, kehidupan mereka selalu didampingi oleh para Nabi, bila satu Nabi meninggal dunia, akan dibangkitkan Nabi setelahnya. Dan sungguh tidak ada Nabi sepeninggal aku. Yang ada adalah para khalifah (ya bisa raja, sultan, presiden, kanselir, gubernur, bupati atau walikota) yang banyak jumlahnya. Para shahabat bertanya; Apa yang baginda perintahkan kepada kami?. Beliau menjawab: Penuihilah bai'at kepada khalifah yang pertama (lebih dahulu diangkat), berikanlah hak mereka karena Allah akan bertanya kepada mereka tentang pemerintahan mereka.


    Dan katakanlah (Hai Muhammad): "Bekerjalah (sesuai dengan tanggungjawab) kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan (QS. 9:105).


    Yang penting bahwa peran para khalifah yang berasal dari kalangan manusia biasa yang bukan sebagai nabi dan rasul diharapkan oleh Allah dan Muhammad SAW jangan sampai seperti yang disampaikan Nabi kehadirat Tuhan, Allah sbb.:


    Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur'an itu sesuatu yang tidak diacuhkan" (QS. 9:30)

    Siapa saja yang ‘ngaku’ MUSLIM lalu dianugerahi dianya sebagai ‘ORANG NOMOR SATU’ atau penguasa maka dia adalah ‘sang’ KHALIFAH bahkan sesuai dengan hadits di atas beliau juga pembawa misi kenabian disamping peran ulama. Orang nomor satu atau penguasa atau khalifah itu, apakah ‘dia’nya berlebelkan sebagai presiden, raja atau kanselir dll. dan apakah dia berkuasa di negara bernama Islam atau tidak atau negerinya itu bermerek khilafah atau tidak. Tetapi yang mutlak sang tokoh orang nomor satu tetap harus mengacu pada Al Quran dan As Sunnah.


    Selanjutnya soal si tokoh ini mau atau tidak mau menerapkan syariat Islam ataukah mampu atau tidak mampu menerapkan syariat Islam ya itu mutlak adalah tanggungjawabnya sendiri karena dia sendirilah yang berkeinginan untuk menjadi orang tokoh nomor satu disuatu atau didalam wilayah kekuasaannya. Dalam menyelenggarakan tugas-tugas negara dan pemerintahan adalah wajib baginya untuk merujuk pada prinsip-prinsip Al Quran a.l. seperti QS. 38:26 dan 35:39 di atas seperti peran Nabi Daud As atau nabi dan rasul lainnya terutama di era kini ialah hadits Nabi Muhammad SAW.


    Wallahu a’lam

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan