- Bekerja di PT. Toray Industries Indonesia dan PT. Lawencon International
Jurusan Informatics Engineering. di UNIVERSITAS
NASIONAL PASIM BANDUNG
Alumini CITRA
BUANA INDONESIA
Tinggal di Daerah
Khusus Ibukota Jakarta
Dari Kota
Tasikmalaya · Pindah ke Kota Cirebon
Dia
menulis : tolong sebutkan siapakah ulama yg mengharamkan ayam,? mungkin ada
dari madzhab dhariyyah yg terbiasa mengambil hukum sebagaimana dhohir teksnya.
Komentarku
( Mahrus ali ):
Saya
ambilkan dari jawaban saya dulu saja yang mirip dengan pertanyaan anda sbb:
Bila tiada ulama dulu yang
mengharamkan Ayam , ber arti Ayam itu halal. Mengapa tiada dikalangan para
sahabat yang menjual belikan Ayam untuk dimakan. Bahkan mereka tidak pernah
memotongnya untuk kosumsi makanan. Ikuti saja para sahabat dan jangan ikut
orang sekarang. Jangan sampai menyelisihi mereka agar cocok dengan budaya makanan orang sekarang.
Perkataan seperti itu persis dengan sinyalemen orang – orang kafir ketika menolak kebenaran
:
وَمَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي
ءَابَائِنَا الْأَوَّلِينَ
Dan
kami belum pernah mendengar (seruan yang seperti) ini pada nenek moyang kami
dahulu". Al qashas 36.
Karena
itu, jangan ikut perkataan orang kafir dulu atau sekarang tapi ikutilah
perkataan orang mukmin yaitu sami`na wa atho`na kepada dalil dari Allah
dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ada atau
tidak ulama yang berfatwa itu
bukan persoalan . Yang penting itu dalil.
Bila dikatakan: Seandainya Ayam itu haram mesti mereka lebih dulu berfatwa seperti itu.
Saya jawab:
Perkataan seperti itu persis dengan perkataan orang kafir ketika menolak
kebenaran sbb:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ
ءَامَنُوا لَوْ كَانَ خَيْرًا مَا سَبَقُونَا إِلَيْهِ وَإِذْ لَمْ يَهْتَدُوا
بِهِ فَسَيَقُولُونَ هَذَا إِفْكٌ قَدِيمٌ
Dan
orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: "Kalau
sekiranya dia (Al Qur'an) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada
mendahului kami (beriman) kepadanya. Dan karena mereka tidak mendapat petunjuk
dengannya maka mereka akan berkata: "Ini adalah dusta yang lama". Al
Ahqof 11
Pendapat
orang dulu atau sekarang harus diterima
bila disertai dalil dan harus di tolak bila menyelisihi dalil.
Bapak Sobani
Satari
- Pernah belajar di Al-Falah Kalisabuk Cilacap
Pernah belajar di: STAI
Acprilesma Indonesia dan MAN
Kalisabuk Cilacap
Tinggal di Cilacap,
Jawa Tengah, Indonesia
Menulis : Hehehe.....pak
mahrus ali kayaknya lagi kejerembab nih.....jika kehalalal dlob pd hadits
bukhari muslim bisa dipertahankam(?) disini ada titik kesamaan masalah bahkan
lebih fulgar....dimana dlob yg dibahasakan sejenis biawak jg punya cakar bahkan
lebih tangguh....apologi apa lagi yg akan beliau paparkan demi mempertahankan
justifikasi ijtihadnya agar tidak tanaqudl/kontradiksi....
Anda
menyatakan:
Hehehe.....pak
mahrus ali kayaknya lagi kejerembab nih.....jika kehalalal dlob pd hadits
bukhari muslim bisa dipertahankam(?) disini ada titik kesamaan masalah bahkan
lebih fulgar....dimana dlob yg dibahasakan sejenis biawak jg punya cakar bahkan
lebih tangguh....apologi apa lagi yg akan beliau paparkan demi mempertahankan
justifikasi ijtihadnya agar tidak tanaqudl/kontradiksi....
Komentarku
( Mahrus ali ):
Saya kan sudah mengatakan
akan mengkaji hadis dhob itu, di terima
atau di tolak, hasan, sahih atau lemah ,
bisa di buat pegangan , atau layak di hindari. Masih belum ada keputusan saya.
Jangan meng ada – ada. Saya masih akan membikin artikel tersendiri
tentang hal itu. Jangan langsung di putuskan. Dan belum tentu putusan anda itu sesuai
dengan apa yang akan saya putuskan nanti. Bersabarlah menunggu dan
katakan: Saya akan menunggu dulu.
Yai Alianoor Abu
Zharfan putra mantan ketua
Syuriah NU di Muara teweh menulis
: buat apa kita terlalu berkomentar negatif kpd ust
Mahrus Ali, kalau anda punya dalil shohih untuk membantah dalil keharaman ayam
yang dijelaskan Ust Mahrus Ali silahkan beri tanggapan yang berakhlak jgn
saling melecehkan...
Komentarku
( Mahrus ali ):: Benar apa yang anda katakan yai. Cocok dengan ayat:
قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ
كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Katakanlah:
"Unjukkanlah bukti kebenaranmu( dalilmu ), jika kamu memang orang-orang
yang benar". Namel 64
Di ayat lain, Allah menyatakan:
أَمْ لَكُمْ سُلْطَانٌ
مُبِينٌ(156)فَأْتُوا بِكِتَابِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Atau apakah kamu mempunyai bukti yang nyata? Maka
bawalah kitabmu jika kamu memang orang-orang yang benar. Shoffat.
Bapak Sobani
Satari ·
Justeru
disonolah ada pelecehan hukum yg sudah final dikaji dan dikupas oleh para
mujtahid yg jelas2 kompeten....kajian beliau pada sub bahasan dimaksud secara
tidak langsung mengindikasikan ulama mujtahid,salafusshaleh tidak becus dalam
kajian....buktinya...masalah remeh sj seperti hukum daging ayam belum tuntas
dlm kajian mereka....sebuah ketakabburan terselubung bagi yg mengaku ittiba'
kepada salafusshaleh.(generasi 1-3 abad setelah zaman Nabi)...dari awal dalil
sudah banyak yg dipaparin.....tapi mentah dihadapan beliau...apa analiaisnya yg
berbeda??? Pakai apa??
Komentarku
( Mahrus ali ):
Justeru
disonolah ada pelecehan hukum yg sudah final dikaji dan dikupas oleh para
mujtahid yg jelas2 kompeten....kajian beliau pada sub bahasan dimaksud secara
tidak langsung mengindikasikan ulama mujtahid,salafusshaleh tidak becus dalam
kajian....
Komentarku ( Mahrus ali ):
Anda
menyatakan bahwa hukum keputusan
mujtahid adalah final, bukan boleh dikaji lagi., atau harus diterima dan tidak boleh
ditentang. Ini kesalahan yang nyata
bukan kebenaran yang samar. Seolah
putusan para mujtahid tu seperti
al Quran yang harus benar, tidak boleh diselisihi. Kita kembali kepada
perkataan mereka sbb:
Imam Ahmad pernah menyatakan:
لاَ تُقَلِّدْنِي وَلاَ مَالِكًا وَلاَ الثَّوْرِيَّ وَلاَ الشَّافِعِيَّ
Jangan
ikut kepadaku,atau Imam Malik, Tsauri atau Syafii.
Ali ra berkata :
مَا كُنْتُ لِأَدَعَ سُنَّةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِقَوْلِ أَحَدٍ *
Aku
tidak akan meninggalkan sunah Nabi
S.A.W. karena perkataan orang “. [1]
Imam Malik berkata :
إنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أُصِيبُ وَأُخْطِئُ فَاعْرِضُوا قَوْلِي عَلَى
الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ
Aku hanyalah manusia , terkadang
pendapatku benar , di lain waktu kadang salah . Karena itu , cocokkan
perkataanku ini dengan kitabullah dan hadis Rasulullah .
Imam Syafii yang menyatakan :
إذَا
صَحَّ الْحَدِيثُ فَاضْرِبُوا بِقَوْلِي الْحَائِطَ وَإِذَا رَأَيْت الْحُجَّةَ
مَوْضُوعَةً عَلَى الطَّرِيقِ فَهِيَ قَوْلِي .
Bila ada hadis sahih , maka lemparkan perkataanku ke tembok . Bila kamu
lihat hujjah telah berada di jalan , maka
itulah perkataan ku
لاَ تُقَلِّدْ دِينَك الرِّجَالَ فَإِنَّهُمْ لَنْ يَسْلَمُوا
مِنْ أَنْ يَغْلَطُوا .
Dalam masalah agama,jangan ikut orang , sebab mereka mungkin juga salah .
Komentarku ( Mahrus ali ):
Ternyata mereka lebih suka kepada orang yang tidak
taklid buta kepada mereka, dan mereka menganjurkan untuk berpegangan kepada dalil lalu
melepaskan perkataan mereka bila
ternyata menyalahi dalil. Dan
mereka sangat tidak suka
kepada orang yang taklid buta kepada mereka, bahkan melarangnya. Jadi
saya ini malah menjalankan apa yang disenangi oleh mereka, karena saya ikut
dalil untuk menyelisihi pendapat mereka.
Dan anda
fanatisme kepada mereka juga dibenci oleh mereka dan dilarang. Apalagi
saya yang tidak cocok dengan perkataan mereka yang tidak sesuai dengan dalil
dikatakan pelecehan hukum . Ini kan aneh. Orang yang
ikut dalil dikatakan melecehkan hukum
dan yang menolak dalil dari Allah dan Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam lalu
taklid pada pendapat ulama yang keliru
dikatakan menghurmati hukum.
Pelecehan
hukum tidak boleh bila hukum itu cocok dengan dalil. Kita kembali saja pada ayat:
فَإِنْ
تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ
وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ ا ْلآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ
وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an)
dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya. Nisa` 59
Ternyata Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam dan sahabatnya tidak makan Ayam , kita ikut saja pada generasi terbaik.
Anda
menyatakan lagi:
buktinya...masalah
remeh sj seperti hukum daging ayam belum tuntas dlm kajian mereka....sebuah
ketakabburan terselubung bagi yg mengaku ittiba' kepada salafusshaleh.(generasi
1-3 abad setelah zaman Nabi)...dari awal dalil sudah banyak yg
dipaparin.....tapi mentah dihadapan beliau...apa analiaisnya yg berbeda???
Pakai apa??
Komentarku
( Mahrus ali ):
Aneh
sekali, ikut dalil di katakan sombong
dan sendiko dawuh dikatakan tawadhu`.
Pada hal
ikut dalil itu ikut Allah dan Rasulnya dikatakan sombong dan sendiko dawuh
kepada para mujtahid untuk nentang dalil
dari Allah dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ini yang layak di
katakan sombong. Ingat hadis ini:
لاَ يَدْخُلُ
الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ
إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا
وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ
بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
*
Tidak akan
masuk ke surga orang yang dlm hatinya terdapat
seberat dzarrah sifat sombong .
seorang lelaki berkata :” Sesungguhnya seorang lelaki senang mengenakan paakaian dan sandal yang baik . Rasulullah SAW bersabda
: “ Sesungguhnya Allah indah dan senang keindahan . Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang . [2]
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan