Ini jawaban sy dulu:
Fase ke 2 tentang larangan salat jamak taqdim atau ta`khir
Ustadz Tommi Marsetio menulis:
4. 'Abdullaah bin Diinaar, melalui jalur Rabii'ah bin
Farruukh (beliau adalah Rabii'ah Ar-Ra'yi, guru Al-Imam Maalik) dengan redaksi
matan :
قَالَ غَابَتْ الشَّمْسُ وَأَنَا عِنْدَ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ عُمَرَ فَسِرْنَا فَلَمَّا رَأَيْنَاهُ قَدْ أَمْسَى قُلْنَا الصَّلَاةُ
فَسَارَ حَتَّى غَابَ الشَّفَقُ وَتَصَوَّبَتْ النُّجُومُ ثُمَّ إِنَّهُ نَزَلَ
فَصَلَّى الصَّلَاتَيْنِ جَمِيعًا ثُمَّ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا جَدَّ بِهِ السَّيْرُ صَلَّى صَلَاتِي هَذِهِ
يَقُولُ يَجْمَعُ بَيْنَهُمَا بَعْدَ لَيْلٍ
('Abdullaah bin Diinar) berkata, "Matahari akan
terbenam sementara aku berada di sisi 'Abdullaah bin 'Umar, maka berangkatlah
kami. Tatkala kami melihat matahari telah tenggelam, kami katakan, "Shalat!"
namun Ibnu 'Umar tetap meneruskan perjalanannya hingga senja telah menghilang
dan muncullah bintang-bintang. Kemudian Ibnu 'Umar singgah dan shalat dengan
menjamak kedua shalat tersebut (yaitu Maghrib dan 'Isyaa') dan ia berkata, "Aku
pernah melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam jika mengalami
kesulitan dalam perjalanan, beliau shalat seperti shalatku ini," perawi
mengatakan, "Dengan menjamak keduanya setelah malam tiba."
[Sunan Abu Daawud no. 1217]
Komentarku ( Mahrus ali ):
Terjemahannya keliru :
غَابَتْ الشَّمْسُ
Terjemahan Ustadz Tommi Marsetio:
"Matahari akan terbenam
Komentarku ( Mahrus ali ):
Terjemahan itu keliru dan yang benar:
Matahari telah menghilang / tidak tampak ( mungkin karena
tertutup awan atau lainnya ).
Ghobat itu fi`il madhi , mengapa di artika oleh Ustadz Tommi
Marsetio
dengan kalimat : "Matahari akan terbenam".
Bukan telah tapi beliau menggunakan kalimat akan yang
biasanya untuk fi`il mudhari`.
Ghobat itu artinya matahari tidak kelihatan atau menghilang,
jangan di artikan terbenam.
فَلَمَّا رَأَيْنَاهُ قَدْ أَمْسَى
Beliau menterjemahkan: Tatkala kami melihat matahari telah
tenggelam
Komentarku ( Mahrus ali ):
Terjemahan itu keliru dan yang benar:
Tatkala kami melihat Ibnu Umar berhenti ( tidak meneruskan
perjalanan ) .
Kalimat " hu " dia , maksudnya adalah Ibnu Umar , karena
kalimat " hu " itu mudzakkar – untuk lelaki. Tapi Ustadz Tommi
Marsetio kalimat "hu " di rujukkan kepada matahari – atau di pahami
untuk matahari yang muannas majazi . Lihat kalimat dalam hadis Ghobat syamsu . Ber
arti Syamsu disini muannas majazi.
أَمْسَى فلانٌ : مَسَا
Fulan berhenti / tidak meneruskan perjalanan.
حَتَّى غَابَ الشَّفَقُ
Terjemahan menurut Ustadz Tommi Marsetio:
hingga senja telah menghilang
Komentarku ( Mahrus ali ):
Terjemahan itu keliru dan yang benar:
Hingga sinar merah matahari telah menghilang.
Bahasa arabnya senja itu waktul maghrib atau al maghribu
atau atamah.
ثُمَّ إِنَّهُ نَزَلَ
Terjemahan menurut Ustadz Tommi Marsetio
Kemudian Ibnu 'Umar singgah
Komentarku ( Mahrus ali ):
Terjemahan itu keliru dan yang benar:
Kemudian sesungguhnya Ibnu Umar turun ( dari kendaraannya ).
ثُمَّ قَالَ
dan ia berkata
Komentarku ( Mahrus ali ):
Terjemahan itu keliru dan yang benar:
Kemudian beliau berkata:
إِذَا جَدَّ بِهِ السَّيْرُ
Terjemahan menurut Ustadz Tommi Marsetio
jika mengalami kesulitan dalam perjalanan
Komentarku ( Mahrus ali ):
Terjemahan itu keliru dan yang benar:
Bila beliau tergesa – gesa dalam perjalanan ( karena ada
kepentingan yang serius ).
Komentarku ( Mahrus ali ):
Terjemahan yang tepat hadis di atas sbb:
قَالَ غَابَتْ الشَّمْسُ وَأَنَا عِنْدَ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ عُمَرَ فَسِرْنَا فَلَمَّا رَأَيْنَاهُ قَدْ أَمْسَى قُلْنَا الصَّلَاةُ
فَسَارَ حَتَّى غَابَ الشَّفَقُ وَتَصَوَّبَتْ النُّجُومُ ثُمَّ إِنَّهُ نَزَلَ
فَصَلَّى الصَّلَاتَيْنِ جَمِيعًا ثُمَّ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا جَدَّ بِهِ السَّيْرُ صَلَّى صَلَاتِي هَذِهِ
يَقُولُ يَجْمَعُ بَيْنَهُمَا بَعْدَ لَيْلٍ
Beliau berkata: Matahari telah menghilang / tidak tampak ( mungkin
karena tertutup awan atau lainnya ). Dan aku disisi Abdullahbin Umar. Lalu kami
tetap melakukan perjalanan. Tatkala kami melihat Ibnu Umar berhenti ( tidak
meneruskan perjalanan )
Kami berkata: "Salat" ( maksudnya marilah kita
salat ). Hingga sinar merah matahari telah menghilang dan bintang – bintang
turun ( tampak sinarnya ). Kemudian sesungguhnya Ibnu Umar turun ( dari
kendaraannya ). Lalu menjalankan dua salat ( Maghrib dan Isya` ) dengan di
jamak. Kemudian belau
berkata: Aku melihat Rasul SAW bila beliau tergesa – gesa dalam perjalanan ( karena
ada kepentingan yang serius ). Beliau melakukan salat sebagaimana aku ini , ya`ni
beliau berkata : Menjamak dua salat setelah malam tiba.
Dalam kitab " syarah Abu Dawud karya al aini " terdapat
keterangan sbb:
شرح أبي داود للعيني - (ج 5 / ص 84)
(2) تفرد به أبو داود.
Hanya Abu Dawud yang meriwayatkannya. ( dengan redaksi
seperti itu ).
Komentarku ( Mahrus ali ):
Sayang hadis itu di gunakan dalil untuk memperbolehkan jamak
taqdim dan ta`khir pada setiap berpergian. Pada hal , itu sekedar perbuatan
IbnuUmar, bukan perbuatan Nabi SAW sebagaimana kemarin dikatakan oleh Imam
Thahawi sbb:
قال الطحاوي : حديث ابن عمر إنما فيه الجمع بعد مغيب
الشفق من فعله ،
وذكر عن النبي - صلى الله عليه وسلم - أنه جمع بين
الصلاتين ، ولم يذكر كيف كان جمعه ؛ هذا إنما فيه التأخير من فعل ابن عمر لا فيما
رواه عن النبي - صلى
الله عليه وسلم
Imam Thahawi mengatakan: Hadis Ibn Umar itu menjelaskan
bahwa Ibnu Umar menjama` setelah sinar merah matahari hilang hanyalah dari
perbuatannya. Beliau menyebutkan bahwa Nabi SAW juga menjalankan salat jamak
antara dua salat. Beliau tidak menyebutkan bagaimana cara Nabi SAWmenjamaknya. Jadi
jamak ta`khir ini hanyalah dari perbuatan Ibnu Umar bukan apa yang di
riwayatkannya dari Nabi SAW مجلة المنار - (ج 27 / ص 513)
Ali ra berkata :
مَا كُنْتُ لِأَدَعَ سُنَّةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِقَوْلِ أَحَدٍ *
Aku tidak akan meninggalkan sunah Nabi S.A.W. karena
perkataan orang “.
Imam Malik berkata :
إنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أُصِيبُ وَأُخْطِئُ فَاعْرِضُوا
قَوْلِي عَلَى الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ
Aku hanyalah manusia , terkadang pendapatku benar , di lain
waktu kadang salah . Karena itu , cocokkan perkataanku ini dengan kitabullah
dan hadis Rasulullah .
Bandingkan dengan hadis riwayat Daroquthni yang menyatakan
bahwa saat itu Ibnu Umar menjalankan salat Maghrib dan Isya` tepat waktunya
bukan di jamak taqdim atau ta`khir.
سنن الدارقطني - (ج 4 / ص 130)
- حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ
إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا وَكِيعٌ وَجَرِيرُ بْنُ
عَبْدِ الْحَمِيدِ وَاللَّفْظُ لِوَكِيعٍ عَنِ الْفُضَيْلِ بْنِ غَزْوَانَ عَنْ
نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ اسْتُصْرِخَ عَلَى صَفِيَّةَ وَهُوَ فِى سَفَرٍ
فَسَارَ حَتَّى إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ قِيلَ لَهُ الصَّلاَةَ فَسَارَ حَتَّى
إِذَا كَادَ يَغِيبُ الشَّفَقُ نَزَلَ فَصَلَّى الْمَغْرِبَ ثُمَّ انْتَظَرَ
حَتَّى غَابَ الشَّفَقُ صَلَّى الْعِشَاءَ ثُمَّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- إِذَا نَابَتْهُ حَاجَةٌ صَنَعَ هَكَذَا.
…………..,Dari Ibnu Umar ra berkata: Ada informasi bahwa Shafiyah ( istrinya ) meninggal
dunia dan beliau berada dalam perjalanan. Lalu beliau kembali ( ke Medinah , sebab
saat itu beliau di Mekkah ) hingga matahari tiada tampak. Di katakan kepadanya :
Salat "
Beliau masih tetap melanjutkan perjalanan, hingga sinar
merah hampir lenyap, beliau turun, lalu menjalankan salat Maghrib, lalu menanti
( masuknya waktu Isya` ) hingga sinar lenyap, lalu beliau menjalankan salat
Isya` , lalu berkata: Rasul SAW bila ada kebutuhan yang sangat, menjalankan
sedemikian ini. Hadis sahih riwayat Daroquthni .
Jadi saat itu, Ibnu Umar bukan melakukan jamak taqdim atau
ta`khir tapi jamak suri – meng akhirkan salat maghrib di akhir waktunya dan
salat Isya` di awal waktunya. Dalam kitab Faidhul bari – syarah Bukhari 232/ 3 di katakan:
فيض الباري شرح البخاري - (ج 3 / ص 232)
الصواب عندي أنه واقعةٌ واحدة، وهي على وجهها عند أبي
داود وفيه: «حتى إذا كان قبل غيوب الشفق نَزَل فَصلَّى المغربَ، ثم انتظر حتى غاب
الشَّفَقُ فَصَلَّى العشاءَ،
Yang benar menurutku adalah sekali kejadian yang cocok
dengan keterangan hadis menurut Abu Dawud . Ada keterangan di dalamnya sbb: hingga ketika
menjelang terbenamnya matahari, beliau turun dari kendaraan, lalu menjalankan
salat Maghrib. Kemudian beliau menanti hingga sinar merah di awan lenyap, lalu
menjalankan salat Isya`. ( Jamak suri ) .
ولم يُرَ ابنُ عمرَ رضي الله تعالى عنه جَمَع بينهما إلا
تلك الليلة، يعني ليلة اسْتُصْرِخَ على صفيةَ رضي الله تعالى عنها. وعن مكحول عن
نافع أَنَّ ابنَ عمرَ رضي الله تعالى عنه فَعَل ذلك مرةً أو مرتين - بالشَّكِ .
Tiada kelihatan Ibnu Umar melakukan jamak salat maghrib dan
Isya` kecuali pada malam itu yaitu malam ada informasi kematian Shofiyah ra .
Dan dari Makhul dari Nafi` , sesungguhnya Ibnu Umar
menjalankan jamak itu sekali atau dua kali ……….. masih ragu ( antara sekali
atau dua kali ).
Komentarku ( Mahrus ali ):
Di saat Ibnu Umar sendiri menjalankan jamak suri itu sekali
atau dua kali selama hidupnya, tapi kita ini malah menjalankan jamak takdim dan
ta`khir beberapa kali, bahkan tiap kali kita pergi. Ini jelas keliru dan tidak
benar, menyalahi tuntunan dan cocok dengan tontonan. Ingin cocok dengan hadis, tinggalkan
jamak taqdim atau ta`khir dan lakukan salat tepat waktu dalam berpergian atau
di rumah. Hurmatilah ayat :
إِنَّ الصَّلاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا
مَوْقُوتًا
"Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." [QS An-Nisaa' : 103]
صحيح البخاري - (ج 6 / ص 141)
حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ حَدَّثَنَا
أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ قَالَ حَدَّثَنِي عُمَارَةُ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ صَلَّى صَلَاةً بِغَيْرِ مِيقَاتِهَا إِلَّا صَلَاتَيْنِ جَمَعَ بَيْنَ
الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَصَلَّى الْفَجْرَ قَبْلَ مِيقَاتِهَا
……….., dari Abdullah ra berkata: Aku tidak melihat Nabi SAW
menjalankan salat di luar waktunya kecuali dua salat yang di jamak antara
Maghrib dan Isya` . Dan beliau menjalankan salat fajar sebelum waktunya. HR
Bukhari 141/6. Muslim 2270. Nasa`I 604. 2988. Abu dawud 1650. Ahmad 3455.
Komentarku ( Mahrus ali ): Hadis tsb muttafaq alaih, Jadi
menurut Abdullah bin Mas`ud Rasul tidak pernah melakukan jamak di perjalanan
dan dirumah kecuali di Muzdalifah itu. Ini jelas bertentangan dengan hadis Ibnu
Umar tadi . Saya pilih ini saja yang tidak bertentangan dengan al Quran dari
pada memilih jamak salat lalu saya buang ayat. Dan saya termasuk inkarul ayat.
أَخْبَرَنَا عَبْدَةُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ قَالَ
حَدَّثَنَا ابْنُ شُمَيْلٍ قَالَ حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ قَارَوَنْدَا قَالَ
سَأَلْنَا سَالِمَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ الصَّلَاة
فِي السِّفْر فَقُلْنَا أَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ يَجْمَعُ بَيْنَ شَيْءٍ مِنْ
الصَّلَوَاتِ فِي السَّفَرِ فَقَالَ لَا إِلَّا بِجَمْعٍ
Telah mengabarkan kepada kami 'Abdah bin Abdurrahim dia
berkata; Telah menceritakan kepada kami Ibnu Syumail dia berkata; Telah
menceritakan kepada kami Katsir bin Qarawanda, dia berkata; "Aku bertanya
kepada Salim bin Abdullah, "Apakah ayahmu (Abdullah) menjama' antara dua
shalat dalam perjalanan? ' la menjawab, 'Tidak kecuali di Muzdalifah'. HADIST
NO – 593/ KITAB NASA'I
Komentarku ( Mahrus ali ):
Hadis tsb hasan kata al bani . Ada terusannya yang menceritakan kisah di
atas.
Ibnu Umar sendiri ternyata tidak pernah melakukan salat
jamak kecuali di Muzdalifah ketika berhaji sebagaimaa keterangan dari anaknya .
Hadis tsb di riwayatkan oleh Bukhari dengan redaksi yang
berbeda sbb:
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا
سُفْيَانُ قَالَ سَمِعْتُ الزُّهْرِيَّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْمَعُ بَيْنَ الْمَغْرِبِ
وَالْعِشَاءِ إِذَا جَدَّ بِهِ السَّيْرُ
Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Abdullah berkata, telah
menceritakan kepada kami Sufyan berkata, Aku mendengar Az Zuhriy dari Salim
dari bapaknya berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah
menggabungkan (menjama') shalat Maghrib dan shalat 'Isya' bila tergesa-gesa
dalam perjalanan karena ada kepentingan yang serius". HADIST NO - 1041
KITAB BUKHARI
Komentarku ( Mahrus ali ):
Realitanya tidak ada kecuali di Muzdalifah ketika haji
sebagaimana di kaakan oleh Thahawi
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ أَخْبَرَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ قَالَ أَخْبَرَنِي زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ عَنْ أَبِيهِ
قَالَ كُنْتُ مَعَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
بِطَرِيقِ مَكَّةَ فَبَلَغَهُ عَنْ صَفِيَّةَ بِنْتِ
أَبِي عُبَيْدٍ شِدَّةُ وَجَعٍ فَأَسْرَعَ السَّيْرَ حَتَّى كَانَ بَعْدَ غُرُوبِ
الشَّفَقِ نَزَلَ فَصَلَّى الْمَغْرِبَ وَالْعَتَمَةَ جَمَعَ بَيْنَهُمَا ثُمَّ
قَالَ إِنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا جَدَّ
بِهِ السَّيْرُ أَخَّرَ الْمَغْرِبَ وَجَمَعَ بَيْنَهُمَا
Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Abu Maryam telah
mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ja'far berkata, telah mengabarkan kepada
saya Zaid bin Aslam dari bapaknya berkata; Aku pernah bersama 'Abdullah bin 'Umar
radliallahu 'anhu pada suatu jalan di kota
Makkah. Lalu sampai berita kepadanya bahwa Shafiyyah binti Abu 'Ubaid sedang
menderita sakit. Maka dia mempercepat jalannya hingga sinar merah dilangit
telah hilang, dia berhenti dan melaksanakan shalat Maghrib dan 'Isya' dengan
dijama'
(menggabungkan keduanya), kemudian dia berkata: "Aku
melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam apabila perjalanannya tergesa-gesa
Beliau mengakhirkan shalat Maghrib lalu menggabungkannya dengan keduanya (dengan
shalat 'Isya') ". HADIST NO - 1678 KITAB BUKHARI
Komentarku ( Mahrus ali ):
Beda sangat dengan hadis sahih riwayat Daroquthni yang
menyatakan , salat maghribnya dilakukan sebelum sinar merah dilangit hilang. Dan
salat Isya`nya di lakukan setelahnya. Tapi riwayat Bukhari ini jamak di lakukan
setelah sinar merah dilangit lenyap. Jadi terjadi kacau redaksi hadisnya yang
menandakan kelemahannya.
خْبَرَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا
الْعَطَّافُ عَنْ نَافِعٍ قَالَ
أَقْبَلْنَا مَعَ ابْنِ عُمَرَ مِنْ مَكَّةَ فَلَمَّا
كَانَ تِلْكَ اللَّيْلَةُ سَارَ بِنَا حَتَّى أَمْسَيْنَا فَظَنَنَّا أَنَّهُ
نَسِيَ الصَّلَاةَ فَقُلْنَا لَهُ الصَّلَاةَ فَسَكَتَ وَسَارَ حَتَّى كَادَ
الشَّفَقُ أَنْ يَغِيبَ ثُمَّ نَزَلَ فَصَلَّى وَغَابَ الشَّفَقُ فَصَلَّى
الْعِشَاءَ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا فَقَالَ هَكَذَا كُنَّا نَصْنَعُ مَعَ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا جَدَّ بِهِ السَّيْرُ
Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah bin Sa'id Telah
menceritakan kepada kami Al Athaf dari Nafi', dia berkata, "Kami datang
dari Makkah bersama Ibnu Umar, malam itu kami berjalan hingga kami berhenti dan
kami menyangka bahwa beliau telah lupa shalat, maka kami berkata, 'Shalat dulu'.
Namun beliau diam saja dan terus berjalan hingga sinar merah hampir lenyap. Kemudian
kami turun dari kendaraan lalu shalat ( Maghrib ), dan hilanglah sinar merah
tersebut. Kemudian shalat Isya dan setelah selesai ia menghadap kepada kami
sambil berkata, 'Beginilah kami dahulu berbuat bersama Rasulullah Shallallahu'alaihi
wasallam bila sedang tergesa-gesa dalam perjalanan'." HADIST NO – 592/ KITAB
NASA'I.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Hadis sahih kata al bani dalam kitab sahih wa dhoif sunan
Nasai :
صحيح وضعيف سنن النسائي - (ج 2 / ص 240)
تحقيق الألباني :
صحيح ، انظر ما قبله ( 595 )
Komentarku ( Mahrus ali ):
Dalam hadis itu jelas dan tidak samar lagi, salat maghribnya
di jalankan sebelum sinar merah dilangit hilang dan salat Isya`nya dilakukan
setelahnya. Jadi beda sekali dengan riwayat Bukhari dan Abu Dawud dalam salah satu
riwayatnya.
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ
عَنْ يَحْيَى وَعُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ وَمُوسَى بْنِ عُقْبَةَ عَنْ نَافِعٍ
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ
إِذَا جَدَّ بِهِ السَّيْرُ جَمَعَ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَكَانَ فِي
بَعْضِ حَدِيثِهِمَا إِلَى رُبُعِ اللَّيْلِ أَخَّرَهُمَا جَمِيعًا
Telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaaq telah
mengabarkan kepada kami Sufyaan dari Yahya dan Ubaidullah bin Umar dan Musa bin
Uqbah dari Naafi' dari Ibnu Umar, Nabi Shallallahu'alaihi wasallam apabila
perjalanannya tergesa – gesa , beliau menjama' antara Maghrib dan 'Isyaa`. Kemudian
pada sebagian hadits keduanya dengan redaksi -jika bepergian sampai seperempat
malam, beliau mengakhirkan maghrib dan isya. HADIST NO – 5259/ KITAB AHMAD.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Disini juga beda dengan riwayat Bukhari yang tiada kalimat
sampai seper empat malam. Lihat hadisnya tadi :
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا
سُفْيَانُ قَالَ سَمِعْتُ الزُّهْرِيَّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْمَعُ بَيْنَ الْمَغْرِبِ
وَالْعِشَاءِ إِذَا جَدَّ بِهِ السَّيْرُ
Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Abdullah berkata, telah
menceritakan kepada kami Sufyan berkata, Aku mendengar Az Zuhriy dari Salim
dari bapaknya berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah
menggabungkan (menjama') shalat Maghrib dan shalat 'Isya' bila tergesa-gesa
dalam perjalanan karena ada kepentingan yang serius". HADIST NO - 1041
KITAB BUKHARI
Komentarku ( Mahrus ali ):
Jadi hadis dengan redaksi kacau ini jelas sulit dipilih mana
yang benar dan mana yang salah. Ini menunjukkan kelemahannya. Kita kembali saja
kepada kaidah dalam musthalah hadis :
وَذُو اخْتِلاَفِ سَنَدٍ أَوْ مَتْنٍ مُضْطَرِبٌ عِنْدَ
أُهَيْلِ اْلفَنِ
Kekacauan sanad atau redaksi termasuk mudhtharib menurut
ahli mustholah hadis.
المنتقى - شرح الموطأ - (ج 1 / ص 339)
وَقَالَ أَشْهَبُ أَحَبُّ إلَيَّ أَنْ لَا يَجْمَعَ
بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ فِي سَفَرٍ وَلَا حَضَرٍ إِلَّا بِعَرَفَةَ
Asyhab berkata: Aku lebih suka tidak melakukan jamak antara
dhuhur dan Asar dalam perjalanan atau dirumah kecuali di Arofah. Al Muntaqa 339/1
Jangan melakukan jamak taqdim atau ta`khir dan memang tiada
tuntunannya dari Rasul SAW.
Bersambung …………………….bagi yang lain , insya Alloh masih
menyusul jawabannya.
Cari ilmu agama dg sistim dialog yg ilmiyah ttg buka ketika
adzan Maghrib membatalkan puasa dg penuh persaudaraan di dua grup WA sy .
Mau ikut , hub 08813270751.082225929198 ,081384008118,0 857-8715-4455
0812-4194-6733
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan