London (ANTARA) - Mantan Ketua MPR Prof Amien Rais mengakui bangsa yang kuat dilandasi oleh adanya keinginan untuk hidup bersama, hingga pada akhirnya akan melahirkan toleransi.
Hal itu disampaikan Prof Amien Rais, dalam pertemuan dengan mahasiswa Eidgenssiche Technische Hochshule Zrich / ETH - Zrich yang difasilitasi KBRI Bern dan International Relations and Security Network (ISN) ETH Zrich, demikian Staff Pensosbud KBRI Bern Budiman Wiriakusumah kepada ANTARA London, Kamis
Dikatakannya dalam kunjungan singkatnya ke Swiss mantan ketua MPR periode 1999-2004 berkesempatan menjadi pembicara dengan mengambil tema "The Muslim Brotherhood in Egypt: Lesson Learned from Indonesia".
Dalam ceramahnya yang menjadi perhatian mahasiswa dan undangan, diantaranya Dubes RI untuk Swiss dan Keharyapatihan Liechtenstein, Djoko Susilo, serta Ketua Fraksi PAN DPR RI Tjatur Sapto Edy, Prof Amien Rais membahas mengenai proses reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1999 serta kesamaan dengan situasi politik saat ini di Mesir.
Pembicara lainnya dalam pertemuan itu Dr. Lorenzo Vidino dari Center for Security Studies (CSS) menjelaskan tentang upaya-upaya untuk mengadakan perubahan politik dan peranan yang dimainkan oleh The Moslem Brotherhood, partai politik yang sekarang berpengaruh di Mesir.
Sementara itu Dubes Djoko Susilo, mendukung kegiatan seperti ini dan selalu berupaya untuk menghadirkan tokoh-tokoh reformasi dalam diskusi diskusi yang ditujukan kepada mahasiswa dan kalangan cendikiawan Swiss.
Menurut Prof Amien Rais adalah Bapak Reformasi Indonesia yang dikenal sebagai Pemimpin Besar Muhammadiyah. Pengalamannya dapat dijadikan pelajaran bagi negara-negara Islam lainnya yang tengah mengalami guncangan menuju reformasi, ujarnya.
Selain itu pengalamannya di dunia Internasional Prof Amin Rais memberikan gambaran yang jelas mengengai Islam yang moderat dan bertoleransi di Indonesia.
Pada malam harinya, bertempat di Wisma Duta, Guemligen, yang terletak dipinggiran kota Bern, Prof Amien Rais juga sempat mengadakan acara tatap muka dengan tokoh masyarakat Indonesia di Swiss, Persatuan Pelajar Indonesia di Swiss serta staff KBRI Bern.
Dalam kesempatan ini Amin Rais memberikan tausiah baik tausiah politik maupun kehidupan, diingatkan bahwa bangsa yang kuat harus dilandasi oleh keinginan untuk hidup bersama.
Dengan demikian bangsa Indonesia yang terdiri dari bermacam ras, suku, agama, bahasa selalu dapat mengatasi permasalahan serta adanya keingingan yang kuat untuk hidup bersama akan melahirkan dinamakan toleransi dalam segala sisi kehidupan.
Menjawab pertanyaan mahasiswa penerima beasiswa dibidang pharmasi yang merasa masih binggung apa yang bisa dilakukannya sekembalinya ke Indonesia karena minimnya infrstruktur yang ada di tanah air, Amien Rais mengajak mahasiswa untuk tidak berkecil hati.
Amin mengajak mahasiswa di luar negeri khususnya di Swiss melakukan terobosan baru dalam menciptakan lapangan kerja di Indonesia dengan modal ilmu dan pengalaman yang didapati diluar negeri.
Sementara itu itu Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Tjatur Sapto Edy mengajak masyarakat Indonesia di Swiss untuk bersikap bijak atas pemberitaan yang miring terhadap anggota-anggota DPR RI saat ini.
Diakuinya memang ada segelintir anggota Dewan yang bersikap jauh dari harapan Rakyat yang memilihnya, namun banyak hal-hal yang positif yang juga dihasilkan DPR RI yang tidak banyak mendapatkan apresiasi dari masyarakat, salah satunya adalah terbentuknya KPK.
Dalam acara tatap muka dengan Prof Amin Rais, banyak masyarakat Indonesia di Swiss merasa haru dan bersyukur mendapat kesempatan bertemu dengan tokoh Reformasi yang selama ini hanya dikenal lewat media, demikian Budiman Wiriakusumah. (rr)
Komentarku ( Mahrus ali ):
Toleransi keinginan bangsa itu mungkin benar, belum pasti salah .Namun saya katakana: Toleransi bukan keinginan Tuhan. Toleransi bisa di lakukan setelah Negara melakukan hukum Allah sebagai landasan berhukum sebagaimana ayat:
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? Maidah 50
Hukum Jahiliyah bikin kerusakan bukan perbaikan, bikin tambah penganiayaan bukan keadilan , bikin kacau belau bukan aman dan tentram. Ingat saja ayat ini:
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَوَاتُ وَاْلأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُعْرِضُونَ(71)
Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka peringatan mereka ( Quran ) tetapi mereka berpaling dari peringatan itu ( Al mukminun 71 )
Setelah hukum negara bukan hukum tradisional tapi hukum Allah yang berjalan didalamnya , maka toleransi itu bisa di jalankan dengan dalil sbb:
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.Al Mumtahinah 8
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan