Komentarku terhadap
perkataan Imam al albani ttg siksa kubur yg terputus – putus , tdk
kontinyu. Akan kita kaji kebenarannnya.
لفتوى الحادية عشر المستخرجة من
الشريط التاسع من سلسلة الهدى و النور .
[COLOR=Red]الاجابة
[/COLOR]
السائل : أستاذنا ، عذاب القبر هو عذاب حتى يوم القيامة
أم متقطع وما الدليل على ذلك ؟ الشيخ الألباني رحمه الله : ربنا قال في القرآن
الكريم في حق فرعون وجماعته (النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا )
(غُدُوًّا وَعَشِيًّا) .السائل : نعم .الشيخ الألباني رحمه الله : [COLOR=Red]هذا بالنسبة لاهل أكفر
الناس فرعون وجماعته،[/COLOR] اللي اتخذوه إلـهاً من دون الله، أما الآخرين لا شك يعني من الفساق من
المسلمين بيكون عذابهم دون ذلك، أما تفصيل بين كم وكم فهذا ليس له ذكر في السنة .السائل
: نعم.[/COLOR][/SIZE]
Intinya ; Imam al albani menyatakan siksa kubur tdk kontinyu
, tp terputus putus. Lalu mengambil dalil dari ayat:
النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا
وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا ءَالَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ(46)
Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan
pada hari terjadinya Kiamat., "Masukkanlah Fir''aun dan kaumnya ke dalam
azab yang sangat keras." (QS. Al-Mu’min: 46)
Pagi dan sore sj. Ini untuk Firaun dan jamaahnya / pendukungnya
yg menjadikannya sbg Tuhan selain Allah.Untuk yg lain dr kalangan kaum fasik yg
muslim mk siksaannya kurang dr itu.
Untuk detilya antara berapa dan berapa , mk ini tdk ada
keterangan dlm sunnah.
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Bila kita ikut syaikh al albani, mk kita akan mendapat
kesalahan yaitu ayat itu digunakan dalil
siksa kubur. Pd hal dulu telah di terangkan bahwa ayat itu diturunkan di Mekkah
. Ini jawaban sy yg lalu :
Mestinya tdk layak bila ayat itu diperuntukkan untuk
menjelaskan siksa kubur . Bila untuk
siksa kubur , mengapa sejak di Mekkah, sejak ia diturunkan , Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam tdk phm
siksa kubur. Bila ia untuk siksa kubur, tentu Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam yg dituruninya akan mengerti
adanya siksa kubur dg ayat itu sj.
Nyatanya beliau tdk phm tentang siksa kubur, sampai Aisyah
ingkar , dan beliau tanya pada Nabi
shallallahu alaihi wasallam lalu
dijawab: Yahudi yg datang dg bawa berita
siksa kubur itu dusta. Baru
setelahnya dituruni wahyu bahwa siksa kubur itu ada, demikian menurut
hadis – hadis riwayat Muslim dan Bukhari.
Untungnya hadis itu jg bermasalah .
Dan ayat itu tdk menjelaskan siksa kubur. Ia hanya menjelaskan neraka di tampakkan bukan siksaan , layaknya orang bermimpi bgt sj.
Untuk lebih jlsnya klik di blog sy disini:
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://mantankyainu.blogspot.com/2016/12/jawabanku-untuk-ust-qasim-ali-ke-3.html
Ayat itu husus untuk Firaun dan pendukungnya, bukan kaum
kafir yg lain , apalagi kaum muslimin yg
fasik – fasik sbgmn keterangan al albani.
Dan ini keterangan sy yg lalu .
جمال الشرباتي
خي أبو ليث–
ورد في تفسير قوله "النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا
غُدُوّاً وَعَشِيّاً وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ
أَشَدَّ الْعَذَابِ [غافر : 46]
أقوال عن كون أرواح آل فرعون في طيور سود تعرض على النّار
في الغداة والعشي–ولما لا دليل عليها لا نعتمدها –فنقول هناك عذاب مخصوص لآل فرعون
ماض وباق إلى يوم القيّامة ثم يدخلون حين تقوم السّاعة في أشدّ العذاب–فهي آية
خاصة بآل فرعون –ولا تنهض دليلا على عذاب القبر
http://www.alokab.com/forums/index.php?showtopic=24453
Ustadz Jamal As syurbati menyatakan:
Intinya : Ayat 45 Ghafir
itu husus untuk Firaun dan bala tentaranya , tdk bisa dibuat dalil
adanya siksa kubur.
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Sy cocok jg dg pendapat
itu.
Api di tampakkan ke mayat itu husus untuk Firaun dan
pendukungnya. Allah tdk menerangkan mayat –mayat kafir, musrikin , munafikin
lainnya mengalami spt itu.
Al quran sdh di
turunkan dg lengkap, dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sdh meninggal dunia dan tdk bisa di tanyai lg. Makanya kita ikuti
sj ayat 45 Ghafir itu yaitu hanya Firaun dan pendukungnya yg mengalami spt itu
bukan mayat lain.
Bila kaum kafir , musrikin yg lain diikutkan
atau di sangkut pautkan , boleh tp dg jln qiyas. Dan kiyas apalag dlm
masalah gaib tdk boleh.
Saya ingat firmanNya:
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ
السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui
dalilnya . Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya. Isra` 36.
وَقَالَ قُدِّسَ سِرُّهُ أَيْضاً ((وَقَدْ كَانَ
السَّلَفُ الصَّالِحُ مِنَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ يَقْدِرُوْنَ عَلَى
اْلقِيَاسِ وَلَكِنَّهُمْ تَرَكُوا ذَلِكَ أدباً مَعَ رَسُوْلِ اللهِ
Al arif billah Assya` rani
semoga Allah mensucikan sirrinya
berkata: Sungguh salafus sholeh
dari kalangan sahabat dan tabi`in enggan
berkiyas sekalipun mereka mampu untuk melakukannya karena beradab terhadap Rasulullah SAW
Imam Bukhori membikin bab:
بَاب مَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُسْأَلُ مِمَّا لَمْ يُنْزَلْ عَلَيْهِ الْوَحْيُ فَيَقُولُ لَا
أَدْرِي أَوْ لَمْ يُجِبْ حَتَّى يُنْزَلَ عَلَيْهِ الْوَحْيُ وَلَمْ يَقُلْ بِرَأْيٍ
وَلَا بِقِيَاسٍ لِقَوْلِهِ تَعَالَى ( بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ )
Nabi SAW ditanya tentang sesuatu yang tiada dalilnya dalam
al Quran lalu beliau berkata :” Tidak
tahu “ atau tidak menjawab hingga wahyu
diturunkan. Beliau tidak berpendapat atau menggunakan qiyas
قلت لو كان القياس نص كتاب أو سنة قيل في كل ما كان نص
كتاب هذا حكم الله وفي كل ما كان نص السنة هذا حكم رسول الله ولم نقل له قياس
Aku (Imam Syafi'i berkata), jikalau Qiyas itu berupa nas Al-Qur'an
dan As-Sunnah, dikatakan setiap perkara ada nas-nya didalam Al-Qur'an maka itu
hukum Allah (Al-Qur'an), jika ada nas-nya didalam as-Sunnah maka itu hukum
Rasul (sunnah Rasul), dan kami tidak menamakan itu sebagai Qiyas (jika sudah
ada hukumnya didalam Al-Qur'an dan Sunnah). Maksud perkataan Imam Syafi'i
adalah dinamakan qiyas jika memang tidak ditemukan dalilnya dalam Al-Qur'an dan
As-Sunnah.
ولم يكن يقدم على الحديث الصحيح عملا ولا رأيا ولا قياسا
ولا قول صاحب ولا عدم علمه بالمخالف الذي يسميه كثير من الناس إجماعا ويقدمونه على
الحديث الصحيح([2]).
Imam Ahmad mendahulukan hadis sahih, dari pada amaliyah ( seseorang
) pendapat, qiyas, perkataan teman ( atau sahabat ) atau tidak mengerti ada orang yg berbeda yang di sebut oleh banyak orang sebagai ijma`
dan mereka mendahulukannya dari pada hadis sahih. Lihat kitab I`lamul
mauqiain 1/29-30 .
Komentarku ( Mahrus ali ):
Perinsip imam Ahmad mendahulukan dalil. Bila ada dalil sahih,
maka beliau pegangi, bukan pendapat , qiyas dll.
Bgmn kaum muslimin tersiksa dikuburnya pd hal blm di hisap, blm
ditimbang amalannya, apakah kebaikan atau keburukan yg lebih banyak?
Liht sj Firaun dan orang yg dimumi atau di awetkan tubuhnya ,
kan tdk
disiksa.
Bila disiksa apanya ,
tubuhnya apa rohnya.
Bila tubuhnya jls keliru. Fitaun sj ttp utuh jasadnya.
Bila rohnya, mk mn ayatnya ? dan mn dalilnya.
Bgmn kalau di surga nanti , hanya rohnya sj yg mendapat nikmat
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan