Fase ke enam tentang larangan jamak
Ust. Roy Anwar dari Tangeran menulis :
Madzhab Hanafi berpendapat sebagai "jam'un shuriy".
Namun Jumhur Ulama keberadaan jama' adalah masyru'
Komentarku ( Mahrus ali ):
Jumhur ulama yang memperkenankan jamak taqdim atau ta`khir
perlu dalil yang sahih, bukan yang lemah. Jumhur ulama dalam hal ini menentang
Rasul SAW dan para sahabatnya yang tidak pernah menjamak taqdim atau ta`khir. Dan
ia jelas menentang ayat 103 Nisa` tadi. Juga bertentangan dengan hadis :
صحيح البخاري - (ج 6 / ص 141)
حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ حَدَّثَنَا
أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ قَالَ حَدَّثَنِي عُمَارَةُ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ صَلَّى صَلَاةً بِغَيْرِ مِيقَاتِهَا إِلَّا صَلَاتَيْنِ جَمَعَ بَيْنَ
الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَصَلَّى الْفَجْرَ قَبْلَ مِيقَاتِهَا
……….., dari Abdullah ra berkata: Aku tidak melihat Nabi SAW
menjalankan salat di luar waktunya kecuali dua salat yang di jamak antara
Maghrib dan Isya` . Dan beliau menjalankan salat fajar sebelum waktunya. HR
Bukhari 141/6
Jadi menurut hadis itu, Rasul SAW tidak pernah memberikan
tuntunan jamak , apalagi taqdim dan ta`khir kecuali di Muzdalifah. Dan beliau
hanya memberikan tuntunan salat biasa –yaitu yang dilakukan tepat waktu tanpa
jamak ta`khir atau taqdim. Itulah qudwah yang harus di ambil bukan pendapat
jumhur yang nentang qudwah. Dan bila ada perselisihan pendapat, kita tidak
diperintahkan kembali kepada pendapat jumhur ulama, tapi kita diperintahkan
kembali kepada Allah dan RasulNya untuk menghurmati ayat :
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ
وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ ا ْلآخِرِ ذَلِكَ
خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya. Nisa` 59
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan