Jawabanku
untuk Mahesa .
Saya
jawab yang penting saja. Bila ingin detil tulisan Mahesa , lihat disini:
Mahesa Gilang Cempaka
menulis:
Kang Mahrus Mknu
1. Ayat Yauma la yanfa'udz dzalimiina (surat Al Mukmin 52) itu ditujukan kepada orang2 dzalim yang telah membunuh nabi nabi, mengapa anda pakai untuk orang yang membaca istighotsah
Kang Mahrus Mknu
1. Ayat Yauma la yanfa'udz dzalimiina (surat Al Mukmin 52) itu ditujukan kepada orang2 dzalim yang telah membunuh nabi nabi, mengapa anda pakai untuk orang yang membaca istighotsah
Komentarku ( Mahrus ali ):
Bgmn anda bisa menyatakan bahwa ayat 52 Ghafir
hanya untuk pembunuh nabi – nabi.
Itu sangat
sempit pemahamanmu, berpikirlah yang
luas dan sesuai dengan pengertian
kalimatnya. Dhalimin disitu untuk
pembunuh nabi dan lainnya
termasuk musyrikin. Lihat di tafsir Ibnu Katsir sbb:
تفسير ابن كثير ت سلامة (7/ 151)
وَيَوْمَ يَقُومُ الأشْهَادُ يَوْمَ لَا يَنْفَعُ الظَّالِمِين} ، وَهُمُ
الْمُشْرِكُونَ {مَعْذِرَتُهُم}
Komentarku ( Mahrus ali ):
Ibn Katsir menyatakan
bahwa dhalimin dsitu orang – orang syirik.
Di ayat lain juga di jelaskan:
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar"[1]
Jadi
orang yang beristighosah termasuk
menjalankan kesyirikan dan termasuk melakukan kezhaiman yang agung. Jadi bukan orang yang bertauhid
menurut al quran , sekalipun menurut ahli bid`ah, mereka adalah bertauhid.
Ingat ayat ini:
ذَلِكُمْ
بِأَنَّهُ إِذَا دُعِيَ اللَّهُ وَحْدَهُ كَفَرْتُمْ وَإِنْ يُشْرَكْ بِهِ
تُؤْمِنُوا فَالْحُكْمُ لِلَّهِ الْعَلِيِّ الْكَبِيرِ
Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah
saja yang dimintai . Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan, maka
putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. ( 12
Ghofir ) .
Lalu anda bilang :
mengapa
anda pakai untuk orang yang membaca istighotsah”
Saya jawab
:
Dlm
istighosah terdapat kesyirikan sebagaimana keterangan saya yang lalu. Baca lagi disana.
Sholawat
tersebut di katakan syirik karena minta – minta kepada Rasulullah SAW waktu
kesulitan sebagaimana di kisahkan dalam ayat :
ذَلِكُمُ اللَّهُ
رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ
مِنْ قِطْمِيرٍ
Yang
(berbuat) demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan orang-orang
yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun selobang
biji kurma. [1]
إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا
يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ
الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ
Jika kamu
menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar,
mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan
mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan
kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui [2]
Keterangan
lebih detil lihat disini:
Bila
dlm istighosah terdapat wiridan syirik itu , mengapa tidak boleh di
katakan bahwa ia syirik. Apakah kita katakan minta – minta pada Rasul itu di anjurkan?
Bukan syirik ?
Orang yang
membaca kalimat syirik hrs di katakan musrik, tidak boleh dikatakan orang yang bertauhid lagi.
Mahesa Gilang Cempaka
menulis:
Anda memperingatkan bahwa saudara Baim As-syieff agar jangan ngawur, apakah anda tidak merasa ngawur ketika mengambil potongan ayat tersebut untuk dituduhkan kepada sesama muslim yang bersyahadat hanya karena dia melakukan istighotsah ?
Anda memperingatkan bahwa saudara Baim As-syieff agar jangan ngawur, apakah anda tidak merasa ngawur ketika mengambil potongan ayat tersebut untuk dituduhkan kepada sesama muslim yang bersyahadat hanya karena dia melakukan istighotsah ?
Komentarku
( Mahrus ali ):
Mana yang
ngawur ? Saya katakan orang yang melakukan istighosah syirik , karena di dalamnya
ada bacaan syirik itu . Apakah minta – minta pada mayat itu tidak syirik ? Mana
dalilnya ?
Saya tidak
mengambil dengan motong ayat, tapi satu
ayat lengkap. Jangan dusta. Boleh dilihat di surat Ghofir 52.
Ayat
itu digunakan untuk semuanya, baik muslim yang ber
istighosah atau melakukan ritual ahli bid`ah yang syirik atau kafir , sekalipun muslimnya bersahadat. Hal itu
spt muslim bersahadat tp menyembah berhala, tetap dikatakan musrik.
.Anda menyatakan:
Apakah anda melupakan surat Az Zumar 53 yang kita imani bersama ini ?
Apakah anda melupakan surat Az Zumar 53 yang kita imani bersama ini ?
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Komentarku
( Mahrus ali ):
Saya hrs
ingat ayat itu. Tp dengan ayat itu , saya anjurkan kepada pengikut
istighosah untuk bertobat dari
kesyirikan yang saya sebutkan itu.
Mahesa Gilang Cempaka
.
Lagipula, sangat berbeda orang yang tidak paham terhadap bacaan suatu teks istighotsah DENGAN orang yang berpura pura tidak paham bahwa mencuri itu salah didepan polisi. Itu sih namanya dalih belaka kalau tidak tahu mencuri itu pidana.
Lagipula, sangat berbeda orang yang tidak paham terhadap bacaan suatu teks istighotsah DENGAN orang yang berpura pura tidak paham bahwa mencuri itu salah didepan polisi. Itu sih namanya dalih belaka kalau tidak tahu mencuri itu pidana.
Komentarku
( Mahrus ali ):
Paham
atau tidak paham terhadap arti sholawat
syirik dlm istighosah itu, maka di
akhirat pelakunya tidak bisa ber alasan
karena mulut mereka sudah di kunci lihat
ayat sbb:
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى
أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ
Pada
hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan
memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.[2]
Bila mulut sudah di kunci bagaimana bisa ber alasan. Kalau ber alasan, maka
alasannya di tolak sebagaimana ayat:
يَوْمَ لَا
يَنْفَعُ الظَّالِمِينَ مَعْذِرَتُهُمْ وَلَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ
الدَّارِ
(yaitu) hari yang tiada berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya
dan bagi merekalah la`nat dan bagi merekalah tempat tinggal yang buruk.[3]
فَيَوْمَئِذٍ لَا
يَنْفَعُ الَّذِينَ ظَلَمُوا مَعْذِرَتُهُمْ وَلَا هُمْ يُسْتَعْتَبُونَ
Maka pada hari itu tidak bermanfaat (lagi) bagi orang-orang yang zalim
permintaan uzur mereka, dan tidak pula mereka diberi kesempatan bertaubat lagi.[4]
Mengapa didunia
mereka tidak belajar atau bertanya kepada orang yang paham tentang
tauhid , sunnah dan dalil
yang sahih.
Anda menyatakan :
Bandingkan kalimat ini,
1. "Saya tidak paham bahasa Arab, pak. Bahwa menurut Kang Mahrus Mknu bacaan itu Syirik. Menurut yang lain tidak kok. Yang paling benar siapa ya, pak ?
2. "Saya tidak tau, pak, kalau mencuri itu perbuatan salah". Mana ada di dunia ini orang tidak paham bahwa mencuri itu salah sedangkan itu sudah menjadi aksiomatika (kebenaran umum yang sudah diketahui oleh hati).
1. "Saya tidak paham bahasa Arab, pak. Bahwa menurut Kang Mahrus Mknu bacaan itu Syirik. Menurut yang lain tidak kok. Yang paling benar siapa ya, pak ?
2. "Saya tidak tau, pak, kalau mencuri itu perbuatan salah". Mana ada di dunia ini orang tidak paham bahwa mencuri itu salah sedangkan itu sudah menjadi aksiomatika (kebenaran umum yang sudah diketahui oleh hati).
Komentarku
( Mahrus ali ):
Ya, memang
beda, tp sama dlm hal alasan di tolak.
Anda
menyatakan :
"Saya tidak paham bahasa Arab, pak. Bahwa menurut Kang Mahrus Mknu bacaan itu Syirik. Menurut yang lain tidak kok. Yang paling benar siapa ya, pak ?
Komentarku ( Mahrus ali ):
Trus bgmn ? orang yang baca syirik
yang tidak tahu itu akan berlasan di akhirat ? lalu di masukkan ke surga ? Jls di
tolak. Bila di terima mana ayatnya ?
Sebetulnya persoalannya mudah sekali, jangan ikuti ritual kebid`ahan
spt istighosah maka akan selamat dari kesyirikan dan mengikuti hadis yang populer :
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا
لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
Barang siapa mengada-ngadakan sesuatu dalam urusan agama
yang tidak terdapat dalam agama maka dengan sendirinya tertolak [5] ( Bila
ingin amal perbuatan di terima lakukan amalan yang berdalil .
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan