Muhammad Idrus Ramli dan Muhammad Syafiq Alydrus menyatakan:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ خَرَجَ مِنْ
بَيْتِهِ إِلَى الصَّلَاةِ فَقَالَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِحَقِّ
السَّائِلِينَ عَلَيْكَ وَأَسْأَلُكَ بِحَقِّ مَمْشَايَ هَذَا فَإِنِّي
لَمْ أَخْرُجْ أَشَرًا وَلَا بَطَرًا وَلَا رِيَاءً وَلَا سُمْعَةً
وَخَرَجْتُ اتِّقَاءَ سُخْطِكَ وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِكَ فَأَسْأَلُكَ أَنْ
تُعِيذَنِي مِنْ النَّارِ وَأَنْ تَغْفِرَ لِي ذُنُوبِي إِنَّهُ لَا
يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ أَقْبَلَ اللَّهُ عَلَيْهِ بِوَجْهِهِ
وَاسْتَغْفَرَ لَهُ سَبْعُونَ أَلْفِ مَلَكٍ
“Dari
Abu Sa’id al Khudri –radhiallahu anhu- berkata, ‘Rasulullah # bersabda,
‘Barangsiapa yang keluar dari rumahnya untuk melakujkan salat di mesjid
kemudian ia berdoa, ‘Ya Allah, sesungguhnya akju memohon kjepada-Mu
dengan derajat orang-orang yang berdoa kepada-Mu (baik yang masih hidup
atau yang sudah meninggal), dan dengan derajat langkah-langkahku ketika
berjalan ini. Sesungguhnya aku keluar rumah bukan untuk menunjukkan
sikap angkuh dan sombong, juga bukan karena riya’ dan sum’ah. Aku keluar
rumah untuk menjauhi murka-Mu dan memohon ridha-Mu, maka aku memohon
kepada-Mu, selamatkanlah aku dari api neraka dan ampunilah dosa-dosaku.
Sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa kecujali Engkau.’ Maka,
Allah akan meridhainya dan tujuh puluh Malaikat memohonkan ampun
baginya.”
Kiai NU atau Wahabi yang Sesat Tanpa Sadar? Hlm. 42
Kekeliruan dalam Menerjemahkan
أَقْبَلَ اللَّهُ عَلَيْهِ بِوَجْهِهِ وَاسْتَغْفَرَ لَهُ سَبْعُونَ أَلْفِ مَلَكٍ
“… maka Allah akan meridhainya dan tujuh puluh Malaikat memohonkan ampun baginya.”
Bantahanku:
Arti yang sebenarnya ialah, Allah menghadap dengan wajah-Nya, dan tujuh puluh ribu malaikat memintakan ampun kepada-Nya.
Mengapa
Muhammad Idrus Ramli dan Muhammad Syafiq Alydrus tidak langsung
mengartikan sebagaimana redaksi hadits tersebut? Maka jawabannya ialah
karena mereka adalah ahli bid’ah yang gemar mentakwil dalil yang tidak
selaras dengan ideologi leluhur mereka, telah tampak kekeliruannya yang
menyatakan bahwa Allah tidak memiliki wajah. Jadi, kalimat tersebut
ditakwil sesuai dengan kehendak mereka sendiri, sekalipun artinya
berbeda dengan redaksi hadits yang asli. Demikianlah keadaan ahli
bid’ah, baik yang ada disini atau di tempat lain. Mereka berani mengubah
makna ayat yang terlihat tidak sejalan dengan pemahamannya, dan ini
termasuk penyimpangan yang dilarang. Silakan lihat ayat berikut:
فَبِمَا
نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً
يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا
بِهِ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَى خَائِنَةٍ مِنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًا
مِنْهُمْ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“(Tetapi)
karena mereka melanggar janjinya, maka Kami kutuk mereka, dan Kami
jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan Allah
dari tempat-tempatnya dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa
yang mereka telah diingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa
akan melihat pengkhianatan mereka, kecuali hanya sedikit di antara
mereka yang tidak berkhianat, maka mafkanlah mereka dan biarkanlah
mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
Padahal ayat-ayat yang menjelaskan tentang wajah Allah banyak disebutkan dalam al Quran, sebagaimana ayat-ayat berikut:
وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
“Dan, tetap kekal wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar Rahman: 27).
Bila
di takwil sebagaimana cara Idrus Ramli yaitu : “ Maka kekallah keridaan
Tuhanmu” maka akan menyalahi arti ayat yang sebenarnya , menyimpang.
Akhirnya bisa di simpulkan Allah tidak punya wajah.
ِ اذْهَبُوا بِقَمِيصِي هَذَا فَأَلْقُوهُ عَلَى وَجْهِ أَبِي يَأْتِ بَصِيرًا وَأْتُونِي بِأَهْلِكُمْ أَجْمَعِينَ
“Pergilah
kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakkanlah dia ke wajah
ayahku, nanti ia akan melihat kembali, dan bawalah keluargamu semuanya
kepadaku.” (QS. Yusuf: 93).
وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Dan, kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka kemanapun kamu
menghadap, di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas
(rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 115).
Komentarku ( Mahrus ali ):
Bagaimanakah
kalau kalimat fatsamma wajhullah di takwil “maka di sana keridaaan
Allah” sehingga Allah tidak punya wajah sebagaimana cara Idrus Ramli
Sungguhpun
demikian ada kalimat wajahallah di artikan dengan keridaanNya karena
kontek ayatnya begitu . bila di artikan aslinya kurang bisa di pahami
seperti ayat sbb:
وَلَا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ
Dan
bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya
di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; al an`am 52.
Saya lebih suka arti sbb:
Dan
bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya
di pagi dan senja hari dengan mengharap wajahNya ( keridaanNya ).
Jadi
kalimat wajhahu tetap di artikan sebagaimana biasa, lalu maksudnya
di jelaskan juga. Ini lebih selamat agar kita masih tetap konsis
terhadap pengertian asli kalimat wajhahu dan kita tunjukkan maksudnya
untuk mudah di paham dan tidak membingungkan kalangan awam.
Untuk kalimat ini:
أَقْبَلَ اللَّهُ عَلَيْهِ بِوَجْهِهِ
maka Allah akan meridhainya ( menurut Idrus Ramli ) .
Komentarku ( Mahrus ali ): dengan terjemahan itu seolah Allah tidak punya wajah.
Saya lebih suka dengan arti :
Maka Allah menghadap pada orang tsb dengan wajahNya. ……….
Allah tidak memalingkan wajahNya dari orang tsb.
Untuk hadis tsb
جامع الأحاديث - (ج 20 / ص 290)
أخرجه ابن ماجه (1/256 ، رقم 778) . قال البوصيرى (1/98) : هذا إسناد مسلسل بالضعفاء .
HR
Ibn Majah 1/256 no 778 . Bushairi 1/98 berkata: Sanad ini bersambung
( musalsal ) perawi – perawinya lemah. Insya Allah akan saya jelaskan
dengan lengkap pada artikel berikutnya dengan detil .
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan