Dasar dan landasan shalat zuhur dan Asar sebagai shalat jahriyah ( yang bacaan qurannya di suarakan ) , bukan shalat sirriyah ( yang bacaan qurannya seperti berbisik – bisik ) adalah hadis – hadis sbb:
قَالَ
ابْنُ الصَّبَّاحِ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا أَبُو بِشْرٍ عَنْ سَعِيدِ
بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ فِي
قَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ
{ وَلَا تَجْهَرْ
بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا } قَالَ نَزَلَتْ
وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَوَارٍ بِمَكَّةَ فَكَانَ
إِذَا صَلَّى بِأَصْحَابِهِ رَفَعَ صَوْتَهُ بِالْقُرْآنِ فَإِذَا سَمِعَ ذَلِكَ
الْمُشْرِكُونَ سَبُّوا الْقُرْآنَ وَمَنْ أَنْزَلَهُ وَمَنْ جَاءَ بِهِ فَقَالَ
اللَّهُ تَعَالَى لِنَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ } فَيَسْمَعَ
الْمُشْرِكُونَ قِرَاءَتَكَ
{ وَلَا تُخَافِتْ
بِهَا } عَنْ أَصْحَابِكَ أَسْمِعْهُمْ
الْقُرْآنَ وَلَا تَجْهَرْ ذَلِكَ الْجَهْرَ
{ وَابْتَغِ
بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا }يَقُولُ بَيْنَ الْجَهْرِ وَالْمُخَافَتَةِ
(MUSLIM
- 677) : Berkata Ibnu ash-Shabbah, telah menceritakan kepada kami Husyaim telah
mengabarkan kepada kami Abu Bisyr dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas tentang
firmanNya, "Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu, dan
janganlah pula merendahkannya." Dia berkata, "Ayat ini turun ketika
Rasululah shallallahu 'alaihi wasallam berdakwah secara sembunyi-sembunyi di
Makkah. Beliau apabila shalat mengimami para sahabatnya maka beliau mengangkat
suaranya dengan bacaan al-Qur'an. Sedangkan kaum musyrikin apabila mendengar
hal tersebut maka mereka mencela al-Qur'an, dan yang menurunkannya (Allah dan
Jibril), dan yang membawanya (Muhammad). Maka Allah berfirman kepada nabiNya
Shallallahu'alaihiwasallam, 'Janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu
sehingga orang-orang musyrik mendengar bacaanmu dan janganlah kamu
merendahkannya dari para sahabatmu. Perdengarkanlah al-Qur'an kepada mereka,
dan janganlah kamu mengeraskannya sekeras-kerasnya, dan usahakanlah jalan
pertengahan antara hal tersebut.' Dia berkata, 'Antara keras dan pelan'."
سنن
البيهقى - دار الباز (2/ 195)
رواه
البخاري في الصحيح عن حجاج بن منهال ورواه مسلم عن محمد بن الصباح
Intinya hadis tsb muttafaq alaih.
Tidak diperkenankan dalam shalat membaca al quran dengan berbisik , tapi harus
di suarakan hingga di dengar oleh makmum. Bila dibaca dengan berbisik , maka melanggar ayat sbb.
وَلَاتَجْهَرْ
بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا
dan janganlah kamu mengeraskan
suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya (seperti orang
berbisik ) dan carilah jalan tengah di
antara kedua itu"[1]
Jadi bacaan Al quran di pelankan
dalam salat jelas di larang oleh Allah dalam ayat tsb, bukan diperintahkan. Saya tidak mengetahui apakah sah salat semacam
itu ? karena tidak sesuai dengan aturan
Allah , cocok dengan kehendak nafsu orang banyak. Bacaan al
quran dalam salat lohor dan Asar di
keraskan karena ada hadis sbb :
Abu Qatadah ra berkata :
كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى الله عليه وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ
الْأُولَيَيْنِ مِنْ صَلَاةِ الظُّهْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ يُطَوِّلُ
فِي الْأُولَى وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ وَيُسْمِعُ الْآيَةَ أَحْيَانًا
وَكَانَ يَقْرَأُ فِي الْعَصْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ وَكَانَ
يُطَوِّلُ فِي الْأُولَى وَكَانَ يُطَوِّلُ فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى مِنْ
صَلَاةِ الصُّبْحِ وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ
Nabi
saw, membaca dalam
dua rakaat pertama salat lohor dengan
surat Fatihah dan dua surat . Beliau
memanjangkan rakaat pertama dan yang kedua lebih pendek, terkadang kita mendengar ayatnya. Beliau juga
membaca dalam salat Asar dengan fatihah
dan dua surat.
Rakaat pertama beliau panjang dan beliau
juga memanjangkan rakaat pertama salat Subuh dan rakaat keduanya agak pendek [2]
Menurut
riwayat Bukhori yang lain tanpa
terkadang Nabi saw membaca dengan keras ,terkadang tidak ……………….. tapi
di pastikan bacaan Nabi saw dengan keras agar makmum terdengar . Dan
bagaimanakah bisa di ketahui
oleh kita ( para sahabat )bahwa Rasulullah saw membaca dua surat dan fatehah bila
beliau membacanya dengan samar .
وَيُسْمِعُنَا الْآيَةَ وَيُطَوِّلُ فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى
مَا لَا يُطَوِّلُ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ وَهَكَذَا فِي الْعَصْرِ وَهَكَذَا
فِي الصُّبْحِ *
Rasulullah
saw membaca ayat ( bukan berbisik ) , dan
rakaat pertama di panjangkan tidak sebagaimana dirakaat kedua . Demikian pula apa yang
beliau lakukan waktu Subuh. [3]
Dan
masih banyak hadis muttafaq alaih yang menyatakan bahwa Nabi saw membaca surat dalam salat lohor
dan Asar dengan suara keras ( maksudnya
sedang , bukan berbisik seperti orang sekarang ).
وَرُوِي عَنْ عُمَرَ
أَنَّهُ كَتَبَ إِلَى أَبِي مُوسَى أَنِ اقْرَأْ فِي الظُّهْرِ بِأَوْسَاطِ
الْمُفَصَّلِ وَرَأَى بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ أَنَّ الْقِرَاءَةَ فِي صَلَاةِ
الْعَصْرِ كَنَحْوِ الْقِرَاءَةِ فِي صَلَاةِ الْمَغْرِبِ يَقْرَأُ بِقِصَارِ
الْمُفَصَّلِ
Di riwayatkan dari Umar ra
bahwa beliau kirim surat kepada Abu Musa agar
membaca surat
Al Mufasshol yang pertengahan dalam shalat lohor . Sebagian ahlil ilmi berpendapat bahwa bacaan
dalam salat Asar sebagaimana bacaan dalam salat Maghrib ya`ni membaca al mufasshol yang pendek – pendek [4]
Imam
Bukhori membikin bab :
بَاب الْقِرَاءَةِ فِي الظُّهْرِ *
Bab
: Bacaan waktu lohor
بَاب الْقِرَاءَةِ فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ *
Bab
Bacaan waktu lohor dan Asar
Jabir bin Samurah ra berkata :
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الظُّهْرِ بِاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى وَفِي
الْعَصْرِ نَحْوَ ذَلِكَ وَفِي الصُّبْحِ أَطْوَلَ مِنْ ذَلِكَ
Waktu salat Dhohor , Nabi saw, membaca
: Wallaili idza Yaghsya
, salat Asar membaca surat yang mirip
dengannya . Waktu salat Subuh , beliau
membaca surat
yang lebih panjang lagi [5]
Bagaimanakah orang
mengetahui bahwa Rasulullah saw membaca surat
tsb bila di pelankan atau dibaca sebagaimana
orang berbisik. Jabir bin Samurah
ra berkata :
أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْرَأُ فِي الظُّهْرِ
وَالْعَصْرِ بِالسَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوجِ وَالسَّمَاءِ وَالطَّارِقِ
وَشِبْهِهِمَا
Sesungguhnya Rasulullah
saw, dim salat Dhohor membaca ِالسَّمَاءِ
ذَاتِ الْبُرُوجِ وَالسَّمَاءِ وَالطَّارِقِdan sesamanya.[6]
Hadis hasan sahih,kata lmam Tirmizi.
عَنْ أَبِي
مَعْمَرٍ قَالَ قُلْنَا لِخَبَّابٍ أَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الظُّهْرِ
وَالْعَصْرِ قَالَ نَعَمْ قُلْنَا بِمَ كُنْتُمْ تَعْرِفُونَ ذَاكَ قَالَ
بِاضْطِرَابِ لِحْيَتِهِ *
Dari Abu Ma`mar berkata : kami bertanya kepada Khobbab ,apakah Rasulullah saw membaca surat dalam salat lohor
dan Asar ?
Beliau menjawab :” Ya “.
Kami bertanya :” Dengan apa kamu mengetahui hal itu ? “.
Beliau menjawab : Dengan
geraknya jenggot “. [7]
Ahmad bin Amar bin Abd
Kholiq Al Bazzar ,lahir 215 , wafat 292
berkata :
وهذا الحديث لا نعلم له طريقاً عن خباب
إلا هذا الطريق ولا نعلم روى أبو معمر عن خباب إلا هذا الحديث
Kami tidak mengethui jalur
hadis tsb dari Khobbab kecuali jalur itu
. dan kami tidak mengetahui Abu Ma`mar meriwayatkan hadis dari Khobbab kecuali hadis itu [8]
Aku ( penulis ) berkata :
Hadis tersebut nyeleneh dan bertentangan
dengan hadis muttafaq alaih yang menyatakan Rasulullah saw membaca surat waktu lohor sebagaimana di jelaskan
tadi.
Bahkan termasuk hadis munkar
:
Abdul hay al luknowi berkata:
فكثيراً
ما يطلقون النكارة على مجرَّد التَّفرُّد،
Sering kali mereka menyatakan hadis munkar disebabkan tafarrud saja . (
satu perawi yang meriwayatkan bukan dua atau tiga ).
-
كراهية المتقدمين لرواية الغريب:
كان المتقدمون من علماء الحديث يكرهون
رواية الغرائب وما تفرد به الرواة، ويعدونه من شَرِّ الحديث، كما قال الإمام مالك
رحمه الله: "شَرُّ العلم الغريبُ، وخيرُ العلم الظاهرُ الذي قد رواه
الناس" 1،
Hukum
hanya seorang perawi yang meriwayatkan
hadis.( tafarrud )
1. Ulama hadis dahulu tidak suka atau benci terhadap
riwayat gharib ( nyeleneh )
Ulama
hadis dahulu benci terhadap terhadap riwayat – riwayat yang gharib (
nyeleneh ) dan hadis yang
di riwayatkan oleh seorang perawi , lalu di anggap sebagai
hadis yang terjelek sebagaimana
di katakan oleh Imam Malik rahimahullah:
Ilmu terjelek adalah
yang gharib dan ilmu yang
terbaik adalah yang tampak yang
di riwayatkan oleh manusia. ( banyak ).
Imam Thohawi berkata :
Membaca disitu masih mungkin membaca tasbih , doa atau dzikir hingga
jenggot Rasulullah saw bergerak .
قال عمر بن الخطاب أشبه صلاة الليل صلاة
الهجير
Salat malam mirip dengan
salat lohor , kata Umar bin Al Khotthob [9]
Membaca al Quran dalam salat
malam harus tartil sebagaimana ayat :
يَاأَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ(1)قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا(2)نِصْفَهُ
أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا(3)أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْءَانَ
تَرْتِيلًا
Hai
orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah ( qiyamullail ) di malam hari, kecuali sedikit
(daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit,
atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan.[10]
Bacaan
tartil harus bersuara sedang ,tidak boleh seperti orang berbisik .
قال
الحافظ ابن حجر رحمه الله :
" أول
المفصل من ق إلى آخر القرآن على الصحيح ، وسمي مفصلا لكثرة الفصل بين سوره بالبسملة
على الصحيح " انتهى ، باختصار يسير من "فتح الباري" (2/259) ،
وينظر أيضا : "فتح الباري"
(9/43) .
Al Hafudh Ibnu Hajar berkata: Permulaan surat
al mufasshal mulai dari Qaf
sampai ahir quran menurut pendapat yang
sahih. Di beri nama Mufasshal
karena banyak dipisah dengan
bismillah menurut pendapat yang
sahih. Fathul bari 43/9.
حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَخْبَرَنَا حَمَّادُ
بْنُ سَلَمَةَ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْرَأُ فِي الظُّهْرِ
وَالْعَصْرِ بِالسَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوجِ وَالسَّمَاءِ وَالطَّارِقِ
وَشِبْهِهِمَا
قَالَ
وَفِي الْبَاب عَنْ خَبَّابٍ وَأَبِي سَعِيدٍ وَأَبِي قَتَادَةَ وَزَيْدِ بْنِ
ثَابِتٍ وَالْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ جَابِرِ بْنِ
سَمُرَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ رُوِيَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَرَأَ فِي الظُّهْرِ قَدْرَ تَنْزِيلِ السَّجْدَةِ
وَرُوِيَ عَنْهُ أَنَّهُ كَانَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى مِنْ الظُّهْرِ
قَدْرَ ثَلَاثِينَ آيَةً وَفِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ خَمْسَ عَشْرَةَ آيَةً
وَرُوِي عَنْ عُمَرَ أَنَّهُ كَتَبَ إِلَى أَبِي مُوسَى أَنْ اقْرَأْ فِي
الظُّهْرِ بِأَوْسَاطِ الْمُفَصَّلِ وَرَأَى بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ أَنَّ
الْقِرَاءَةَ فِي صَلَاةِ الْعَصْرِ كَنَحْوِ الْقِرَاءَةِ فِي صَلَاةِ
الْمَغْرِبِ يَقْرَأُ بِقِصَارِ الْمُفَصَّلِ وَرُوِي عَنْ إِبْرَاهِيمَ
النَّخَعِيِّ أَنَّهُ قَالَ تَعْدِلُ صَلَاةُ الْعَصْرِ بِصَلَاةِ الْمَغْرِبِ فِي
الْقِرَاءَةِ و قَالَ إِبْرَاهِيمُ تُضَاعَفُ صَلَاةُ الظُّهْرِ عَلَى صَلَاةِ
الْعَصْرِ فِي الْقِرَاءَةِ أَرْبَعَ مِرَارٍ
(TIRMIDZI - 282) : telah
menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani' berkata; telah menceritakan kepada
kami Yazid bin Harun berkata; telah mengabarkan kepada kami Hammad bin Salamah
dari Simak bin Harb dari Jabir bin Samrah berkata; "Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam dalam shalat zhuhur dan asar membaca WAS SAMA`I DZATUL BURUJ
dan WAS SAMA`I WATH THARIQ dan yang serupa dengan keduanya." Ia berkata; "Dalam
bab ini juga ada riwayat dari Khabbab, Abu Sa'id, Abu Qatadah, Zaid bin Tsabit
dan Al Bara` bin 'Azib." Abu Isa berkata; "Hadits Jabir bin Samrah
ini derajatnya hasan shahih. Telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau pada shalat zhuhur membaca surat yang sebanding dengan surat Tanzil (As Sajadah). Dan diriwayatkan pula darinya bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di rakaat pertama pada shalat zhuhur membaca sekadar tiga puluh ayat. Sedangkan pada rakaat kedua sekadar lima belas ayat. Dan diriwayatkan dari Umar, bahwa ia pernah surat kepada Abu Musa agar membaca ia membaca surat-surat yang sedang pada shalat zhuhur. Sedangkan sebagian ahli ilmu berpendapat, bahwa bacaan pada shalat asar seperti bacaan pada shalat maghrib, yakni membaca dengan surat-surat pendek. Telah diriwayatkan dari Ibrahim An Nakha'I bahwa ia berkata; "Bacaan pada shalat asar dan maghrib sebanding." Ibrahim berkata lagi, "Bacaan pada shalat zhuhur panjangnya empat kali dari shalat asar."
[حكم
الالبانى] : حسن صحيح، صفة الصلاة // 94 //، صحيح
أبي داود (767)
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ جَمِيعًا عَنْ هُشَيْمٍ
قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا هُشَيْمٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ الْوَلِيدِ بْنِ مُسْلِمٍ
عَنْ أَبِي الصِّدِّيقِ
عَنْ
أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ كُنَّا نَحْزِرُ قِيَامَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ فَحَزَرْنَا قِيَامَهُ فِي
الرَّكْعَتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ مِنْ الظُّهْرِ قَدْرَ قِرَاءَةِ الم تَنْزِيلُ
السَّجْدَةِ وَحَزَرْنَا قِيَامَهُ فِي الْأُخْرَيَيْنِ قَدْرَ النِّصْفِ مِنْ
ذَلِكَ وَحَزَرْنَا قِيَامَهُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ مِنْ الْعَصْرِ
عَلَى قَدْرِ قِيَامِهِ فِي الْأُخْرَيَيْنِ مِنْ الظُّهْرِ وَفِي الْأُخْرَيَيْنِ
مِنْ الْعَصْرِ عَلَى النِّصْفِ مِنْ ذَلِكَ وَلَمْ
يَذْكُرْ أَبُو بَكْرٍ فِي رِوَايَتِهِ الم تَنْزِيلُ وَقَالَ قَدْرَ ثَلَاثِينَ
آيَةً
(MUSLIM - 687) : Telah menceritakan
kepada kami Yahya bin Yahya dan Abu Bakar bin Abi Syaibah semuanya meriwayatkan
dari Husyaim berkata Yahya, telah mengabarkan kepada kami Husyaim dari Manshur
dari al-Walid bin Muslim dari Abu ash-Shiddiq dari Abu Sa'id al-Khudri dia
berkata, "Kami memperkirakan (kadar waktu) berdirinya Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam dalam shalat zhuhur dan ashar. Maka kami memperkirakannya
dalam dua rakaat pertama dari shalat zhuhur sekitar bacaan alim lam mim tanzil
(yaitu surat
as-Sajdah), dan kami memperkirakan waktu berdirinya beliau pada dua rakaat
lainnya sekitar setengah dari hal tersebut. Dan kami memperkirakan berdirinya
beliau pada dua rakaat pertama shalat ashar setengah dari hal tersebut."
Dan Abu Bakar tidak menyebutkan dalam riwayatnya alif lam mim tanzil (yaitu surat as-Sajdah), namun
dia mengatakan sekitar tiga puluh ayat.Bila surat – surat tsb di baca oleh Rasulullah shallahu alaihi wasallam dalam shalat lohor dan Asar dengan berbisik sebagaimana orang sekarang, maka para sahabat tidak bisa bercerita seperti itu. Di beri tahu surat yang di baca oleh Rasulullah shallahu alaihi wasallam dalam shalat lohor dan Asar menunjukkan bahwa surat tsb di baca dengan bersuara dan para makmum mendengar. Kalau dibaca dengan berbisik, maka para sahabat tidak akan bisa menunjukkan nama suratnya.
Bila kita membaca surat al quran di waktu shalat lohor dan Asar dengan berbisik , kita akan bertentangan dengan hadis - hadis sahih di atas. Kita akan termasuk menjalankan kebid`ahan dalam shalat. Kita akan bertentangan dengan ayat al isra` 110
وَلَاتَجْهَرْ
بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا
dan janganlah kamu mengeraskan
suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya (seperti orang
berbisik ) dan carilah jalan tengah di
antara kedua itu"[11]
Muchamad Tovy, Muhammad Syahrul Mukarrom, Muhammad Azzam dan 9 lainnya menyukai ini.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan