-
Bambang Hendy Setiawan menukis :
Dalam diskusi di grub fb sekitar
akhir Juli (mengenai permintaan/berdoa kepada mayit), saya temui riwayat yang
dipakai penggemar tawasul. Dan saya baru ingat untuk menanyakan status atsar
ini. Saya curiga akan keshahihannya. Berikut riwayat yang telah saya copy dari
mereka:
=====
Diriwayatkan dari Utsman bin Hunaif bahwa ada seorang laki-laki datang kepada (Khalifah) Utsman bin Affan untuk memenuhi hajatnya, namun sayidina Utsman tidak menoleh ke arahnya dan tidak memperhatikan kebutuhannya. Kemudian ia bertemu dengan Utsman bin Hunaif (perawi) dan mengadu kepadanya. Utsman bin Hunaif berkata: Ambillah air wudlu' kemudian masuklah ke masjid, salatlah dua rakaat dan bacalah: “Ya Allah sesungguhnya aku meminta-Mu dan menghadap kepada-Mu melalui Nabi-Mu yang penuh kasih sayang, wahai Muhammad sesungguhnya aku menghadap kepadamu dan minta Tuhanmu melaluimu agar hajatku dikabukan. Sebutlah apa kebutuhanmu”. Lalu lelaki tadi melakukan apa yang dikatakan oleh Utsman bin Hunaif dan ia memasuki pintu (Khalifah) Utsman bin Affan. Maka para penjaga memegang tangannya dan dibawa masuk ke hadapan Utsman bin Affan dan diletakkan di tempat duduk. Utsman bin Affan berkata: Apa hajatmu? Lelaki tersebut menyampaikan hajatnya, dan Utsman bin Affan memutuskan permasalahannya”. [HR. Al-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Dalail al-Nubuwwah. Doa ini dikutip oleh Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Majmu' al-Fatawa, I/264, dan al-Tawassul wa al-Wasilah, II/199]
=====
Diriwayatkan dari Utsman bin Hunaif bahwa ada seorang laki-laki datang kepada (Khalifah) Utsman bin Affan untuk memenuhi hajatnya, namun sayidina Utsman tidak menoleh ke arahnya dan tidak memperhatikan kebutuhannya. Kemudian ia bertemu dengan Utsman bin Hunaif (perawi) dan mengadu kepadanya. Utsman bin Hunaif berkata: Ambillah air wudlu' kemudian masuklah ke masjid, salatlah dua rakaat dan bacalah: “Ya Allah sesungguhnya aku meminta-Mu dan menghadap kepada-Mu melalui Nabi-Mu yang penuh kasih sayang, wahai Muhammad sesungguhnya aku menghadap kepadamu dan minta Tuhanmu melaluimu agar hajatku dikabukan. Sebutlah apa kebutuhanmu”. Lalu lelaki tadi melakukan apa yang dikatakan oleh Utsman bin Hunaif dan ia memasuki pintu (Khalifah) Utsman bin Affan. Maka para penjaga memegang tangannya dan dibawa masuk ke hadapan Utsman bin Affan dan diletakkan di tempat duduk. Utsman bin Affan berkata: Apa hajatmu? Lelaki tersebut menyampaikan hajatnya, dan Utsman bin Affan memutuskan permasalahannya”. [HR. Al-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Dalail al-Nubuwwah. Doa ini dikutip oleh Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Majmu' al-Fatawa, I/264, dan al-Tawassul wa al-Wasilah, II/199]
Komentarku
( Mahrus ali ):
Saya
kutupkan pernayatan Akhi Abu Muhammad
- Abdullah bin Jabir al Hamadi
dan saya ambil secara ringkas
belaka, tidak semuanya sbb:
أبو محمد، عبدالله بن جابر
الحمادي
وهذه القصةُ شاذةٌ لا
تصح؛ لما يلي:
أولاً/ أنَّ مدارَها على شَبيب بن سعيد، ولأهل العلم كلامٌ في روايته،
أولاً/ أنَّ مدارَها على شَبيب بن سعيد، ولأهل العلم كلامٌ في روايته،
Kisah tsb adalah ganjil, (tidak wajar , unik , nyeleneh tidak
populer ). Pertama pangkal
permasalahannya adalah pada seorang
perawi bernama Syabib bin Said . Para ulama masih mengkritik tentang riwayatnya.
ثانياً/نصَّ ابنُ عدي على أن
عبدَالله بن وهب قد حدَّث عن شبيب بمناكير.
وهذه القصة من رواية عبدالله بن وهب عن شَبيب.
وهذه القصة من رواية عبدالله بن وهب عن شَبيب.
Kedua: Ibnu Ady telah
menyatakan bahwa Abdullah bin Wahab
telah meriwayatkan hadis – hadis munkar dari Syabib . Sedang kisah di atas
adalah dari riwayat Abdullah bin Wahab
dari Syabib.
.
ثالثاً/أن كلَّ مَنْ روى الحديثَ عن أبي جعفر لم يذكر هذه القصة، ومنهم شعبة بن الحجاج وهشام الدستوائي.
ثالثاً/أن كلَّ مَنْ روى الحديثَ عن أبي جعفر لم يذكر هذه القصة، ومنهم شعبة بن الحجاج وهشام الدستوائي.
Ketiga : Setiap
orang yang meriwayatkan hadis dari Abu Ja`far tidak mencantumkan kisah diatas ,
termasuk di antara mereka adalah Syu`bah
bin Al Hajjaj dan Hisyam ad dastawai.
الرواية الثانية/زيادة: "وإن كانت حاجةٌ ؛ فافعل مثل ذلك".
Riwayat kedua ada tambahan : Bila kamu punya kebutuhan lakukanlah spt itu.
وهذه الزيادة رواها ابنُ
أبي خيثمة في تاريخه من طريق حماد بن سلمة عن أبي جعفر الخطمي عن عمارة بن خزيمة
عن عثمان بن حُنيف.
ولم يرو هذه الزيادة أحدٌ ممن خرَّج الحديث من طريق حماد سوى ابن أبي خيثمة.
ثم إن شعبة بن الحجاج وهشاماً الدستوائي رويا هذا الحديث عن أبي جعفر الخطمي بدونها.
ولم يرو هذه الزيادة أحدٌ ممن خرَّج الحديث من طريق حماد سوى ابن أبي خيثمة.
ثم إن شعبة بن الحجاج وهشاماً الدستوائي رويا هذا الحديث عن أبي جعفر الخطمي بدونها.
Intinya tambahan itu dari perawi bernama Ibnu Abi
Khoitsamah. Tiada yang memberikan
riwayat tambahan itu kecuali dia.
وإنما أحببتُ التنبيه على هاتين الروايتين، لأنه قد يُستدل بهما على جواز التوسل بالنبي صلى الله عليه وسلم أو جاهه، وهما روايتان منكرتان.
Aku hanya
mengingatkan dua riwayat ini . Sebab terkadang di buat dalil bagi orang yang bertawassul pada Nabi atau pangkatnya
. Dan kedua riwayat itu adalah munkar. (
lemah )
Komentarku ( Mahrus ali ):
Sanadnya sbb :
المعجم الكبير للطبراني - (ج 7 / ص 410)
-
حَدَّثَنَا طَاهِرُ
بن عِيسَى بن قَيْرَسٍ الْمِصْرِيُّ الْمُقْرِئُ، حَدَّثَنَا أَصْبَغُ بن
الْفَرَجِ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْمَكِّيِّ، عَنْ رَوْحِ
بن الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ الْخَطْمِيِّ الْمَدَنِيِّ، عَنْ أَبِي
أُمَامَةَ بن سَهْلِ بن حُنَيْفٍ، عَنْ عَمِّهِ عُثْمَانَ بن حُنَيْفٍ أَنَّ
رَجُلا،"كَانَ يَخْتَلِفُ إِلَى عُثْمَانَ بن عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ
تَعَالَى
المعجم الكبير للطبراني - (ج 7 / ص 410)
-
حَدَّثَنَا طَاهِرُ
بن عِيسَى بن قَيْرَسٍ الْمِصْرِيُّ الْمُقْرِئُ، حَدَّثَنَا أَصْبَغُ بن
الْفَرَجِ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْمَكِّيِّ، عَنْ رَوْحِ
بن الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ الْخَطْمِيِّ الْمَدَنِيِّ، عَنْ أَبِي
أُمَامَةَ بن سَهْلِ بن حُنَيْفٍ، عَنْ عَمِّهِ عُثْمَانَ بن حُنَيْفٍ أَنَّ
رَجُلا،"كَانَ يَخْتَلِفُ إِلَى عُثْمَانَ بن عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ
تَعَالَى
المعجم الصغير للطبراني - (ج 2 / ص 106)
-
حدثنا طاهر بن عيسى
بن قيرس المقري المصري التميمي ، حدثنا أصبغ بن الفرج ، حدثنا عبد الله بن وهب ،
عن شبيب بن سعيد المكي ، عن روح بن القاسم ، عن أبي جعفر الخطمي المدني ، عن أبي
أمامة بن سهل بن حنيف ، عن عمه عثمان بن حنيف «
-
دلائل النبوة للبيهقي
- (ج 6 / ص 354)
-
- أخبرنا أبو سعيد عبد الملك بن أبي عثمان
الزاهد ، رحمه الله ، أنبأنا الإمام أبو بكر محمد بن علي بن إسماعيل الشاشي القفال
، قال : أنبأنا أبو عروبة ، حدثنا العباس بن الفرج ، حدثنا إسماعيل بن شبيب ،
حدثنا أبي ، عن روح بن القاسم ، عن أبي جعفر المديني ، عن أبي أمامة بن سهل بن
حنيف
معرفة الصحابة لأبي نعيم الأصبهاني - (ج
14 / ص 81)
-
حدثنا أبو عمرو ، ثنا
الحسن ، ثنا أحمد بن عيسى ، ثنا ابن وهب ، أخبرني أبو سعيد واسمه شبيب بن سعيد من
أهل البصرة ، عن أبي جعفر المديني ، عن أبي أمامة بن سهل بن حنيف ، عن عمه عثمان
بن حنيف
Seluruh jalur riwayat di
hampir seluruh kitab hadis hanya
melalui Abu Ja1far al madini yaitu
tingkat enam dari orang – orang yang masih menjumpai yunior tabiin. Jadi di
masa beliau kisah itu masih tidak dikenal, apalagi di masa sahabat. Kisah
itu dikatakan nyeleneh sekali, tidak
populer dan masih satu orang yang tahu. Di masa beliau hanya beliau seorang yang mengerti
dan seluruh sahabat kecuali Usman
bin Hunaif sampai mati tidak kenal kisah itu.
Kisah sedemikian ini di golongkan dlm kisah yang
munkar, lemah sekali, bukan sahih dan
tidak boleh di buat pegangan tapi lepaskan saja. Bila di buat pegangan ,
maka keliru, tidak benar, sesat
menyesatkan dan tidak mengarahkan orang ke jalan yang lurus .
Tawassul dengan nabi atau pangkatnya di bolehkan oleh
ahli bid`ah , dilarang oleh ahlus sunnah . Ahli bid`ah menggunakan kisah munkar
untuk tawassul dengan mayat.. Tiada
landasan yang sahih. Bahkan ayat al quran menentangnya. Allah berfirman:
وَأَنَّ
الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
Yang artinya, “Dan Sesungguhnya masjid-masjid itu
adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya
di samping (menyembah) Allah” (QS Jin:18).
Kita diperintahkan oleh Allah agar
berdoa langsung tanpa tawassul pada Nabi shallahu alaihi wasallam sebagaimana ayat:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ
لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ
دَاخِرِينَ
Dan
Tuhanmu berfirman: "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan
masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". Ghofir 60
Termasuk disini
adalah orang yg tidak mau berdoa kpd Allah langsung tp harus menggunakan perantara para wali yg sudah meninggal dunia.
Dia tdk pernah berdoa langsung , bahkan anti padanya.
Dia tdk mau berdoa kecuali di kuburan dimuka para
wali. Dan tdk mau berdoa langsung pada
Allah. Dia termasuk orang yg nolak ayat Ghofir 60 di atas.
Di bawah ini kami tunjukkan hobby syi`ah
dalam berdoa , yaitu selalu bertawassul
dengan figur idola mereka sbb:
«بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اللّهُمَّ إِنِّي أَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِأَحَبِّ اْلأَسْمَاءِِ إِلَيْكَ وَأَعْظَمِهَا
لَدَيْكَ وَأَتَقَرَّبُ وَأَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِمَنْ أَوْجَبْتَ حَقَّهُ
عَلَيْكَ بِمُحَمَّدٍ وَعَلِيٍّ وَفَاطِمَةَ وَالْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ وَعَلِيٍّ
بْنِ الْحُسَيْنِ وَمُحَمَّدٍ بْنِ عَلِيٍّ وَجَعْفَرَ بْنِ مُحَمَّدٍ وَمُوْسَى
بْنِ جَعْفَرَ وَعَلِيٍّ بْنِ مُوْسَى وَمُحَمَّدٍ بْنِ عَلِيٍّ وَعَلِيٍّ بْنِ
مُحَمَّدٍ وَالْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ وَالْحُجَّةِ الْمُنْتَظَرِ صَلَوَاتُ اللّهِ
عَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ، اكْفِنِي كَذَا وَكَذَا...»
Dengan nama Allah yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Ya Allah ! Sesungguhnya
aku menghadap padaMu dengan nama yang Engkau sukai dan yang paling agung di
sisiMU . Aku mendekat dan bertawassul dengan orang yang haknya telah Engkau
wajibkan atas diriMU – yaitu dengan Muhammad , Ali, Fathimah, Hasan , Husain ,
Ali bin Al Husain , Muhammad bin Ali , Ja`far bin Muhammad , Musa bin Ja `far , Ali bin Musa , Muhammad bin Ali , Ali
bin Muhammad , Al Hasan bin Ali dan hujjah yang di nanti – nantikan – semoga
rahmat Allah terlimpahkan untuk mereka –
Cukupilah aku dengan ini ……….. dan ini….
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Itulah tata cara orang – orang
syi`ah dalam bertawassul dengan memanggil figur – figur yang di idolakan bahkan mereka
anggap bahwa Allah punya hak untuk mengabulkan doa bila nama figur itu
di sebut dalam doa. Dan hal sedemikian ini belum ada tuntunannya dari hadis
yang sahih dan tiada sahabat yang melakukannya.
Lembaga
Tetap Pengkajian Ilmiyah dan Fatwa Saudi dan dua tokoh ulama menyatakan sbb:
وَإِنْ كَانَتْ مُشْتَمِلَةً عَلَى
اْلإِسْتِغَاثَةِ بِغَيْرِ اللهِ أَوِ التَّوَسُّلِ إِلَى اللهِ ِبخَلْقِهِ فِي
الدُّعَاءِ كَمَا فِي قَصِيْدَةِ اْلبُرْدَةِ أَوْ فِيْهَا دَعَاوِى كَاذِبَةٌ
وَغُلُوٌّ فِي تَعْظِيْمِ الْمَخْلُوْقِ أَوْ فِيْهَا كَلِمَاتٌ لاَيُفْهَمُ
مَعْنَاهَا لِكَوْنِهَا أَعْجَمِيَّةً أَوْ رُمُوْزًا، فَلاَ يَجُوْزُ الذِّكْرُ
بِهَا بَلْ قَدْ يَكُوْنُ شِرْكًا كَاْلاِسْتِغَاثَةِ بِغَيْرِ اللهِ، وَدَعْوًى
أَنَّ اْلعَالِمَ لَمْ يُخْلَقْ إِلاَّ مِنْ أَجْلِ رَسُوْلِ اللهِ وَأَنَّ عُلُوْمَ الَّلوْحِ وَاْلقَلَمِ مِنْ عِلْمِهِ، إِلَى
غَيْرِ هَذَا مِمَّا اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ أَوْرَادُ الْمُتَصَوِّفَةِ
وَأَنَاشِيْدُهُمْ.
Bila
halaqah dzikir itu mengandung minta tolong kepada lain Allah atau tawassul
dengan mahluknya dalam berdoa
sebagaiamana yang tercantum dalam kasidah Burdah , atau beberapa
pengakuan yang palsu , berlebihan dalam mengagungkan mahluk
atau terdapat kata – kata yang tidak bisa di mengerti artinya karena ajam atau kode – kode tertentu ,
maka tidak boleh berdzikir dengannya .
Bahkan syirik seperti minta pertolongan kepada lain Allah dalam berdoa dan pengakuan
bahwa alam ini di ciptakan
karena Rasulullah SAW. Dan
pengetahuan dalam loh mahfudh atau pena di sana telah
di ketahui oleh Nabi SAW dan memang begitulah apa yang di muat dalam wirid ahli
tasawwuf dan kasidah – kasidah mereka. [1]
.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan