Member di FMP menyatakan sbb:
Saya lagi mulai belajar ( mohon bimbingan ) ilmu hadits -
sampai kpd bab kitab2 al mustakhrajaat...semisal
Al Ismailiy
Al Barqaniy
Abu Ja'far bin Hamdan dan lain lain...
Dalam keterangan disebutkan yg intinya :
" Bahwa al mustakhrajaat tidaklah harus lafadznya sama
dengan shahihain walaupun bertemu pada sebuah titik di perawi shahihain secara
sanad "
Kebayang - ini delik mutharib dong ?
Jadi pasti lemah - artinya gak ada guna disusun kitab2 al
mustakhraj ?
Bener gak logika ini ?
#sambilsenyumngeliatujanrintikrintik
Sia2 dong disusun al mustakhrajaat - juga aimmah yg
nyusunnya mengerjakan yg gak guna ?
Bener Kyai ?
Komentarku ( Mahrus ali ) :
حكم المستخرجات على الصحيحين:
المستخرجات على الصحيحين لا يجزم
بصحة ما فيها لأن صاحب المستخرج يروي الكتاب من غير طريق مصنفه.
فحينئذ يتوقف الحكم بصحة ما فيه
حتى ينظر في رواته.
Intinya :
Hadis – hadis dlm mustakhrajat blm tentu sahih
- jd hrs dilihat perawi – peawinya lemah atau tdk., bgt juga redaksinya
apakah menyalahi ayat al quran atau hadis
yg lebih sahih atau tidak.
Jd kadang
hadis di sana
lemah, hasan atau sahih.
حكم
الرواية عن الكتب المستخرجة :
لم
يلتزم واحد من هؤلاء الأئمة موافقة الكتاب الأصلي في ألفاظ الحديث ، لأنهم إنما
يروون بالألفاظ التي وقعت لهم عن شيوخهم ، فحصل فيها تفاوت قليل في الألفاظ ،
وتفاوت أقل منه في المعاني ، فلا يجوز لمن ينقل عن أحد هذه الكتب المستخرجة
حديثـًا ثم ينسبه إلى الصحيحين مثلاً ، ويقول هو هكذا فيهما إلا أن يقابله بهما ،
أو يكون صاحب الكتاب المستخرج قد صرح بأنه استخرجه بلفظه كأن يقول : أخرجه البخاري
بلفظه .
Intinya:
menurut keterangan di atas, ada perbedaan lafadh sedikit antara hadis – hadis mustakhrajat dan hadis
Bukhari dan Muslim. Jg ada perbedaan makna, tp tambah lebih sedikit.
Komentarku
( Mahrus ali ) :
Perbedaan
lafadh asal tdk merobah makna mk silahkan dan tdk dikatakan idhtirab. Apalagi
perbedaan hanya sbg penjelasan, bukan pengkaburan.
Tp
bila perbedaan lafadh dlm mustakhrajat dan sahihain itu menimbulkan pemahaman yg sangat beda , mk disini idhtrab bila sama sahihnya.
BIla
tdk dikatakan idhtirab, mk dikatakan apa ?
Bila salah satunya lemah, mk ambillah yg sahih dan tinggalkan yg lemah.
Bila yg lemah di ambil, dan yg sahih di
tinggalkan mk sangat keliru.
Untuk
faedah kitab mustakhrajat itu banyak tp disini diluar topic yg kita bahas yaitu masalah idltirab,mk sy tdk jelaskan.
Kita
kembali kpd tambahan redaksi hadis dr
perawi terpercaya, dmn kemarin telah sy kutipkan :
فِي
زِيَادَةِ الثِّقَةِ
إِذَا تَفَرَّدَ الرَّاوِي بِزِيَادَةٍ فِي الْحَدِيثِ عَنْ بَقِيَّةِ الرُّوَاةِ عَنْ شَيْخٍ لَهُمْ, وَهَذَا الَّذِي يُعَبَّرُ عَنْهُ بِزِيَادَةِ الثِّقَةِ, فَهَلْ هِيَ مَقْبُولَةٌ أَمْ لَا؟ فِيهِ خِلَافٌ مَشْهُورٌ: فَحَكَى الْخَطِيبُ عَنْ أَكْثَرِ الْفُقَهَاءِ قَبُولَهَا, وَرَدَّهَا أَكْثَرُ الْمُحَدِّثِينَ.
إِذَا تَفَرَّدَ الرَّاوِي بِزِيَادَةٍ فِي الْحَدِيثِ عَنْ بَقِيَّةِ الرُّوَاةِ عَنْ شَيْخٍ لَهُمْ, وَهَذَا الَّذِي يُعَبَّرُ عَنْهُ بِزِيَادَةِ الثِّقَةِ, فَهَلْ هِيَ مَقْبُولَةٌ أَمْ لَا؟ فِيهِ خِلَافٌ مَشْهُورٌ: فَحَكَى الْخَطِيبُ عَنْ أَكْثَرِ الْفُقَهَاءِ قَبُولَهَا, وَرَدَّهَا أَكْثَرُ الْمُحَدِّثِينَ.
Intinya
kebanyakan pakar
hadis menolak tambahan perawi
terpercaya.
Apalagi tambahan dr perawi lemah, mk lebih tertolak.
Untuk pengurangan
redaksi hadis dr perawi
terpercaya boleh jd di katakana
riwayat yg di ringkas.
Tp bila bikin makna yg sangat berbeda , mk jg di katakana idhtirab.
Lebih tepatnya ikutilah kebanyakan
pr pakar hadis untuk menolak tambahan perawi terpercaya.
Hal itu biar
hadis itu murni dr perkataan Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam , bukan campur aduk antara perkataan perawi dn Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam
Sy kutip
scr ringkas sj sbb:
Jadi, syarat dari tafarrud adalah adanya banyak rawi yang
menjadi bandingan. Adapun kalau bandingannya cuma satu, atau malah tidak ada
bandingannya, maka itu bukan kasus tafarrud.
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Bila tdk dikatakan tafarrud , terus
dikatakan apa ?
Bila tdk dikatakan syadz, terus
dikatakan apa, pendukungnya tdk ada.
Walaupun satu orang perawi, tp
redaksi riwayatnya syadz, mk ttp dikatakan
tafarrud.
Pd hal hadis Kisah Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam mkn Ayam yg digulirkan oleh Zahdam ini punya
dua jalur lg tanpa menyebut Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mkn
Ayam . Yaitu dari jalur Ansa dan Abu Burdah . Boleh dilihat sbb:
صحيح
البخاري (6/ 2)
عَنْ
أَبِي بُرْدَةَ،
صحيح
البخاري (6/ 2)
حَدَّثَنِي
مُحَمَّدُ بْنُ العَلاَءِ، حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنْ بُرَيْدِ بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ أَبِي بُرْدَةَ، عَنْ أَبِي بُرْدَةَ، عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ،
المسند
الجامع (11/ 372)
-
عَنْ أَنَسٍ، أَنَّ أَبَا مُوسَى قال:
اسْتَحْملْنَا
رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم، فَحَلَفَ لاَيَحْمِلْنَا، ثُمَّ حَمَلَنَا.
قُلْتُ: يَارَسُولَ الله، إِنَّكَ حَلَفْتَ لاَتَحْمِلْنَا. قال: وَأَنَا أَحْلِفُ
لأَحْمِلَنَّكُمْ.
أخرجه
أحمد 3/179
WA
sy yg baru 08883215524
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan