Kamis, Agustus 29, 2013

Hadis lemah ke 57


رَوَى أَبُو صَادِق عَنْ عَلِيّ قَالَ: قَدِمَ عَلَيْنَا أَعْرَابِيّ بَعْدَمَا دَفَنَّا رَسُول اللَّه صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  بِثَلاَثَةِ أَيَّام,  فَرَمَى بِنَفْسِهِ عَلَى قَبْر رَسُول اللَّه صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  وَحَثَا عَلَى رَأْسه مِنْ تُرَابه ; فَقَالَ: قُلْت يَا رَسُول اللَّه فَسَمِعْنَا قَوْلَك,  وَوَعَيْت عَنْ اللَّه فَوَعَيْنَا عَنْك,  وَكَانَ فِيمَا أَنْزَلَ اللَّه عَلَيْك " وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسهمْ " الْآيَة,  وَقَدْ ظَلَمْت نَفْسِي وَجِئْتُك تَسْتَغْفِر لِي. فَنُودِيَ مِنْ الْقَبْر إِنَّهُ قَدْ غُفِرَ لَك 

Komentarku ( Mahrus ali ): 
Hadis tsb juga di buat dalil oleh    Syi`ah dalam memperkenankan tawassul dengan mayat,  kata   DR Sholahuddin [1]  Hadis tsb juga di sebut dalam kitab   yang berjudul  kitab intishori auliya`ir rahman ala  auliya`is syathan  / bab tawassul wal wasilah karya  mursyid thoriqah Burhaniyah Addasuqiyah assyadziliyah  dari Sudan yang bermadzhab Maliki  wafat pada tahun  26 Sya`ban 1242 – 22 Oktober 2003 M  Syaikh Ibrahim bin Syaikh  Muhammad Usman Abduh dan sang mursyid juga memperkenankan tawassul dengan mayat. Begitu juga ia di buat dalil oleh Tim Penulis LBM NU  cabang Jember
Sanadnya sbb:
رَوَى أَبُو الْحَسَنِ عَلِي بْنُ إِبْرَاهِيْمَ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ اْلكُرْخِي عَنْ عَلِي بْنِ مُحَمَّدٍ بْنِ عَلِيٍّ ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ بْنِ الْهَيْثَمِ الطَّائِي ثَنَا أَبِي عَنْ أَبِيْهِ عَنْ سَلْمَةَ بْنِ كَهِيْلٍ عَنْ أَبِي صَادِقٍ عَنْ عَلِيٍّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عنه قال
Abul hasan – Ali bin Ibrahim bin Abdillah bin Abd Rahman al Kurkhi  dari Ali bin Muhammad bin Ali berkata: Bercerita kepada kami Ahmad bin Muhammad  bin Al Haitsam Attho`I,  lalu berkata: Bercerita kepada kami  ayahku  dari ayahnya  dari Salmah bin Kuhail  dari Abu Shodiq dari Ali bin Abu Tholib ra
يَقُوْلُ الشَّيْخُ مُحَمَّد بَشِيْر السَّهْسَوَانِي رَحِمَهُ الله تَعْلِيْقاً عَلَى هَذَا الْحَدِيْثِ فِي كِتَابِهِ "صِيَانَةُ اْلإِنْسَانِ": هَذَا الْخَبَرُ ضَعِيْفٌ جِدّاً حَتىَّ قِيْلَ إِنَّهُ مَوْضُوْعٌ. قَالَ فيِ "الصَّارِمِ الْمَنْكِي": فَإِنْ قِيْلَ أَنَّهُ رَوَى أَبُوْ الْحَسَنِ عَلِي بْنُ ِإبْرَاهِيْمُ...... فَنُوْدِيَ مِنَ الْقَبْرِ: إِنَّهُ غَفَرَ لَكَ.
Syaikh  Muhammad basyir Assahsawani rahimahullah  memberikan komentar atas hadis dalam kitabnya  Shiyanatul insan,  bahwa hadis tsb adalah sangat lemah,  hingga bisa  di katakan  palsu.
Al allamah Abu Abdillah – Muhammad bin Abd Hadi berkata: Bila di katakan  dalam kitab Asshorimul manki [2] bahwa  Abul Hasan Ali bin Ibrahim  meriwayatkan hadis …………………… lalu ada suara dari kuburan,  sesungguhnya Allah telah mengampunmu …………………
وَالْجَوَابُ: أَنَّ هَذَا الْخَبَرَ مُنْكَرٌ مَوْضُوْعٌ ، وَأَثَرٌ مُخْتَلَقٌ مَصْنُوْعٌ لاَ يَصْلُحُ اْلاِعْتِمَادُ عَلَيْهِ ، وَلاَ يَحْسُنُ الْمَصِيْرُ إِلَيْهِ ، وَإِسْنَادُهُ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ ، وَالْهَيْثَمُ جَدُّ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدٍ ابْنِ الْهَيْثَمِ أَظُنُّهُ ابْنُ عَدِي الطَّائِي فَإِنْ يَكُنْهُ فَهُوَ مَتْرُوْكٌ كَذَّابٌ ، وَإِلاَّ فَهُوَ مَجْهُوْلٌ ، وَقَدْ وُلِدَ الْهَيْثَمُ بْنُ عَدِي بِاْلكُوْفَةِ وَنَشَأَ بِهَا وَأَدْرَكَ زَمَانَ سَلْمَةَ بْنِ كُهَيْلٍ فِيْمَا قِيْلَ ، ثُمَّ اْنَتَقَلَ إِلَى بَغْدَادَ فَسَكَنَهَا ،
Jawabnya  hadis tsb mungkar  palsu,  atsar yang di buat – buat,  tidak layak untuk di buat landasan  dan tidak boleh merujuk kepadanya,   sanadnya gelap  atau sangat gelap. Al Haitsam kakek Ahmad bin Muhammad bin Al Haitsam,  saya kira ibnu Ady Attho`I. Bila dia,  maka  termasuk perawi yang di tinggalkan dan pendusta. Bila bukan dia,  maka identitasnya tidak di kenal.
Sungguh  Al Haitsam bin Ady di lahirkan di Kufah dan hidup di sana,  lalu juga menjumpai  masa Salmah bin Kuhail menurut kabarnya begitu. Lalu pindah ke Baghdad lalu tinggal di sana.
Abbas addauri berkata: Saya mendengar  Yahya bin Ma`in  berkata: Al Haitsam bin Adi adalah orang Kufah,  bukan orang yang terpercaya,  pendusta.
Al Ajli dan Abu dawud berkata: Dia pendusta
Abu Hatim Arrazi,  Nasa`I,  Daulabi dan Al Azdy  berkata: Dia  orang yang ditinggalkan hadisnya
Assa`di berkata: Dia perawi gugur,   kedoknya terbongkar
Abu Zar`ah berkata: Tidak apa – apa
Bukhari berkata: Ulama tidak memberikan komentar kepadanya – maksudnya meninggalkannya
Ibnu Ady berkata: Dia tidak punya hadis yang ada sanadnya. Dia tukang beri berita,  tukang bicara di malam hari,  nasab dan syair
Dan masih banyak keritikan para cendekiawan atau ulama tentang  Al Haitsam dan disini tidak perlu lagi saya tunjukkan. Cukup ulama di atas yang menyatakan kelemahan perawi tsb.
Dari segi matan  hadis,  juga banyak kelemahan

يَقُوْلُ الشَّيْخُ مُحَمَّدٌ نَسِيْبُ الرِّفَاعِي رَحِمَهُ اللهُ فِي كِتَابِهِ الْقَيِّمِ (التَّوَصُّلُ): "إِنَّ هَذَا الْحَدِيْثَ أَلْغَامُهُ مُوْجَدَةٌ فِي مَتْنِهِ … فَضْلاً عَنْ سَنَدِهِ ، وَفِيْهِ مِنَ الطَّامَّاتِ مَا لاَ يَشُكُّ فِيْهِ مُسْلِمٌ أَنَّهُ مَوْضُوْعٌ مَكْذُوْبٌ وَذَلِكَ مِنْ وُجُوْهٍ:
Syaik Muhammad Nasib Arrifa` I rahimahullah  dalam kitabnya yang berharga  - Attawasshul -  sesungguhnya  ranjaunya hadis tsb di kalimat – kalimaNYA ATAU REDAKSINYA,  APALAGI SANADNYA. Banyak bencana yang tidak di ragukan lagi  oleh seorang muslim  bahwa hadis tsb palsu  dan kebohongan  karena ada beberapa alasan:
1.    Kita tahu bahwa Rasulullah SAW ketika wafat di kebumikan di kamar Aisyah – Ummul mukminin. Bila si badui itu melakukan seperti itu  sebagaimana  di kisahkan dalam hadis itu,  maka dia harus masuk ke kamar Aisyah. Bagaimanakah dia bisa masuk tanpa se izin dengannya. Hadis itu tidak menerangkan minta izin kepada Aisyah.
 Bila  di katakan, badui itu minta izin,  maka bagaimanakah mungkin Aisyah memperbolehkan badui itu tersungkur ke kuburan lalu kepalanya di taburi dengan debunya ?
Komentarku ( Mahrus ali ):   
Tubuh tersungkur dikuburan itu sama dengan bersujud padanya  dan ini jelas di larang. Kita hanya diperkenankan untuk bersujud kepada Allah sebagaimana  ayat:
وَمِنْ ءَايَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لاَ تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلاَ لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا ِللهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.[3]  
Allah berfirman:
وَجَدْتُهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُونِ اللهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لاَ يَهْتَدُونَ
Aku mendapati dia dan kaumnya bersujud kepada matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk,[4]

Sujud pada manusia tidak diperkenankan apalagi pada kuburan sebagaimana hadis:
لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
Seandainya aku memerintah seseorang untuk bersujud kepada orang lain,  niscaya aku perintahkan perempuan bersujud kepadasuaminya [5]
قَالَ أَبو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ مِنْ حَدِيثِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
Abu isa ( Imam Tirmizi ) berkata: HadisAbu Hurairah adalah hadis hasan nyeleneh dari jalur ini dari hadis Muhammad bin Amar dari Abu Salamah dari Abu Hurairah
 Dan para sahabat yang lain tidak pernah melakukan sebagaimana apa yang di terangkan dalam hadis tsb. Para sahabat  juga tidak bersujud kepada Nabi SAW waktu hidupnya,  apalagi setelah wafatnya.
Bersujudlah kepada Allah sebagaimana ayat:
أَمْ مَنْ هُوَ قَانِتٌ ءَانَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَ يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو اْلأَلْبَابِ
 (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.[6]



[1] Kitab mihwariyah – haditsus tsaqalain fil aqidati wal ahkam , karya DR Sholahuddin  33

[2] Kitab tersebut di susun untuk mengeritik terhadap Imam Subki  dan ia sangat berguna  bagi orang yang  tidak ingin ikutan belaka tapi ingin tahu ajaran yang sebenarnya
[3] Fusshilat 37
[4] Annamel 24
[5] HR Tirmizi  1159  dari Abu Hurairah
[6]  Az zumar 9
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan