Eramuslim.com – Video MyAhok karya Doni Bastian yang kerap
digunakan sebagai acuan data prestasi Ahok oleh para pendukungnya dikritisi
oleh Zeng Wei Jian.
Ia mengatakan, Ahok tak lantas jadi hebat karena video
buatan Doni Bastian yang kerap diplesetkan jadi “Nyahok” di media sosial.
Klaim inovasi 13 sungai bersih ternyata tak dikerjakan oleh
Pemprov, melainkan oleh Kodam Jaya. Kinerja pasukan oranye yang kini meningkat
pesat ternyata akibat dinaikannya gaji petugas Dinas Kebersihan. Soal menaikkan
gaji petugas Dinas Kebersihan bukanlah prestasi, dan bukan Ahok satu-satunya
orang yang mampu naikkan gaji. Singkatnya, menambah gaji bukan sebuah inovasi
luar biasa.
Soal kebersihan kota , Risma
di Surabaya dan Ridwan Kamil di Bandung juga sukses bikin kota jadi bersih. Jakarta
atau kota lain
pasti berubah. Perubahan adalah keniscayaan. Nothing is permanent.“Nyahok”
bukanlah penyebab perubahan di Jakarta .
Secara substantif dan esensial, Ahok tak membuat perubahan, apalagi membuat Jakarta lebih baik.
Ahok tidak punya inovasi orisinal, apalagi yang berpihak
kepada orang banyak. KJP dan KJS adalah program Jokowi. Dananya berasal dari
anggaran alias uang rakyat, sama sekali bukan berasal dari kantong Ahok.
Ahok tak mampu membuat Jakarta
menjadi kota
internet gratis, free internet access zone, atau membuat biaya iuran telepon
dengan fix rate per bulan. Biaya universitas tetap tinggi. Ahok tidak sanggup
hancurkan dominasi “pengusaha pendidikan”. Pemda tak pernah berpikir untuk
membangun sebuah universitas gratis.
Tak pernah terlintas di alam berpikir “Nyahok” untuk membuat
pembatasan jumlah mobil. Misalnya one house one car, tak boleh lebih. Ini satu-satunya
cara untuk turunkan angka kemacetan.
Alih-alih menambah jumlah perpustakaan atau membuat
perpustakaan sekaliber Library of Congressyang punya koleksi 160.775.469 buku, Ahok
lebih sudi bentuk tim buzzer. Tugas tim ini counter opini, nyepin, bikin
berisik medsos. Rizal Ramli bahkan sampai sebut buzzer ini sebagai “cyber
terorist”.
“Nyahok” jadi identik sebagai “bapak penggusuran”. Dia lebih
beringas daripada Bang Yos dalam soal gusur-menggusur. Bang Yos bombardir
Kramat Tunggak. Sebagai gantinya, dia bangun Islamic Centre. sementara Ahok
menggusur warga bantaran kali yang dituding menjadi penyebab banjir tetapi
mengizinkan pembangunan apartemen-apartemen mewah baru. Ahok mewarisi konflik
dan timbulkan masalah baru.
Di awal berdirinya RRT, Chairman Mao Zedong bagi-bagi tanah.
Rakyat diberi tanah. Biasa disebut redistribusi tanah. Sementara Ahok, alih-alih
beri tanah kepada rakyat miskin, justru merampas lingkungan hidup warga dengan
dalih “tanah negara”, program relokasi dan lingkungan kumuh. Kampanye relokasi
rusun cuma kamuflase iklan saja.
Dari 6.027 kepala keluarga yang terkena imbas penggusuran
Kalijodo, hanya 200 KK yang sudah tertampung di Rusun Marunda. Sementara
sisanya, menurut warga bernama Leo, terpaksa mengontrak rumah-rumah petak di
kawasan Gang Seruni, bahkan beberapa harus tinggal di kolong jembatan.
Hasil kajian yang dilakukan LBH Jakarta, menunjukkan, sepanjang
2015 terdapat 113 kasus penggusuran paksa di Jakarta dengan korban 8.145 KK dan
6.283 unit usaha. Dari jumlah kasus tersebut, 72 kasus (63 persen) tidak ada
solusi bagi warga korban.
Kasus yang mendapat solusi pun tidak semua warga terdampak
mendapatkannya. Seperti yang terjadi pada penggusuran Kampung Pulo, dari 1.041
KK korban gusuran, hanya 500 KK yang tertampung di rumah susun. Sebagian besar
lainnya tidak jelas nasibnya. Penelitian Gusti Ayu Ketut Suartiani (peneliti
LIPI) juga menunjukkan, tidak semua korban gusuran tertampung di rusun.
Sebaiknya jangan cepat percaya pada klaim yang mengatakan
bahwa Ahok adalah satu-satunya Gubernur yang mampu mengubah Jakarta .
Penulis: Zeng Wei Jian
Editor: Tim Portal Piyungan
(ts/pm)
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan